Part 26: Abduction

7.8K 285 14
                                    

Gladyss berjalan cepat dalam keadan kesal setengah mati pada Altair saat memasuki lobi Frederich Enterprise. Seluruh mata yang berada di lobi menatap Gladyss dengan pandangan aneh. Ya aneh, karena tepat di belakang Gladyss terdapat dua orang pria berpakaian setelan jas hitam, kacamata hitam, dan badan mereka yang besar.

“Berhenti mengikutiku atau ku pecat kalian!” bentaknya.

“Maaf, Nona. Tapi intruksi kami datang dari tuan Altair untuk mengawasi setiap langkah Anda.” Jawab salah satu pria tersebut dengan wajah datar.

Gladyss menutup matanya dan menarik nafas dengan dalam, mencoba menahan emosinya. Sudah 5 hari Altair mengirimkan anak buahnya untuk menjaganya. Belum pula penjagaan yang sangat ketat di sekitar apartemennya dan kantornya. Gladyss merasa setiap pergerakannya tidak bebas karena penjagaan yang berlebihan itu.

Kaki Gladyss kembali melangkah meninggalkan dua pria itu. Kedua pria itupun kembali mengikuti langkah Gladyss. Kesabaran Gladyss sudah berada di ambang batas, ia tidak suka di jaga dengan seketat ini oleh orang yang tidak dikenalnya. Dengan kesal Gladyss membalikan badannya dan melemparkan tas pada dua pria itu dengan keras.

I SAID STOP FOLLOWING ME!” teriaknya dengan kesal. Gladyss tidak sadar sudah menjadi pusat perhatian semua orang di lobi tersebut. Ia tidak mau ambil pusing dengan tatapan semua orang yang menatapnya heran.

Gladyss kembali melanjutkan langkahnya menuju lift khusus. Bodohnya ia baru sadar jika kartu akses khusus pemberian Altair beberapa hari lalu berada di tasnya. Ia menoleh ke belakang dan menatap dua pria yang masih menatapnya dengan datar.

“Berikan tasku. Cepat.” Pinta Gladyss dengan galak. Mereka pun memberikan tas tersebut pada sang pemilik.

Setelah merogoh isi tas, ia menempelkan kartu akses pada sensor dan pintu lift pun terbuka. Ia pun melangkah masuk ke dalamnya. Dua pria penjaga yang masih diam di tempat karena lemparan tas milik Gladyss juga hendak masuk ke dalam lift tetapi Gladyss melarangnya.

“Berhenti disitu atau ku tendang benda pusaka kalian saat mencapai pintu ini.” Ancam Gladyss.

Dua pria tersebut pun tidak berani membantah lagi pada perkataan Gladyss. Pintu lift pun tertutup dan membawa Gladyss ke lantai tertatas gedung ini. Di dalam lift ia berusaha menahan kesal dan emosinya. Entah kenapa beberapa hari ini ia merasa sedikit emosional. Ia berpikir mungkin masa bulanannya sudah mendekat karena emosinya yang naik turun.

Lift berdenting menandakan sudah sampai di lantai yang dituju dan Gladyss segera melangkahkan kakinya keluar. Ia menghampiri dua wanita yang berada di bagian resepsionis khusus lantai ini.

“Dimana bos kalian?” tanya Gladyss. Ia berusaha menjaga nada suaranya supaya tidak terlihat galak tetapi malah terjadi sebaliknya. Nadanya terdengar ketus, membuat dua wanita yang berada di hadapannya menunduk.

“Tuan sedang menghadiri rapat bersama para manager di lantai 40, Nona.” Jawab salah satu wanita tersebut.

“Apakah masih lama?” tanya Gladyss lagi.

“Sepertinya, Nona. Apa ada yang bisa saya sampaikan pada Tuan Muda?” Kali ini wanita yang satunya menjawab.

Gladyss menarik nafas dalam – dalam, mengatur emosinya dan kekesalannya. Ia menutup matanya agak lama kemudian membukanya. Sebuah senyum kemudian terpatri di wajah Gladyss.

“Maafkan kelakuanku tadi yang agak kasar.” Kata Gladyss meminta maaf. Ia sadar seharusnya tidak berkata dengan nada seperti itu. Dua wanita itupun membalas senyum Gladyss. “Eum… apa kau punya sebuah kertas dan pulpen?” tambahnya.

Dua wanita itu dengan cekatan mengambilkan secarik kertas dan pulpen lalu memberikannya pada Gladyss “Terima kasih.” Ujar Gladyss.

Ia pun menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut. Setelah selesai, ia memberikannya pada salah satu wanita yang ada di depannya.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang