32. Penyamaran

29.3K 2K 74
                                    

Ada yang kangen sama yang nulis?

Ngarep banget di kangenin haha...

Tapi aq kangen kok sama kalian, kangen komen-komen kalian. Sepi banget.

VOMEN plisss

======

"Masih tidak mau mengaku?"

"A–apa yang kau lakukan?"

"Membunuhmu! Kalau kau masih tidak mau mengaku."

"Kau ti–tidak akan berani!"

"Tidak berani? Kau pikir Christian tidak akan melakukan hal yang lebih kejam dari ini, Mark?"

Laki-laki bermata biru sedari tadi duduk dengan tangan bersedekap di depan dada.

"Masih tidak mau mengaku?"

Sementara pria bermata elang terus mendengarkan rekaman tersebut dengan seksama.

"Kau ingin mata pisau ini mencongkel matamu?"

Pria bermata elang itu melirik pria di depannya yang sedari tadi bersedekap. Kedua tangannya menyatu saling menggenggam—seperti orang berdoa—, ia tidak terlihat terkejut sama sekali dengan hasil rekaman tersebut.

"Masih ingin melindungi 'nya'? Baik jika itu pilihanmu!"

"BAIK, BAIK... AKAN KUKATAKAN!"

"Siapa?"

"Em..."

"KATAKAN SIAPA?"

"EMILY!!" jerit suara itu akhirnya.

Pria bermata biru yang tak lain Alexander mengernyitkan keningnya. Sang sahabat yang tak lain Christian tetap pada posisinya, tidak terlihat murka sama sekali. Keduanya masih diposisi masing-masing, mendengar rekaman itu sampai akhir.

"Apa Natasya terlibat? JAWAB?!"

"TIDAK! Natasya tidak terlibat! Hanya aku dan Emy."

Alexander mematikan rekaman tersebut. "Kau dengar sendiri, kan?"

"Jadi maksudmu Nath tidak bersalah?" cetus Christian langsung. Alexander mengangguk.

Christian mendengus. "Aku juga tahu Emy pelakunya!"

Alexander terkejut mendengar penuturan Christian. "Kalau kau tahu, kenapa kau masih menyalahkan Nath?"

Laki-laki bermata tajam itu menghela nafas. "Aku pikir Nath terlibat. Kau tahu dua orang itu sangat dekat, kan!"

Alexander berdecak. "Sejak kapan kau tahu masalah ini?"

"Baru tahu dua hari ini, tapi aku baru tahu kalau Nath tidak terlibat sama sekali." Christian beranjak dari kursi kebesarannya, lalu mengambil posisi di depan Alexander. "Dan kau tahu kebodohanku yang lain?"

Pria yang kini mengambil ponselnya di saku dan tersenyum melihat nama yang tertera di sana. Ia mengangkat panggilan tersebut, mengabaikan perkataan Christian sebelumnya. "Aku di ruangan Chris. Kau di mana?" jeda sebentar untuk mendengar jawaban dari seberang sana. "Langsung saja ke mari... tidak, Chris sudah tahu semuanya."

Alexander melirik Christian yang mengerutkan keningnya. Tak lama pria itu menutup teleponnya. "Nath. Dia ada di bawah," ucap Alexander menjawab kebingungan Christian.

"Kebodohan lain apa yang kau maksud?" Ternyata Alexander mendengar ucapan laki-laki itu sebelum menjawab panggilan Natasya tadi.

"Yang mengirim foto-foto Kate dan si brengsek itu juga Emily—"

Obsession of Love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang