Roommate

15.8K 1.5K 71
                                    

"Jeon Jungkook. Kamar 23 asrama C"

Wanita tua yang barusan berbicara melirikku dari ekor mata. Mungkin ia berpikir bahwa aku murid berandalan sampai harus pindah sekolah di tengah tahun ajaran. Kalau bukan karena dipaksa, mana aku mau pergi. Di sekolahku yang lama, kebanyakan orang berpikir aku selalu membuat masalah dengan anak perempuan. Bukan masalah fisik—tentu saja— tapi masalah hati. mereka tertarik padaku dan bersikap murahan untuk mendapat perhatianku. tapi yang namanya laki-laki tetap selalu disalahkan. Padahal tujuanku datang kesekolah benar-benar hanya untuk belajar.

Tanpa banyak tingkah, aku meraih kunci yang diserahkan. Bertanya singkat soal arah yang harus kutuju sebelum benar-benar meninggalkan pusat informasi.

Sampailah aku di bangunan besar besar sisi selatan gedung sekolah. Bangunan bernuansa hijau muda cerah. Karena ini asrama laki-laki, tentu disana ada banyak laki-laki seumuranku. Beberapa memakai seragam dan beberapa lagi hanya memakai pakaian biasa. Aku melangkah tanpa banyak berpikir. Memilah lorong untuk menemukan huruf dan angka yang cocok seperti petunjuk wanita tua tadi.

"Ketemu." Gumamku pada diri sendiri.

Kubuka pintu yang tertutup dengan kunci yang kukantongi. Aku menghela nafas lega. Memasuki kamar berlantai porselen dingin. Ada kamar mandi di sebelah pintu masuk. Aku membuka pintu itu, mengamati bagian dalam ruangan yang cukup bersih.

"Tapi aku benci toilet yang digabung dengan tempat shower." Protesku entah pada siapa.

Kututup perlahan ruangan itu dan kembali menyeret koper ke lorong pendek yang lebih dalam. Ruangan bernuansa kuning gading langsung menyapa indra penglihatanku. Baunya seperti vanilla, manis. Ada dua ranjang yang terpisah di masing-masing sisi kamar. Ranjang kosong pasti milikku. Ranjang lain memiliki bed cover dengan motif beruang coklat. Hampir lupa kalau ini kamar laki-laki karena semua terlalu rapi.

Mungkin orang yang akan sekamar denganku ini merapikan kamar karena tahu aku akan datang. Atau mungkin dia adalah tipikal anak baik yang suka kebersihan. Yah, setidaknya aku tidak perlu mengomel kalau-kalau kamar berantakan.

Jam dinding di atas jendela menarik atensiku, menunjukkan pukul 12 siang. Kemana orang yang memiliki kamar ini? Apa dia masih ada kelas? Atau makan siang. Aku penasaran.

Tapi toh, kami akan bertemu nanti.

Kutarik koper ke sisi ranjang. Merebahkannya pelan ke lantai, membuka untuk mencari bed cover yang ibu sediakan untukku. Setelah kutemu, aku merapikan ranjang. Meletakkan beberapa perabotan di atas meja kosong bagian kaki ranjang. Jam dinding, buku catatan, kamera. Ah aku tidak bisa hidup tanpa speaker ini. Baju-baju kususun di dalam lemari besar. Hanya ada satu lemari yang tersedia. Untungnya pemilik kamar ini menyediakan beberapa tempat untukku menaruh baju. Well siapapun dia aku sangat berterima kasih.

Setelah semua beres aku memutuskan untuk pergi keluar kamar. Melihat-lihat asrama tentu saja. Ini hari pertama masuk sekolah baru. Mungkin aku butuh interaksi dengan orang-orang yang akan menjadi temanku.

—Normal—
Copgeo©2017
Disclaimer! Bangtan belongs to God, their parents, Big Hit Entertainment, ARMY.
This story belongs to me.
Enjoy!

Jungkook menatap lorong panjang yang langsung menyapa ketika ia keluar dari kamar barunya. Tidak satupun orang yang ia temukan disana. Pemilik helaian rambut coklat itu memilih lorong ke kiri ketika mendengar suara orang bicara. Well, Jungkook menemukan seseorang dengan seragam. Berambut pendek cepak. Wajahnya sedikit sangar. Ia terlihat berbicara dengan seorang pemuda berambut hitam. Yang berambut hitam langsung melempar senyum saat mendapati Jungkook tengah menatap mereka.

"Halo, apa yang sedang kau lakukan di asrama jam segini?" sapa orang itu ramah.

Jungkook menggaruk tengkuk kaku. "Aku Jeon Jungkook. Aku baru saja pindah."

Yang memiliki rambut cepak langsung menghampiri Jungkook, wajahnya terlihat lega.

"Jeon Jungkook? Syukurlah aku tak perlu mencarimu lagi." Pundak Jungkook ditepuk. Mungkin orang ini tak sesangar yang Jungkook kira.

"Namaku Namjoon. Kim Namjoon. Aku ketua asrama C. kalau dia Kim Seokjin Hyung. Kami baru saja akan mencarimu untuk menunjukkan asrama ini." Namjoon yang berbicara. Ia terlihat mengamati Jungkook. "Apa kau sudah menemukan kamarmu?"

Jungkook mengangguk. "Aku sudah menemukannya."

Seokjin si pemuda berambut hitam berjalan mendekati mereka. "Kalau begitu kau sudah bertemu Jimin?"

Siapa Jimin? Jungkook menaikkan satu alis, tidak mengerti.

Seokjin menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tertawa. "kelihatannya belum."

"Apakah Jimin itu teman sekamarku?" Tanya Jungkook. Dibalas anggukan cepat Namjoon dan Seokjin.

"Mungkin dia sedang makan siang. Biasanya Jimin akan kembali ke asrama tengah hari." Namjoon menjelaskan dengan luwes. Seakan tahu betul kebiasaan anak-anak asrama. "Temui aku jika butuh sesuatu. Aku dan Jin hyung ada di kamar 1. Kau bisa ke kantin untuk makan siang. Kantinnya ada di sana." Namjoon menunjuk sebuah pintu besar di sisi kanan ujung lorong.

"Aku mengerti, terimakasih banyak hyung."

Jungkook tidak tau mengapa ia memanggil Namjoon dengan sebutan hyung. Tapi melihat caranya berbicara Namjoon pemuda itu seperti lebih tua. Dan Namjoon tidak menolak.

"Okay, aku pergi dulu."

Namjoon dan Seokjin melambai sebelum menjauh. Jungkook mengamati pintu yang disebut kantin oleh Namjoon. Perlahan melanjutkan langkahnya kesana. Tapi perhatiannya teralih saat pintu lain terbuka tiba-tiba. Pintu seberang kantin. Ruangan apa itu? Ah perpustakaan.

Seseorang muncul dari sana. Pemuda dengan perawakan kecil dan dua buah buku dalam pelukan. Pemuda itu berhenti melangkah saat matanya bertemu orbs hitam Jungkook.

"Halo." Sapanya ramah. Jungkook mengangguk.

Tak bertanya lebih lanjut, pemuda itu hanya tersenyum dan berlalu. Berjalan cepat di lorong kosong dalam balutan sweater biru tua. Rambut pirangnya bergoyang saat ia berjalan. Ia mengenakan anting panjang di telinga kiri. Daripada tampan, Jungkook lebih setuju kalau menyebut pemuda itu cantik.

Tapi.

Jungkook mengamati arah jalan si pirang. Pemuda kecil itu berhenti tepat di depan kamar 23.

"Kamarku."

Setelah membuka kunci dengan terburu-buru, pemuda itu masuk ke dalam kamar. Menutupnya kembali sampai berbunyi dentuman pelan tanda pintu terkunci otomatis.

Pemuda itu Park Jimin. Teman sekamar Jungkook.

Tbc

NORMAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang