A New Feeling

9K 1.3K 71
                                    

Jungkook memerhatikan sosok Park Jimin yang kini tengah bersiap-siap. Rambutnya telah kering dan rapi kembali. Jimin mengenakan topi kupluk hitam ketat yang kontras dengan warna rambutnya. Jimin sepertinya menyukai sweater oversize karena kali ini ia memakai sweater abu-abu dengan potongan tangan lebih panjang dari jari-jari miliknya, seperti yang dikenakannya tadi siang.

Mata Jungkook membulat mengetahui bentuk jari-jari itu. Pendek dan menggemaskan. Tersembunyi dan kadang muncul dari balik lengan sweater yang Jimin kenakan. Sudut bibir Jungkook melengkung ke atas. Menampilkan senyum khas yang biasa mampu membuat siswi sekolah lamanya gila mendadak.

"Kook? Kau sedang apa disana?"

Tersentak, Jungkook menyadari posisinya yang masih berada di persimpangan kamar mandi. Mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Dada telanjang miliknya terekspos menampilkan abs menggoda. Entah kenapa Jungkook merasa malu. Ia cepat-cepat berjalan menuju koper. Memilah asal baju yang pertama ditemukan. Kemudian memakainya tanpa mengecek apa Park Jimin masih menatapnya.

Masih.

"Wow, badanmu terbentuk dengan baik. Aku memiliki abs seperti itu dulu. Tapi sekarang sangat sulit hanya dengan menjaga berat badanku agar tetap ideal."

Jimin terdengar seperti mengeluh, Jungkook menoleh. Wajah si pirang yang tadi ceria berubah murung sedikit. Tapi kemudian ia tersenyum kembali.

"Menurutku bukan masalah sih, selama aku tidak gendut. Aku senang-senang saja." katanya dibarengi dengan cengiran lucu. Jungkook ikut tersenyum. Melanjutkan kegiatan berpakaian dengan lebih tenang. Ekor matanya kadang masih tetap memerhatikan pemuda kecil diseberang tempat tidur. Jimin menunggu Jungkook bersiap dengan sabar.

"Aku selesai, hyung."

Jungkook berdiri dengan gagah dalam balutan kemeja putih kebesaran dan celana jeans biru donker. Jimin terpaku sesaat tanpa berkata, kemudian ikut berdiri, mengisyaratkan Jungkook berjalan mengikutinya keluar kamar.

Tangan kecil milik Jimin masuk ke kantong celana, mengambil ponsel dan mencari sebuah nama disana. Kemudian mendekatkan ke telinga beranting miliknya.
"Halo, Tae. Aku dan Kookie mau berkunjung ke kamarmu. Kau tidak sedang diluarkan? Ah bagus. Aku kesana."
Dengan gesit Jimin memasukkan kembali ponselnya dan mengunci pintu kamar mereka.

Jimin berjalan mendahului Jungkook. Mereka berpapasan dengan banyak orang yang tidak Jungkook kenal. Tidak ada yang menarik perhatian Jungkook sampai seseorang berjalan melewati Jimin dengan tatapan aneh.
Tatapan yang Jungkook sendiri tidak mengerti. Otomatis Jungkook mendekati Jimin, menoleh arah berlawanan dengan orang yang tadi menatap Jimin sampai mata mereka beradu.
Orang itu membalas tatapan Jungkook dengan tajam.

"Hyung, siapa dia?"

Suara Jungkook terlalu pelan. Suasana di sekitar mereka terlampau ramai. Jadi tidak ada jawaban dari Jimin sampai orang tadi menghilang dan mereka berhenti di kamar 18.

Jungkook masih berdiri dibelakang Jimin. Mengamati seseorang yang muncul dari balik pintu yang diketuk Jimin. Pemuda dengan seringaian ringan menyambut mereka. Merangkul Jimin dengan senyum kotak yang lebar. Ada satu lagi di dalam sana. Pemuda dengan wajah yang juga tersenyum tapi tidak selebar yang pertama.

"Halo Jungkook. Aku Kim Taehyung. Teman sekelas Jimin. Ayo masuk. Ada Hobi hyung di dalam."

Suara berat milik Kim Taehyung menyapa Jungkook. Daun pintu dibuka lebih lebar. Jimin dan Jungkook masuk ke dalam kamar. Kamar yang sama besarnya dengan kamar mereka. Hanya saja lebih rapi dan tertata.

"Apa ini Jungkookie? Aku senang Jimin tidak sendirian lagi. Dia selalu ke kamar kami tiap malam hanya karena kesepian."
Tinju kecil mendarat di lengan pemuda bernama Hoseok, yang disebut Taehyung Hobi. Pelakunya Park Jimin.

"Hyung berisik."

Tawa Taehyung dan Hoseok pecah. Jungkook hanya mengulum senyum.

"Kau tidak perlu sungkan, Kook. Mereka teman baikku." Jimin menepuk pundak Jungkook. Senyum lebar menghiasi wajahnya.
Jungkook mengangguk. Tiba-tiba teringat dengan orang yang ia temui saat berjalan bersama Jimin tadi.
Ingin bertanya, tapi Jimin terlalu asyik mengobrol dengan Taehyung. Akhirnya Jungkook hanya memerhatikan mereka dan berbicara sesekali.

Sampai larut malam barulah Jungkook dan Jimin kembali ke kamar mereka. Jungkook langsung menyerbu kasur karena kelelahan. Sedangkan Park Jimin memilih membaca buku yang ia pinjam tadi siang.

Alih-alih tertidur, Jungkook malah fokus memandangi Jimin yang sedang duduk di sebelah ranjang, menyampinginya.
Jungkook menahan napas.
Menyadari betapa uniknya sosok Park Jimin. Wajah bersih, kulit yang sangat putih, badan ramping, jari-jari lucu, rambut indah, mata yang bisa tersenyum sekaligus pipi tembem yang imut. Hal tak lumrah yang dimiliki laki-laki namun sangat menakjubkan jika yang memiliki adalah Park Jimin.

Ada yang berdesir dalam dada Jungkook.
Ketika ia memilih lebih lama mengagumi sosok didepannya, perasaan asing itu membuncah tak terkendali, membuat Jungkook jijik pada diri sendiri.

Perasaan apa ini?

Jungkook menyerah, membalik badan ke arah tembok agar mata tak bertemu pada sosok Park Jimin.
Tangan besar miliknya bergerak meremas dada sendiri. Mencoba menghentikan detak jantung terlampau cepat, terasa tak nyaman namun menyenangkan.
Jungkook tak ingin mengalami hal seperti ini. Hanya karena bertemu dengan seorang Park Jimin, laki-laki lebih cantik dari wanita. Adrenalinnya meningkat.

Jungkook ingin meludah pada diri sendiri. Hampir menangis karena ia menyadari sesuatu yang menurutnya lebih konyol dari apa yang pernah dilakukan para wanita untuk mendapat perhatiannya.

Jungkook menyukai Jimin. Dan tubuhnya bereaksi karena perasaan menjijikan itu.

Tbc

NORMAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang