Part 16: Be My Partner, Please?

6.3K 213 19
                                    


Sedari pagi pikiran Ellios tidak berpusat pada pekerjaannya. Matanya selalu melirik pada sebuah undangan yang tergeletak di samping laptop. Pesta yang akan digelar pada malam hari nanti adalah sebuah pesta perayaan dan Ellios diundang untuk ikut merayakannya. Sebenarnya Ellios memang akan datang tetapi entah ide darimana ia ingin mengajak Gladyss untuk pergi bersamanya ke pesta itu. Otak Ellios sedang berpikir keras merangkai kata – kata yang tidak terkesan memaksa untuk mengajak sekretaris cantiknya itu.

Tanpa Ellios sadari, Gladyss sudah berdiri di hadapannya kurang lebih 5 menit. Wanita itu menahan tawa melihat ekspresi wajah Ellios yang nampak frustasi. Bahkan sapai sekarang Ellios tidak menyadari kehadiran Gladyss.

"Pfftt... Hahahahaa..." Tawa Gladyss pecah menggema di ruangan bosnya itu. Ia sudah tidak tahan menahan tawanya karena melihat ekspresi Ellios yang frustasi, menurutnya ekspresi Ellios benar – benar priceless.

"Hei! Sejak kapan kau ada disini?" tanya Ellios. Ia terkejut mendengar gelak tawa dari Gladyss.

Gladyss menghentikan tawanya dan mengatur nafasnya sedikit demi sedikit. "Sejak 5 menit yang lalu, Bos."

"5 menit? Ap-apa saja yang kau lihat? Kenapa tidak mengetuk pintu?" Ellios gelagapan mendengar pernyataan Gladyss.

"Wajah frustasimu saat melamun, Bos. Benar – benar priceless! Hahahaha..." jawab Gladys dengan tawanya. Ellios sebenarnya kesal karena ia terciduk sedang melamun bukannya bekerja tetapi melihat Gladyss yang tertawa dengan riang membuat sudut hatinya sedikit menghangat.

Akan aku ingat ekspresi tertawamu itu, Glad, batin Ellios.

"Sudah puas tertawanya?" tanya Ellios saat Gladyss sudah selesai tertawa. Gladyss menganggukan kepalanya dan ia mendekat ke meja Ellios, menyodorkan beberapa berkas yang harus ditandatangani olehnya.

"Ada beberapa yang harus kau tanda tangan dan beberapa laporan dari bagian HRD mengenai kinerja pegawai magang." jelas Gladyss. Ellios menerima berkas tersebut kemudian langsung membukanya satu persatu.

"Kalau begitu aku kembali ke mejaku." Pamit Gladyss.

"Eh tunggu sebentar!" Gladyss yang awalnya hendak kembali ke mejanya tetapi harus menundanya karena Ellios memanggilnya.

"Ada apa?" tanyanya. Ellios kembali berpikir di dalam otaknya bagaimana caranya mengajak Gladyss ke pesta itu. Dahinya kembali mengkerut seperti presiden yang sedang memikirkan nasib negara yang pejabatnya korup.

"Kau mau menyampaikan apa, El?" tanya Gladyss lagi.

"Begini. Aku mendapat sebuah undangan dari kolega bisnisku dan undangan itu untuk 2 orang. Jadi aku.. eung" Ellios menahan kata – katanya, ia melihat ekspresi Gladyss yang terlihat penasaran.

"Kau mau apa?" tanya Gladyss yang semakin penasaran.

"Aku mau kau menemaniku ke pesta itu." Jawab Ellios dengan cepat.

Hening.

Tidak ada tanggapan dari Gladyss satu patah katapun. Melihat wajah Gladyss yang bingung sekaligus terkejut.

"Em.. baiklah. Tapi aku ada syarat!" Seketika hati Ellios kembali menghangat mendengar Gladyss yang mengiyakan ajakannya itu.

"Syarat apa?"

"Satu, aku ingin itu termasuk dalam jam lembur, berhubung aku menemanimu sebagai sekretaris. Dua, aku tidak ingin pusing – pusing memilih pakaian yang sesuai untuk pesta itu jadi kau yang menyiapkanya untukku. Bagaimana?" tawar Gladyss. Mendengar syarat tersebut yang termasuk mudah bagi Ellios membuatnya tersenyum. Ia berdiri dari kursinya dan berhadapan dengan Gladyss yang berada di depannya.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang