Part 22: Love Is Not Over

6.5K 272 16
                                    

Selamat malam minggu bagi para readers yang tidak keluar kemana mana kaya Ken hehehehehe... Mau kasih peringatan sebelum bacanya, awas jangan senyum senyum sendiri baca part ini soalnya sedikit manis. Sama di menuju bagian akhir part ini jangan panas ya, ada adegan panasnya, agak wagu gimana gitu kalau bagian itu dipisah dari part ini. Jadi pas menuju bagian akhir, bagi yg gamah baca yg agak mature, jangan dibaca yaaa.... Kalo tetep mau ya gakpapa. Selamat membaca, jangan lupa vote and comment! Commentnya kalo perlu di tiap paragraf juga gakpapa hehe..

***

Sinar matahari mengintip masuk melalui celah gorden jendela kamar tidur Altair. Di atas ranjang terdapat tubuh seorang wanita yang masih berada di alam mimpinya. Bergelung di selimut dengan nyaman, menghalau rasa dingin dari pendingin ruangan yang menusuk kulit.

Perlahan kedua kelopak mata wanita tersebut terbuka, menampakkan bola mata hitamnya yang sekelam malam. Dengan malas ia mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya ruangan itu yang lumayan terang karena sinar matahari yang menembus dari jendela. Tangannya ia gerakan ke samping, mencari - cari sesuatu tetapi ia tidak mendapatkan apa - apa selain sisi ranjang yang telah kosong. Aroma maskulin pria melekat di sprei dan selimut ranjang tersebut, membuat sang wanita semakin enggan beranjak dari ranjang. Ia menghirup dalam - dalam aroma tersebut dan tersenyum kecil.

"Good morning, sleeping beauty." Sapa Altair. Ia sudah sejak lama memandangi wanitanya, Gladyss, yang saat ini masih betah di ranjangnya.

Gladyss yang mendengar suara Altair lantas membuka kedua matanya semakin lebar. Ia bangun dari posisinya dan duduk bersandar, masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

Altair tersenyum melihat Gladyss yang masih dalam keadaan setengah sadar. Ia menyukai pemandangannya pagi ini. Bahkan semenjak pertama kali ia membuka mata pagi ini, ia menyukai wajah cantik Gladyss yang masih tertidur lelap. Dan lagi kali ini ia menyukai bagaimana cara Gladyss bangun tidur. Wajahnya yang tetap terlihat cantik, rambut panjangnya yang sedikit berantakan, dan jangan lupakan sebuah senyum kecil yang wanita itu berikan tadi, semuanya di mata Altair terlihat sebagai pemandangan paling menyenangkan untuknya selama ia hidup. Ia ingin setiap hari Gladyss adalah hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata.

Altair melangkah mendekati Gladyss yang masih duduk bersandar di ranjang dan duduk di pinggir ranjang, tepat di sebelah Gladyss. Tangannya ia gerakan untuk menyentuh wajah Gladyss dan mengelus pipinya.

"Kamu mau kemana sudah rapi begitu?" tanya Gladyss dengan suara serak khas bangun tidur, dan bagi Altair itu adalah hal yang sangat sexy.

Bukannya menjawab Gladyss, Altair malah memberikan kecupan di kening Gladyss. Kecupan itu turun ke pipi kanan Gladyss, lalu ke pipi kanan, kemudian beralih ke hidung mancung milik Gladyss. Setelah itu Altair menempelkan dahinya dengan dahi Gladyss, ia menggesekan sedikit hidungnya dengan hidung Gladyss. Hal itu membuat Gladyss tertawa geli mendapat perlakuan manis Altair di pagi hari.

"Kamu manis sekali di pagi hari. Aku bisa terkena diabetes jika kamu seperti ini terus." Ucap Gladyss geli. Altair tertawa mendengar celotehan Gladyss tadi.

"Aku akan bersikap lebih manis dari ini jika kamu adalah hal pertama yang aku lihat di pagi hari setiap hari, baby."

Pipi Gladyss merona merah mendengar ucapan Altair barusan. Membuat Altair semakin gemas melihat tingkal laku wanitanya yang sangat manis dan menggemaskan.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Al." protes Gladyss saat ia tidak kunjung mendapat jawaban dari Altair.

Pagi ini Altair sudah dalam keadaan rapih. Kemeja hitam yang bagian lengannya sudah ditekuk sampai ke siku menutup tubuh atletis milik Altair, kaki panjang dan atletisnya juga sudah dibalut celana jeans dan juga rambutnya sudah ia sisir rapih seperti biasanya. Altair masih tetap terlihat tampan dan mendominasi walaupun saat tidak sedang berada dalam setelan kerjanya.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang