Serendipity

10.9K 1K 101
                                    

Author Note: Kalian download lagu Butterfly- BTS dulu sebelum baca ya. Karena pas ngetik chapter ini Copgeo sambil denger lagu itu. Semoga feelnya dapet. Nanti akan ada instruksi kapan lagunya harus diputar.

Happy Reading!

***

Kepulangan Jimin disambut oleh teman-temannya di asrama. Dan dapat ditebak hari berikutnya Jimin langsung berpamitan lagi kepada semua orang bahkan kepada Jungkook yang jelas-jelas mengacuhkannya.

"Hello, Kookie"

Suara Jimin mengecil. Ia tidak yakin kalau Jungkook akan mendengar kata-katanya. Tapi Jimin lebih tidak merasa benar jika ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Jadi disinilah ia sekarang. Berdiri di kamar mereka dengan tas besar dan koper ditangan. Mata Jimin terfokus pada remaja yang bahkan duduk membelakanginya dengan headset terpasang di kedua telinga.

"Aku pikir kau tidak akan mendengarku karena headset itu. Tapi aku akan tetap mengatakannya."  Senyum tegar terpoles di wajah sendu yang rupawan, Jimin melanjutkan kata-kata sambil menunduk.

"Sekarang aku benar-benar gugup, aku juga tidak bisa tidur karena memikirkanmu tadi malam. Sangat sedih rasanya karena kau memilih untuk tidur dikamar Namjoon hyung ketimbang tidur bersamaku di kamar kita. Aku tau kalau kau begitu marah padaku. Dan aku sangat bodoh karena tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa meminta maaf. Jungkook, maafkan hyungmu yang lemah ini."

Tubuh mungil itu bergetar. Jimin merasa lantai porselen di bawah tubuhnya mengabur.

"Aku harap setelah ini kau tidak akan melupakanku. Karena aku... berencana untuk mengingatmu sampai kita bertemu lagi nanti."

Tentu saja tidak dijawab.

"Kookie, makanlah dengan baik. Jangan memakai baju tipis berwarna terang karena itu memperlihatkan postur tubuhmu yang bagus. Teruslah berolahraga agar badanmu sehat. Jangan malas menyetrika baju dan belajarlah memasak. Kau tidak bisa kenyang hanya dengan makan bubur dan pancake setiap hari. Jangan ragu meminta tolong pada Taehyung dan Hobi hyung kalau kau kesusahan. Mintalah Namjoonie hyung untuk mengantarmu kerumah sakit kalau kau tidak enak badan."

Jungkook masih tak bergeming.

"Tidak bisakah kau berbalik dan memperlihatkan wajahmu padaku untuk kali ini saja?"

Air mata mengalir menuruni pipi gembil Jimin bersamaan dengan suara nafasnya yang memberat. Sulit bagi Jimin untuk membuat dirinya tetap tenang. Terlebih dengan reaksi Jungkook yang benar-benar datar sementara Jimin terus menangis. Jimin menarik nafas. Kemudian melanjutkan dengan suara parau.

"Kurasa tidak... Kalau begitu aku pergi."

Jimin masih mempertahankan senyumnya.

"Selamat tinggal, Kookie."

Koper ditarik keluar dengan susah payah. Tangan kecil bergerak mengusap wajah yang merah dan basah karena air mata. Jimin keluar dari kamar dengan hati hancur berantakan.

Namun Jimin tidak pernah tahu. Ketika bunyi dentuman pelan pintu terdengar dan pintu terkunci secara otomatis, saat ia membawa langkah kakinya menjauh hingga menghilang dari kamar mereka, saat itulah Jungkook jatuh merosot dari tempat tidur, melepaskan headset yang bahkan tak tersambung kemanapun.

Ya. Jungkook mendengar semua yang dikatakan Jimin. Tanpa melewatkan satu kalimatpun.

Air mata yang tak sanggup dibendung jatuh bercucuran. Mengalir mengikuti lekuk wajah Jungkook dan berakhir di lantai porselen yang dingin.
Remaja rupawan itu menangis sejadinya. Mengutuk diri sendiri karena terlalu kejam pada orang yang ia cintai.

NORMAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang