"Aku sukanya sama kakak"
Galuh langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Shasa.
"Kak?" panggil Shasa. Galuh masih diam tak bergeming, menengok ke arah Shasa pun tidak.
"Gue mau ke kelas, lo langsung ke kelas aja" kini giliran Shasa yang terdiam. Galuh langsung meninggalkanya di koridor sepi ini.
Tak terasa air matanya kembali menetes. Shasa mengira jika Galuh akan senang saat mendengar jawaban Shasa, ternyata justru sebaliknya.
Bukannya tadi Galuh sendiri yang membahas masalah ini? Lalu kenapa saat Shasa berbicara yang sebenarnya dia justru meninggalkan Shasa?
"Shasa! Astaga!" Shasa terhenyak dari lamunannya saat seorang wanita datang dengan nafas memburu. Ia membungkuk sambil memegang lututnya di depan Shasa.
"A-anggun?"
"Guehh-gue dari tadi nyariin lo, dan-loh palah disini" ucapnya tersengal.
"Kamu nyariin aku?" tanya Shasa polos.
"Iyalah!" Anggun kembali menegakan tubuhnya.
"Maaf"
"Iya, ngga papa"balas Anggun, "ngomong-ngomong lo pake jaketnya siapa?"
"Oh ini, punya Kak Galuh"
"Loh? kok lo bisa pake jaketnya dia sih" tanya Anggun mengerutkan keningnya, "lo juga habis nangis ya?"
"Ceritanya panjang, nanti aku ceritain"
"Oh ya, tadi lo dicariin Kak Galih"
++++
"Maaf, nunggu lama ya?" ujar seseorang lalu duduk di samping Shasa.
"Engga kok, aku juga baru ke sini" jawab Shasa sambil memandang rerumputan yang ada di depannya.
Kini mereka sedang berada di halaman belakang. Shasa meminta Galih untuk menemuinya karena ia ingin mengatakan sesuatu padanya.
"Uhm ... ngomong-ngomong kamu pake jaketnya Galuh?" tanya Galih saat melihat jaket yang familiar di matanya.
"Uhm ... iya, Kak Galuh minjemin tadi" jawab Shasa.
"Masih sering jalan sama Galuh?" jika menyangkut antara Shasa dengan Galuh, jiwa keingin tahuan Galih menaik drastis.
"Uhm ... kak, ini udah sore. Aku minta ketemu sama kakak karena pengen bahas yang waktu itu" Shasa benar-benar tidak mau membahas tentang kejadian tadi dan Galuh, yang dia inginkan saat ini hanyalah menyelesaikan urusannya dengan Galih.
"Uhm ... sorry. Kamu udah punya jawabannya?" tanya Galih yang dibalas anggukan oleh Shasa.
"Kak, aku ... a-aku" Shasa menghembuskan nafas panjang, "maaf"
Galih langsung terdiam mendengar kata itu,apakah itu artinya-
"Aku ngga mungkin bohongin diri aku sendiri kak, aku ngga bisa nerima kakak, maafin aku" Shasa tak bisa menahan isakannya.
"Ini bunga kertasnya masih utuh. Aku ngga mau ngerusak bunga ini. Perasaan itu ibarat bunga, jika dia layu maka akan ada calon bunga lain yang siap tumbuh dan mengembang bahkan jauh lebih indah"
"Tapi Sha-"
"Engga kak, lebih baik kakak simpen bunga ini, simpen perasaan kakak dan biarkan mengembang untuk orang yang memang pantas buat kakak"
"Orang yang pantes buat aku itu kamu, Shasa"
"Engga kak, bukan aku. Aku ngga pantes buat kakak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin
Fiksi RemajaKisah putih abu-abu seorang Shasa Dyah Pradani yang merupakan wakil ketua OSIS di sekolahnya, yang memiliki rasa lebih pada Galih Ferdinan Asyifa yang tak lain adalah partnernya dalam organisasi OSIS dan merupakan pemegang jabatan tertinggi. Tapi sa...