38. Meringankan Beban

96 3 2
                                    


Annyeong Semuanyaa akhirnya mela comeback juga, maafkeun mela yang lama comebacknya ya???
Happy Reading All

~~~~~~~~~~~~~~~

Zan POV

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, Zan masih memakai seragam sekolah karena mengingat Zan pergi begitu saja tanpa membawa tas sekolahnya tadi siang, Zan masih berada disalah satu jalan layang memandangi langit yang bertaburan bintang begitu tentram untuk dilihat, melihat sekeliling jalanan yang masih ramai dan padat, gedung-edung yang tinggi, sebenarya saat Zan keluar sekolah tempat yang ia tuju pertama adalah makam sang Mama, Zan kesana, membersihkan rumput liar, menaburkan air dan bunga, berdoa dan bercerita didepan makam sang mamah hingga 2 jam kurang lebihnya, Zan menceritakan semua mulai dari ia hidup dan bertemu dengan sabilnya, wnita yang menurut Zan berbeda dan bisa sedikit merubah prilaku dan fikiran Zan, Zan pergi meninggalkan jalan layang tersebut menuju rumahnya karena ia butuh istirahat dan mandi, badannya sudah lengket semua.

Zan sampai dipekarangan rumahnya dan melihat mobil sang Papah ada digarasi, Zan mendesah kesal pilihannya untuk pulang kerumah malam ini tidak tepat, tapi mau bagaimana lagi ia sudah sampai dirumahnya dan badannya'pun sudah capai ingin merasakan empuknya tempat tidur dikamarnya, Zan menuju pintu utama disaat Zan ingin membuka pintu ternyata pintunya sudah terbuka dan menampakkan wujud Fany sang kakak yang menatapnya khawatir.

"Darimana aja lu?, sekolah gak mungkin baru pulang jam seginikan?." Fany menanyakan Zan, Zan menatap Fany malas.

"Maen." Balas Zan dan menggeser Fany agar memberikannya jalan.

"Ck. Tas lu mana?, jangan bilang lu sekolah gak bawa tas lagi?!." Tanya Fany menahan Zan dengan mencekal lengan Zan kuat.

"Brisik lu, lepasin." Balas Zan malas, "Ssttt, ada tamu, lu mandi ganti baju terus turun kebawah." Kata Fany.

"Males, palingan juga tamunya papah." Jawab Zan.

"Gak ada penolakan!, ya emang tamunya papah."

Zan jalan begitu saja menghiraukan Fany yang masih membujuknya untuk ikut makan bersama, Zan juga tidak menengok kearah meja makan, Zan baru saja menaikan sebelah kakinya keanak tangga tiba-tiba papahnya memanggil.

"Fauzan!." Panggil sang Papah dan Zan menengok kearah Papahnya, lalu melihat seorang wanita yang pernah Zan lihat sedang berduaan bersama Papahnya dahulu sambil berpegangan tangan, Zan menatap tajam, "Cepat Bersihkan badan kamu dan kita makan malam bersama."

Zan diam membisu lalu menaikan sebelah kakinya lagi, "Fauzan Aditiya, papah sedang bicara dengan kamu!."

"Gak selera makan." Jawab Zan santai.

"Kamu disekolahkan untuk belajar tata karma dan sopan santun, mana semua itu, apa susahnya hanya duduk dan makan bersama, biar kita bisa saling mengenal satu sama lain." Tutur sang Papah.

Zan tersenyum miring, "Papah bilang tata karma dan sopan santun?, iya?, dimana papah saat mamah kritis?, kenapa?, gak bisa jawab?." Zan tersenyum ketus, "Aku tau papah dimana, papah lagi berduaan sama perempuan itu kan?(menunjuk Amel perempuan yang sedari tadi melihat perdebatan sengit antara ayah dan anak ini.) berduaan dikafe dengan senangnya tanpa memikirkan mamah!, dan ternyata disana mamah lagi berjuang mati-matian untuk tetap hidup dan nyatanya apa yang sedang papah lakukan?, papah gak peduli sama sekali!, IYA KAN!!." Zan mengeluarkan semua unak-unaknya.

"Zan, jaga omongan lu!." Fany memegang tangan Zan untuk meredakan emosinya.

Zan tertawa miris dan mengahadap Fany, "Lu dikasih apa sampe lu luluh sama perempuan itu?, gak habis pikir gua sama lu fan!." Zan menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menghadap Amel, "Dan anda, jangan harap anda bisa menggantikan posisi mamah saya dalam keluarga ini, anda boleh meluluhkan hati papah dan kakak saya dengan rayuan anda yang baik didepan dan licik dibelakang, tapi jangan harap saya luluh dengan itu semua!, lebih baik keluarga ini hancur daripada harus menerima seorang seperti anda!." Ucap Zan

Meet HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang