Part 9: Move On

6.4K 290 13
                                    

Terima kasih buat semua readers yang baca cerita ini :)) Gakpapa kalian ga ninggalin vote atau komen, kalian baca cerita ini ngikutin cerita ini aja aku udah seneng. Gimana kalo sekalian sama vote comment, aku bahagia pasti hahahaha... Makasih juga yang udah baca Beautiful Lie walaupun belum nyentuh 100 yang baca :(( Pokoknyaa makasiiiihhh bangett yang udah dukung dan semangatin akuu... yang udah masukin cerita ini ke Reading List aku juga makasih banget! Love you all :)

***

Kehidupan Gladyss tanpa adanya Altair selama satu bulan berjalan dengan lancar. Semenjak hubungannya berakhir dengan Altair, Gladyss memutuskan untuk move on secepatnya melupakan lelaki itu. Tidak mudah memang pada awalnya. Minggu pertama saja Gladyss masih sering memikirkan Altair, bagaimanapun juga lelaki itu pernah dicintainya bukan, jadi Gladyss masih memikirkannya. Minggu kedua barulah ia bisa sedikit demi sedikit melupakan Altair. Kehadiran Cuni yang selalu menghibur dan menemaninya di saat senggang sedikit demi sedikit membuat Gladyss kembali ceria. Minggu ketiga hingga saat ini Gladyss mulai disibukan dengan pekerjannya di kantor. Menjadi seorang sekretaris tidak semudah yang dibayangkannya.

Saat ini Gladyss sedang mengetik ulang hasil rapat yang baru saja selesai sekitar 15 menit yang lalu. Ellios, bos barunya di kantornya cukup memberikan tugas yang lumayan banyak untuk Gladyss, tetapi masih dalam batas wajar.

"Gladyss, apa sudah selesai mengetik ulang hasil rapat tadi?", tanya Ellios melalui telefon kantor, mengunterupsi pekerjaan Gladyss sebentar.

"Sebentar lagi selesai."

"Apa kegiatanku sehabis ini?"

"Em... Tidak ada. Kau bebas sampai makan siang. Setelah makan siang tepatnya jam 2 nanti kau ada pertemuan dengan perwakilan dari STAR Property." Jelas Gladyss.

"Baiklah kalau begitu. Oh ya, makan siang nanti kau ikut denganku."

Gladyss heran untuk apa Ellios mengajaknya ikut makan siang. Memang ini bukan kali pertama Eliios mengajaknya, bahkan selama satu bulan ia bekerja Ellios kerap kali mengajaknya makan siang yang dilanjutkan dengan pertemuan kecil atau sekedar makan siang saja.

"Baiklah. Tapi kali ini aku yang bayar." Ellios terkekeh mendengar ucapan Gladyss.

"Well, kalau begitu berarti kau yang menentukan tempatnya. Baiklah, sampai nanti jam makan siang dan percepat pekerjaanmu."

"Aye aye Captain."

Gladyss awalnya sempat heran dengan sikap Ellios yang hangat dan ramah. Jauh dari anggapan awal Gladyss jika Ellios adalah tipe bos yang pemarah dan mendominasi. Ellios bahkan menolak untuk Gladyss panggil dengan sebutan 'Pak', 'Sir', atau 'Tuan'. Ia lebih senang dipanggil Ellios, hanya Ellios. Ia bilang umurnya dengan Gladyss tidak terpaut jauh jadi ia lebih senang dipanggil dengan nama langsung dibandingkan dengan embel – embel seperti itu. Gladyss kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena Ellios. Ia berharap jika ia dapat menyelesaikan tugasnya ini sebelum makan siang nanti.

***

"Pilihanmu boleh juga." puji Ellios untuk Gladyss.

"Oh kau suka? Ku kira kau tidak akan betah berada di sini." Gladyss mengajak Ellios makan siang di Aunty Ann's Kitchen, tempatnya dulu bekerja paruh waktu.

"Kau tahu tempat ini darimana? Aku lebih suka berada di tempat yang seperti ini daripada berada di restoran biasa tempat kita meeting bersama klien." ujar Ellios sambil membolak balik halaman menu.

"Aku dulu bekerja paruh waktu disini." jawab Gladyss.

"Benarkah? Jadi sembari kuliah dan magang kau juga bekerja paruh waktu? Kau luar biasa." Gladyss tertawa mendengar ucapan Ellios.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang