Mengungkit (lagi)

76 4 0
                                    


"Maaf Sher, gue belom bisa ce......",

"Qilla", panggil seseorang yang menghentikan pembicaraan Aqilla.

Sherly dan Aqilla melihat ke arah sumber suara. Orang itu tersenyum melihat tatapan heran dari Sherly, namun tidak dengan Aqilla. Dia menyambut orang itu dan mempersilahkannya duduk di samping Aqilla.

"Lo ke sini sama siapa?", tanya Fajri. Yaa seseorang yang menyapa Aqilla adalah Fajri.

"Oh iya. Ini kenalin sahabat gue, Sherly", kata Aqilla sambil menyenggol Sherly yang melamun.

"Fajri", kata Fajri sambil menjulurkan tangan. Sherly membalas uluran tangannya sambil menyebutkan nama.

"Lo sendiri aja Jri?", tanya Aqilla sambil mengedarkan pandangan.

"Udah biasa kok sendiri", kata Fajri dengan gaya sok kerennya.

"Idihh geli gue", bukan Aqilla yang mengomentari, lebih tepatnya Sherly yang memberikan tanggapan.

Sherly menggerutu dalam hati. Mengapa Aqilla harus mengajak Fajri ikut bersamanya dengan alasan kado yang akan dibeli Sherly belum didapatkan. Setidaknya saran Fajri sebagai cowok mungkin bisa membantu Sherly memilih kado. Sedangkan Aqilla bernapas lega. Kehadiran Fajri bisa mengalihkan dan bahkan melupakan sejenak tentang pertanyaan Sherly. Namun Aqilla sangat tahu, Sherly bukanlah seseorang yang mudah lupa terlebih jika dia penasaran.

"Kapan-kapan ajak gue jalan lagi dong", pinta Fajri.

"Enggak", jawab Sherly dengan segala penekanan.

"Siapa juga yang minta sama lo", sindir Fajri.

"Gue cuma bantuin Aqilla ngejawab",

"Sudah-sudah, kalian kenapa berdebat. Iya Jri nanti gue ajak lo jalan bareng lagi sama Sherly", kata Aqilla yang menengahi mereka.

"Enggak Qilla, gue gamau jalan sama dia lagi", bantah Sherly.

"Gue juga ogah Qil, mending jalan berdua sama lo. Kalo bertiga kan yang ketiga itu se......", kata Fajri sengaja menahan kata yang akan diucapkan dan membuat Sherly menatap tajam ke arah Fajri.

"Lo pikir gue setan gitu", kata Sherly dengan emosi yang sudah meluap-luap.

"Kalo lo mikirnya begitu bagus deh, jadi gaperlu gue lanjutin", balas Fajri dengan santainya.

Sherly menatap geram Fajri, ingin rasanya ia tending jauh-jauh orng seperti ini. Sudah sejam mereka berkeliling, sejam itu pula Fajri membuat Sherly menahan emosi. Aqilla yang melihat kelakuan Fajri dan Sherly hanya bisa tertawa dan menengahi jika hawa diantara mereka sudah terasa panas.

"Padahal gue mau bilang yang ketiga itu Sherly tau Qil eh dia malah mikir setan hahaha", bisik Fajri kepada Aqilla yang dibalas tawa kecilnya. Ekspresi Sherly terlihat seperti meminta penjelasan tentang apa yang dibisikkan Fajri.

Untungnya Fajri membawa kendaraannya sendiri, jadi Sherly bernapas lega karena tidak perlu mengantar dan semobil dengan Fajri. Aqilla meluruskan kakinya, sedangkan Sherly sudah fokus menatap jalan.

"Jadi gimana?", tanya Sherly memecahkan keheningan.

Aqilla menoreh ke Sherly sekilas, lalu kembali menatap jendela yang berada di sampingnya. Aqilla paham maksud pertanyaan Sherly, ia ngin segera tahu siapa Delvian Aji Saputra itu. Namun seperti yang dibilang Aqilla, dia belum siap menceritakan semuanya.

"Maaf Sher, gue belom bisa cerita semuanya", kata Aqilla yang kini sudah menatap Sherly.

Sherly melihat Aqilla sekilas sambil tersenyum, "Gue paham ko, tapi janji yaa gue jadi orang pertama yang lo ceritain".

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang