18

123 27 2
                                    

Kau mengakhiri persahabat dan memilihnya demi masa depanmu ~

Suara alarm Henry yang berbunyi lumayan keras membuat ia terbangun lebih awal. Ia sudah mengatur semuanya sejak tadi malam. Tepat pukul 6 subuh. Cuaca yang dingin, cuaca yang sangat di sukai oleh Henry. Hujan yang telah turun membasahi kota Seoul.

Henry bersiap membersihkan kamarnya dan piring bekas makanannya tadi malam. Makanan yang dibuat oleh Vanesa, hubungan yang masih baik-baik saja kemarin pagi yang dihancurkan oleh Aldo hanya dengan sepersekian detik. Akibatnya, ia harus membujuk
Vanesa untuk baik kembali seperti sebelumnya.

"Untung-untung gue masih bisa masak, walaupun cuman nasi goreng." pekik Henry.

"Nasi goreng kalau gue udah hias mah, seluruh alam juga bakal ngakuin kkk." lanjut Henry dengan tertawa. Ia bahkan berbicara sendiri dengan khayalannya. Memikirkan hal-hal bodoh dan tingkahnya.

•••

Henry tepat di depan pintu apartemen pacarnya. Mencoba memencet bel, ia merasakan gugup, padahal sebelumnya ia layaknya orang gila yang mengakui kehebatan-kehebatan konyol yang entah darimana ia dapatkan.

"Vanes..Vanes..gue datang nih, pacar kamu yang tampan sejagad raya," ucapnya sambil mengetuk kecil pintu.

Bicara sendiri. Kebiasaan yang Henry lakukan wkwkw.

"Vanes..Vanes..pak pos datang nih bawain nasi goreng."

Vanesa yang melihat wajah Henry di layar kode dari dalam apartemen hanya bisa tertawa melihat pacarnya yang gila. Bahkan baru jam 7 Henry sudah berpakaian rapi yang entah mau ke mana.

"Vanes...Van-" belum sempat Henry melanjutkan perkataannya, Vanesa sudah membukanya dan menyuruhnya masuk.

"Masuk gih, jangan kek orang gila di luar bicara nggak jelas,"

"Lo liatin gue?? Jadi lo lama bukanya gara-gara merhatiin gue dari dalam nih, curang mah lo liat muka gue lama. Muka gue kan mahal," pekik Henry yang sudah mulai mencoba menjalankan rencananya. Rencana membujuk Vanesa.

"Isssh kepedean lo, gue usir baru tau rasa," sementara itu Vanesa juga mencoba berakting dengan berpura-pura ngambek. Walaupun dalam hatinya ia sangat ingin tertawa melihat tingkah pacarnya itu.

Henry yang mencoba melepas sepatunya sangat bersemangat masuk dengan tangan yang membawa makanan.

"Jangan diusir Henrynya, kalau diusir bakal balik lagi. Soalnya pacarnya ada di sini."

"Paan sih, gue tuh marah sama lo, duduk gih banyak yang mau gue omongin sama lo."

"Gue nggak mau duduk, maunya makan dulu, gue lapar udah buat makanan untuk kita berdua, gue yang buat. "

"Rasanya udah tentu enak, sejagad raya udah ngakuin tadi. Eh Nes makasih juga yah makanannya kemarin, enak buangeett" lanjut Henry tanpa peduli bagaimana tingkah konyolnya sekarang sambil mengacungkan jempolnya.

"Alay ishhh."

Mendengarnya, Vanesa seakan ingin mengambil kantong plastik hitam untuk muntah.

Cinta memang butuh pengorbanan dari salah satunya.

"Enak nggak Nes??" tanya Henry dengan semangat yang juga akhirnya mencicipi makanannya.

He Is MysteriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang