Teka Teki

61 4 0
                                    

Setelah mata kuliah Aqilla selesai, tak jarang ia menyempatkan datang ke ruang HMJ dan lebih sering ia pergi bersama Fajri. Saat ini Fajri tidak bisa menemaninya sebab ada urusan yang lain, jadilah Aqilla sendiri di ruang HMJ. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk tanpa permisi. Sebelum Aqilla menoreh, ia lebih dulu bersuara.

"Ngapain ke sini?" tanya Agam.

"Maen aja",

"Oh", balas Agam lalu memilih berlalu ke ruang sekretariat.

Ruangan HMJ memang tidak terlalu besar, namun ruangan ini dibagi menjadi dua. Satu ruangan yang merupakan ruangan los yang hanya berisi lemari dipojok ruangan dan meja panjang. Sedangkan ruangan yang satunya lagi merupakan ruang sekretariat khusus pengurus. Kalau di ruangan itu terdapat beberapa meja dan kursi dan dispenser air. Kedua ruangan itu hanya memakai kipas angin sebagai penyejuk ruangan.

Aqilla membuka buku yang berisi tugas Bahasa, ia memilih untuk menyelesaikan tugas tersebut daripada harus membaca. Tulisan Aqilla tergolong bagus dan rapih. Kini ia sudah mulai menikmati proses menulisnya sambil mendengarkan musik melalui earphone.

"Woyy", teriak Agam karena dia sudah bertanya beberapa kali kepada Aqilla namun tidak digubrisnya.

Aqilla melepas earphonenya lalu menampakkan wajah bingung kepada Agam. Agam menghela napas, ia bertanya-tanya dalam hati berapakah volume yang dipakai Aqilla melalui benda tersebut. Namun dia tak peduli untuk bertanya langsung.

"Nulis apaan?" tanyanya kembali.

"Ohh ini tugas bahasa", ucap Aqilla lalu melanjutkan menulisnya.

Tidak ada pembicaraan lagi antara mereka. Aqilla sibuk menulis tugasnya, sedangkan Agam hanya sibuk memperhatikan Aqilla menulis. Tanpa sadar mereka sudah berada di ruangan tersebut sekitar satu jam, hanya berdua. Aqilla meregangkan badan dan tangannya yang sudah lelah, lalu menatap Agam yang masih diposisi yang sama.

"Loh Kak Agam masih di sini", ucap Aqilla sedikit terkejut.

"Iya, nih." Kata Agam menyerahkan teh hangat yang telah dibuatnya beberapa waktu lalu.

Aqilla sempat bingung sambil menatap gelas berisikan teh tersebut. Namun deheman Agam berhasil membuyarkan pandangan Aqilla dan kini ia sudah meneguk isinya hampir setengah.

"Makasih Kak",

"Gue liat lo udah banyak berubah", kata Agam tidak membalas ucapan terima kasih Aqilla. Agam yang awalnya berada di hadapan Aqilla beralih ke samping Aqilla dan bersandar ke dinding. Tatapannya masih lurus ke depan sedangkan Aqilla melihat Agam sekilas untuk meminta penjelasan maksud dari perkataannya.

"Iya berubah. Waktu pertama kali liat lo di HMJ, lo orangnya susah beradaptasi, susah diajak ngomong, pokoknya tertutup banget, dan sekarang walaupun masih dingin tapi lo berusaha buat mencairkannya", ucap Agam panjang lebar. Baru kali ini Aqilla mendengar Agam berbicara sepanjang itu diluar penjelasannya di HMJ dan diluar sifat juteknya.

Aqilla mengangguk setuju, entah berapa banyak perubahan dalam dirinya semenjak ikut organisasi ini. Dimulai dia berani mengajak berbincang dengan orang lain terlebih dahulu, mengeluarkan pendapat di depan orang banyak, menanggapi sekitar, dan masih banyak lagi. Aqilla harus berterima kasih kepada Sherly yang telah menyarankannya ikut organisasi. Dimulai dari keterpaksaan menjadi sebuah kebiasaan dan sekarang menjadi kebutuhan.

"Ternyata lo baik yaa Kak", ucap Aqilla saat mereka berada di lorong kampus menuju tempat parkir. Sebelumnya Agam menawarkan tumpangannya untuk Aqilla. Walaupun sempat menolak, akhirnya Aqilla menyetujuinya.

Tidak ada tanggapan lebih dari Agam, dia hanya fokus berjalan sampai-sampai Aqilla tertinggal di belakang. Maklum saja langkah laki-laki memang lebih besar dibandingkan langkah perempuan. Menyadari hal itu Agam berhenti lalu menengok ke belakang, Aqilla yang sedang fokus mempercepat jalan tidak melihat Agam berhenti.

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang