Part 17: The Party

5.7K 225 5
                                    

Mataku membulat sempurna dan jantungku berdegup dengan kencang saat melihat bangunan megah saat ini kira – kira berada 50 meter di dari posisiku. Gedung 20 lantai dengan desain arsitektur yang luar biasa megah namun modern membuat gedung tersebut menjadi pusat kota karena merupakan salah satu gedung tertinggi di kota. Di puncak gedung tersebut terdapat sebuah tulisan yang merupakan nama dari gedung megah tersebut.

FREDERICH ENTERPRISE.

Aku menelan ludah melihat nama yang terpatri di puncak gedung tersebut. Ini seperti mimpi buruk! Siapa yang tahu jika Ellios akan menghadiri sebuah pesta yang diadakan di dalam gedung ini? Pikiranku sudah berkecamuk dengan berbagai kemungkinan aku akan bertemu dengan Altair saat di pesta nanti. Dan aku yakin itu bukanlah sebuah hal yang sangat sangat tidak ku inginkan dalam waktu dekat ini.

“Gladyss?” Ellios menepuk pelan pundakku, membuatku tersadar dari lamunan. Aku menoleh ke arahnya dan ia menatapku dengan pandangan sedikit khawatir.

“Aku baik – baik saja jika kau ingin bertanya tentang keadaanku.” Ujarku sambil tersenyum meyakinkannya. Sorot matanya kembali normal kembali dan ia tertawa melihat ku. “Kenapa tertawa? Ada yang lucu?”

“Bukankah kau pernah magang di Frederich Group? Seharusnya kau sudah terbiasa melihat kemegahan gedung yang kau pandangi daritadi itu mengingat kau sudah terbiasa dengan kemegahan Frederich Group.”

Aku terdiam mencerna kata – kata Ellios. Sebenarnya aku tidak terkejut dengan kemegahan gedung yang kini ada di depanku. Bukan rahasia umum jika semua gedung atas nama FREDERICH memang dibaut megah dan tinggi, aku tidak terkejut akan hal itu. Tetapi salah satu pemilik gedung tersebut yang membuatku terkejut. Aku masih belum siap bertemu dengan Altair setelah kejadian beberapa hari lalu. Lebih tepatnya, aku tidak tahu harus bersikap seperti apa jika bertemu dengan mantan terindah yang sudah memperawaniku.

“Glad kau melamun lagi.” Suara Ellios kembali menyadarkanku. Aku kembali tersenyum dan memalingkan wajahku ke jendela mobil. Kembali melihat gedung setinggi 20 lantai yang menjulang megah di hadapanku.

“Sebaiknya kita turun dari mobil, Bos. Pasti kita sudah terlambat.” Aku sengaja membicarakan hal lain untuk mengalihkan pikiranku dari kemungkinan bertemu Altair.

Ellios menganggukan kepalanya mengiyakan kata – kataku. Ia kemudian membuka pintu modilnya dan keluar. Ku lihat dari dalam mobil ia berjalan memutari mobil ini sambil tersenyum dan sedikit melambaikan tangan. Ku rasakan pintu mobil di sampingku terbuka dan melihat Ellios berada di depanku. Ia mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya. Setidaknya ia memiliki sikap seperti seorang gentleman yang mau membukakan pintu mobil dan membantu seorang wanita untuk turun dari mobil, padahal aku hanya sekretarisnya.

Ketika aku sudah berdiri dengan kedua kakiku yang menapak tanah, Ellios menutup pintu mobilnya dan mobil tersebut kembali melaju. Ku balikan badanku dan sedikit terkejut dengan kilatan flash  dari beberapa kamera para wartawan yang berdiri di luar gedung ini.

Di depanku terdapat sebuah red carpet seperti yang ada di acara – acara pengahargaan. Beberapa orang berbadan besar dan tegap berada di pinggir karpet tersebut, mereka menghalau beberapa wartawan yang nekat melintasi perimeter untuk mewawancarai atau seledar memotret beberapa tamu yang datang.

Elios menarik tanganku untuk berjalan ke dalam gedung tersebut. Sepanjang menapaki karpet tersebut, Ellios tidak berhenti tersenyum. Terkadang ia menganggukan kepalanya jika bertemu beberapa orang yang menyapanya. Sedangkan aku hanya bisa menundukkan kepalaku karena sedikit pusing dengan kilatan flash kamera para wartawan.

Are you okay? Pasti matamu sedikit berkunang – kunang karena flash kamera di depan tadi.” tanya Ellios saat kami sudah berada di dalam lift.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang