Akhir PPH

109 4 0
                                    

Keesokan harinya, seluruh peserta menyiapkan barang-barangnya untuk persiapan pulang. Dalam kelompok, mereka semua berbagi tugas. Ada yang merapihkan kamar, ada yang membersihkan halaman luar, ada yang mengecek barang anggota, dan ada juga yang berfoto-foto untuk dokumentasi.

Sementara Fajri sibuk mencari Aqilla, sebab setelah semalam terakhir dia ketemu di lapangan Aqilla menghilang dan tidak balik ke kamar. Disisi lain, Aqilla sudah bangun dan kaget dia berada dimana. Apakah dia diculik semalam, atau dia ditinggal oleh yang lain.

"Bangun, nih sarapan dulu sebelum lu beresin barang-barang lo." Ucap seseorang yang masuk tanpa mengetuk pintu membawa makanan yang siap disantap.

"Loh, lu kok disini Ka?"

"Lah kenapa? Ini kamar gue", ucap Yudha sembari merapihkan kamarnya yang berantakan.

"Kenapa gue ada di kamar lu?", Aqilla menatap Yudha dengan paras muka bantal yang masih terlihat natural cantik.

"Semalem lu lupa kalau kita?" Ledek Yudha dengan tatapan yang menggelikan. Dengan sigap Aqilla menarik selimut kebadannya dan merasa ketakutan.

"Yaelah enggak enggak, gue ga ngapa ngapain lu semalem. Semalem lu ketiduran di sofa, tadinya mau gue bangunin dan usir lu buat balik ke kamar lu. Cuman jiwa kemanusiaan gue kan tinggi, ga bakal gue lakuin itu. Jadi gue pindahin lu ke kamar gue dan gue tidur di sofa depan", Yudha menekankan kalimatnya yang terakhir untuk meyakinkan pada Aqilla bahwa dia tidak berbuat macem-macem padanya.

Namun Aqilla masih belum percaya dan terus menampilkan muka yang penuh tanya.

"Pintu kamar gue, gue kunci dari luar", perjelas Yudha, Aqilla akhirnya percaya dengan menampakan senyum tipisnya.

"Yaudah sekarang buruan sarapan, udah mau cabut."

Setelah selesai sarapan, Aqilla mencoba bangun dari kasur dan berjalan keluar pelan-pelan. Ternyata penanganan Yudha semalam cukup berhasil, karena kini Aqilla sudah dapat berdiri dan berjalan pelan. Aqilla segera keluar dari rumah panitia dan menuju ke kamarnya, pasti teman-temannya cemas.

"Awas hati- hati", Yudha mencoba memperingati.

"Iya Ka. Btw, Makasih ya Kak" ucapnya dengan melempar senyuman yang cukup membuat Yudha terpana.

Aqilla tidak begitu mempedulikan Yudha yang masih menatapnya, dia segera menghampiri teman-temannya yang kelihatannya sedang sibuk membereskan perlengkapannya masing-masing. Namun Aqilla belum sama sekali menyiapkan serta membereskan barangnya satu pun. Aqilla ingin bergegas namun apa daya kakinya baru pulih. Dari kejauhan Fajri berteriak dan berlari kearah Aqilla.

"Vernanda Aqilla Zahra, lu tuh abis dari mana aja sih? Dari tadi gue nyariin elu tau ga", napas Fajri yang terdengar terengah-engah mencoba menstabilkannya kembali.

"Eh.. sorry deh kalau gue buat lu dan yang lain panik nyariin gue. Yaudah yuk gue mau beresin barang-barang gue, takut nanti ditinggal rombongan", ajak Aqilla yang berjalan terseret-seret.

"Udah gue beresin Qill,"

"Yah, gue ngerepotin kan, maaf ya.. harusnya ga usah diberesin biar gue aja sendiri. Kalau gitu gue mau bantu Marsha beresin kamar aja deh."

"Kamar udah rapih dari tadi. Habisnya lu ngilang dari semalem dan gue bantu beresin aja biar cepat selesai", kini Aqilla berjalan dibantu Fajri dengan merangkul Aqilla.

"Udah ga usah, gue bisa jalan sendiri", tolak Aqilla yang menarik rangkulan Fajri.

"Oh oke, tadi malem lo dimana?"

"Tadi malem gue tidur diruang panitia."

"Kok bisa?"

"Ya karenakan acaranya juga udah malem banget, terus kaki gue masih dalam pemulihan belum bisa jalan jadi gue disuruh nginep sama kakak tingkat."

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang