Selesai?

69 2 0
                                    

Aqilla turun dari motor yang mengantarnya pulang. Ucapan terima kasih mengakhiri kebersamaan mereka kali ini. Perlahan lahan langkah Aqilla mengantarnya ke depan pintu, ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Assalamualaikum", salam Aqilla ketika membuka pintu. Suaranya sudah terdengar biasa.

Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Aqilla pun segera beranjak menuju kamarnya, namun suara dari arah dapur menghentikan langkah ketiga saat menaiki tangga. Akhirnya Aqilla mengurungkan niat untuk ke kamar dan beralih ke dapur. Sampai ambang pintu dapur Aqilla diam memperhatikan seseorang yang dengan lincahnya menggerakan tangannya.

"Assalamualaikum Mah", sapa Aqilla ketika mamanya selesai memasak.

"Waalaikumsalam, sini Sayang", balas mama Aqilla dengan sebuah senyuman yang paling dirindukan Aqilla saat jauh darinya

Aqilla mencium tangan mamanya lalu tersenyum. Setelah itu mamanya mengambil sesendok makanan yang telah dibuat dan menyuapinya ke dalam mulut Aqilla. Ada rasa tenang di hati Aqilla. Ia tak salah memilih untuk kembali lebih awal ke rumah, karena ada sosok yang akan selalu menjadi moodboosternya yaitu mamanya.

Setelah itu Aqilla pamit ke kamar untuk mengganti pakaian dan beristirahat sejenak. Rasanya tenaga Aqilla sudah habis ia pakai untuk menangis. Kalau diingat kejadian di kampus tadi membuat Aqilla ingin mengundurkan diri segera, namun ucapan seseorang membuatnya berpikir kembali.

"Kalo ada masalah, kamu bisa cerita ke mama jangan dipendam sendiri yaa Sayang", ucap mama Aqilla yang membuat Aqilla menghentikan langkah. Ia pikir mamanya tidak menyadari keadaannya saat ini, ternyata salah. Mama adalah sosok yang selalu mengerti perasaaan anaknya bahkan ketika disembunyikan sekalipun.

Aqilla segera berbalik dan memeluk mamanya.

"Aqilla gapapa kok Mah, cuma capek aja", kata Aqilla bohong, ia tidak ingin membuatnya khawatir.

"Yasudah sana kamu istirahat, pokoknya kalo ada masalah cerita yaa ke mama", kata mama Aqilla mengalah. Sebenarnya mama Aqilla tahu bahwa Aqilla sedang menyembunyikan sesuatu, apalagi ketika menatap matanya.

"Iyaa Mah, Aqilla ke kamar dulu yaa",

"Eh tunggu Sayang, mama hampir aja lupa. Ini tadi ada yang nganterin paket buat kamu", Mama Aqilla menyerahkan sebuah kotak yang berbungkus kertas kado berwarna pelangi.

Aqilla mengambil kotak tersebut dengan heran. Ia balik dan putar kotak tersebut, namun tidak ada nama pengirimnya. Mamanya yang mengerti arti tatapan Aqilla hanya mengedikkan bahu, yang berarti ia pun tidak tahu siapa pengirim kotak tersebut. Aqilla memutuskan untuk segera ke kamar dan membuka kotak tersebut di sana.

Aqilla menghempaskan tubuhnya ke kasur setelah meletakkan kotak tersebut di atas meja belajar. Tatapan Aqilla lurus ke arah langit-langit kamar, menerawang jauh kejadian di kampus namun saat ingatan tentang perkataan Shella muncul membuatnya menggeleng cepat. Ia tidak mau memikirkan hal yang tidak penting seperti itu.

Setelah membersihkan diri, Aqilla duduk di bangku tempat belajarnya sambil memandangi kotak yang tidak tahu isinya apa. Sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa isinya dan siapa pengirimnya, namun ia tidak ingin membukanya sekarang. Aqilla ingin bercerita dengan Sherly lebih dulu, sudah lama sekali ia tidak berbincang dengan sahabatnya yang satu itu. Apalagi kegiatan perkuliahan yang semakin padat membuat mereka jarang bertemu meskipun hanya untuk bertegur sapa.

Satu panggilan

Dua panggilan

Tidak ada jawaban. Aqilla meletakkan kembali telepon rumahnya.

"Qilla ada temanmu nih", teriak Mama Aqilla dari luar kamar.

Aqilla yang sedang melamun tersontak kaget. Ia terus berpikir siapakah yang datang dan berharap bukan dia yang datang. "Iyaa Mah", sahut Aqilla. Dengan langkah ragu akhirnya Aqilla keluar kamar dan segera menuruni anak tangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang