Part 24: Rare

5K 248 26
                                    

Altair menatap Gladyss yang sedang terbaring lemas di ranjangnya. Gladyss masih belum sadar dari pingsan yang dialaminya karena syok. Altair sadar jika ia secara tidak sengaja telah menunjukkan sikap kejamnya di hadapan Gladyss. Membuat wanitanya terkejut saat melihat sisi buas dari kepribadiannya.

Saat itu yang menguasai tubuh dan otak Altair adalah amarah dan benci. Altair marah saat melihat Gladyss dalam keadaan bahaya. Altair benci melihat orang lain mempergunakan Gladyss sebagai alat untuk mengancamnya. Sehingga hal itu mengakibatkan Altair dengan kejam menembak dua anak buah Orion tepat di kepala.

Orion benar – benar sudah bermain api dengan Altair. Pria itu dengan beraninya menggunakan Gladyss untuk mengancam Altair. Altair tahu jika hubungan antara dirinya dan Orion sejak dahulu tidak pernah baik. Orion selalu iri dan selalu mengingini apa yang dimiliki oleh Altair.

“Maaf mengganggu, Tuan Muda. Tuan Besar sudah menunggu kehadiran Anda di ruang tamu.”

Altair terdiam mendengar salah satu pelayan penthousenya memberitahu jika Abraham datang mengunjunginya. Dengan berat hati Altair beranjak dari sisi Gladyss untuk menemui Abraham.

“Mau apa kau kemari, Kek? Asal kau tahu saat ini bukanlah saat yang tepat jika kau ingin mengomeliku.” Ujar Altair.

Bukannya menghampiri Abraham yang duduk di sofa ruang tamu, Altair malah melangkahkan kakinya ke mini bar miliknya. Ia mengambil salah satu brandy yang berada di rak, kemudian membukanya dan langsung menegaknya dari botol.

“Ku dengar ada sedikit insiden berdarah di kantormu.” Ucap Abraham. Ia menghampiri Altair yang duduk di kursi mini bar dan merebut botol itu dari tangan Altair dengan paksa.

Altair berdecak sebal melihat sikap Abraham yang seenaknya merebut miliknya.

“Kek, kau itu sudah tua. Berhenti minum yang beralkohol, lebih baik minum teh herbal saja. Siapa tahu bisa memperpanjang umurmu.” Sindir Altair.
Abraham langsung memukul kepala Altair karena sindiran Altair.

“Dasar cucu kurang ajar!” rutuk Abraham.
Altair hanya mendengus mendapat pukulan ringan di kepalanya. Ia kembali berjalan ke rak mini bar miliknya dan mengambil sebotol vodka.

“Bagaimana keadaan wanitamu?” tanya Abraham setelah meneguk minumannya.

Altair menaikan salah satu alisnya saat mendengar pertanyaan Abraham. Ia sendiri tidak percaya mendengar Abraham yang menanyakan kabar Gladyss saat ini.

“Dia masih tidak sadarkan diri. Dokter Kalu bilang ia sedikit syok akibat insiden tadi.” Jawab Altair.

“Dia berada di kamarmu sekarang?”

Altair semakin tidak percaya mendengar Abraham yang bertanya tentang Gladyss. Seingatnya terakhir kali ia bertemu dengan Abraham, pria tua itu malah menggunakan Gladyss untuk mengancamnya agar mengambil alih Frederich Group.

Seriously? What happened to you, old man? Apa kau menabrak sesuatu yang membuat kepalamu terbentur sehingga menanyakan kabar wanitaku?” sindir Altair.

Lagi – lagi Abraham memukul kepala Altair dengan cukup keras. Cucunya satu ini benar – benar menyebalkan karena sindirannya.

One more time you hit my head, I’ll punch your face, old man.” Ancam Altair.

“Watch your manner, kiddo. I'm your still Grandpa.” Abraham mengancam balik Altair.

Stop call me with that nickname! I am not a kid anymore!

Abraham tersenyum mendengar protes dari Altair.“But in my eyes you are still my little kid, Altair. My little kiddo.

Altair terdiam mendengar ucapan Abraham. Ia tak menyangka Abraham masih ingat dengan panggilan kecilnya. Sebuah senyum terbit di wajah Altair karenanya. Abraham pun ikut tersenyum melihat sifat asli cucu kesayangannya kembali muncul.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang