27-Pernyataan

32 2 3
                                    

Shasa kini sedang berada di perpustakaan. Dia sangat terfokus dengan buku yang ada di depannya. Novel tebal karya J.K Rowling adalah pilihannya. Gadis itu sampai tidak menyadari kehadiran seseorang karena terlalu serius dengan novel Harry Potter yang ada di tangannya.

"Asik banget keliatannya" ia terkejut saat mendengar suara pria.

"Eh Kak Galih, ada apa kak?" Shasa membenarkan posisi duduknya.

"Lagi sibuk ya?" tanya Galih menatap gadis di depannya.

"Engga kok, emang kenapa?" tanya Shasa.

"Uhm ... ikut aku yuk" ajak Galuh bangkit dari duduknya.

"Kemana?" Shasa mengerutkan keningnya.

"Udah, ayo ikut aja" dia menggandeng tangan Shasa agar mengikutinya.

"E-eh bentar aku kembaliin buku dulu"

Setelah Shasa mengembalikan novel ke rak buku. Galih kembali memegang tangannya namun mendapat penolakan halus dari Shasa.

"Kak, ngga usah pegangan ya? Ngga enak dilihat orang" ucap Shasa sedikit tidak enak.

"Maaf" Galih melepaskan genggamannya lalu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abu yang dia kenakan. "Ya udah, ayo ikut aku"

Akhirnya mereka berdua berjalan bersisian menuju ke tempat yang Galih maksud. Shasa hanya mengikuti langkah Galih saja, karena dia tidak tau kemana Galih akan membawanya.

"Kak? ngapain kita ke sini?" tanya Shasa saat Galih membawanya ke halaman belakang sekolah.

"Sini deh" Galih menggandeng tangan Shasa untuk mengikutinya ke bangku panjang yang ada di bawah pohon. "Duduk" titah Galih.

Shasa mengikuti perintah Galih. Dia bingung saat Galih menjauh beberapa langkah di depannya dan mengambil sesuatu.

Ternyata beberapa kertas berwarna yang dia pegang.

"Kak Galih mau ngapain sih?" tanya Shasa yang hanya dibalas sebuah senyuman oleh Galih.

"Sha! liat ya!" Shasa semakin bingung dengan Galih.

'Hai Sha!' Shasa mengerutkan keningnya saat melihat tulisan di kertas itu.

'Udah lama sebenernya aku pengen nanyain ini'

'Tapi aku terlalu takut'

'Takut dengan apa yang akan kamu katakan'

'Sha, asal kamu tau, aku itu sebenernya...'

Shasa semakin tak karuan membaca tulisan demi tulisan yang tertulis di kertas yang Galih pegang.

'Aku suka sama kamu' mata Shasa membulat sempurna. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

'Dan untuk kedua kalinya, aku pengen tanya sama kamu'

'Kamu mau ngga jadi pacar aku?'

Bagaikan petir di siang bolong, kalimat terakhir itu membuat Shasa mematung di tempat. Dia tidak tau apa yang harus dilakukan.

Sementara tak jauh dari sana ada seorang pria dan wanita yang melihat mereka berdua. Tangan pria itu mengepal, sedangkan gadis yang ada di sebelahnya hanya berkaca-kaca, tetapi perasaan mereka berdua sama. Hancur.

"Sial!!" pria itu langsung pergi dari tempat itu, sedangkan si gadis hanya diam mematung. Kakinya serasa kaku, dan tak bisa digerakan.

"Gimana Sha?!" teriak Galih.

"A-aku.."

"Aku tau kamu ngga bisa kasih jawaban sekarang" ucap Galih sambil mendekat pada Shasa.

Galih kemudian mengambil sebuah bunga kertas yang digunakan untuk menghiasi halaman belakang.

"Ini" Galih menyerahkan bunga kertas  itu pada Shasa, "simpen bunga ini, aku kasih waktu kamu 1 minggu dan aku bakalan minta bunga ini lagi ke kamu. Kalau bunga ini masih utuh, berarti kamu terima aku, tapi ..." Galih menggantungkan ucapannya sesaat.

"Kalau kamu ngga nerima aku, sobek aja bunga ini" Galih tersenyum dan menatap Shasa.

Shasa benar-benar bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

'Kenapa kamu baru mengatakannya saat perasaan itu telah hilang dalam hatiku. Apakah kamu ingin mengungkit luka lama yang telah kau ciptakan untukku?'

++++

"Sha?! Shasa!!" Shasa langsung terlonjak saat teriakan menggema di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Anggun.

Mereka bertiga, Shasa, Anggun dan Kalvin sedang duduk di depan sekolah, seperti biasa menunggu jemputan.

"Sha, sejak lo ke halaman belakang sama Kak Galih tadi lo kok jafi melamun terus, sih?" ucap Kalvin yang duduk di atas motornya.

"Iya, lo ngapain sih disana?" sambung Anggun.

"Jangan-jangan lo-"

"Ih! kalian apaan sih! Aku ngga ngapa-ngapain juga sama Kak Galih" jawab Shasa sedikit kesal.

"Ya habisnya lo dari tadi melamun terus, kaya ketempelan" ucap Anggun.

"Aduh! jangan-jangan ada setan yang ngikutin lo, Sha! hadir! hadir! jangan ganggu teman kam-"

"Apaan sih!" Shasa langsung menjauhkan tangan Kalvin yang ada di atas kepalanya. "Udah ah, aku mau pulang duluan, itu ayah udah jemput" mereka bertiga melihat kedatangan sebuah mobil hitam.

"Bye Nggun, bye Vin"ucap Shasa.

"Jangan lupa banyak berdoa biar ngga diikutin terus, Sha!" teriak Kalvin saat mobil itu sudah menjauh.

"Somplak"

++++

Malam ini Shasa benar-benar tidak bisa tidur. Gadis itu hanya berbaring di ranjangnya sembari memegang bunga yang Galih berikan tadi sore.

"Ini" Ia menyerahkan ranting itu pada Shasa, "simpen bunga ini, aku kasih waktu kamu 1 minggu dan aku bakalan minta bunga ini lagi ke kamu, kalau bunga ini masih utuh, berarti Kamu terima Aku, tapi ..." Galih menggantungkan ucapannya sesaat.

"Kalau kamu ngga nerima aku, sobek aja bunga kertas ini" Galih tersenyum dan menatap Shasa.

"Astaghfirullah..." Shasa meletakan bunga itu di atas meja kecil samping tempat tidurnya dan memejamkan matanya. Berharap semua ini tidak pernah terjadi.

Sasa sudah tidak memiliki perasaan lagi pada Galih, kini rasa itu semuanya milik Galuh. Tetapi, jika dia menolak Galih dengan alasan dia masih mencintai Galuh itu tidak mungkin, karena Galuh berkata jika dirinya kini sedang mencintai seseorang, dan Shasa tidak ingin egois, dia harus memikirkan perasaan Galuh.

Kenapa cinta serumit ini?

++++

Hayolooohhh ... Galuh nembak Shasa, untung aja Shasanya ngga mati 😅

Udah hari minggu aja, rasanya baru kemarin mulai libur eh... Besok udah masuk sekolah

Sekolah baru, Kelas baru, wali kelas baru, adik kelas baru, kakak kelas baru, temen baru, sepatu baru, tas baru, buku baru, gebetan baru *eh 😂

Thanks for reading😊

Big Love,
Abhi😘

TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang