Part 23: First Threat

6.3K 247 10
                                    

“Gladyss, bisa ke ruanganku segera?”

Melalui telepon dari ruangannya Ellios memanggil Gladyss yang tengah mengerjakan beberapa berkas pekerjaannya.

“Ya, baiklah.” Jawabnya.

Gladyss berdiri dari kursinya, merapihkan sedikit pakaiannya lalu beranjak ke ruangan Ellios.

“Ada apa memanggilku?” tanya Gladyss saat sudah berada di dalam ruangan Ellios.
Ellios tidak memandang Gladyss, pandangannya tertuju pada ponselnya.

Ia memandang ponselnya dengan aneh dan dahinya berkerut memikirkan keanehan itu. Merasa tak mendapat jawaban dari Ellios, Gladyss berjalan mendekat ke meja Ellios lalu duduk di kursi yang berada di hadapan meja kerja.

“Apa ada hal yang menarik dari ponselmu itu yang berhubungan denganku? Jika tidak aku akan kembali ke mejaku, tugasku masih lumayan banyak, El.” Ujar Gladyss.

Ellios akhirnya mengalihkan perhatiannya dari ponselnya. Ia menatap Gladyss lagi – lagi dengan pandangan heran dan aneh.

“Baca ini.” Titah Ellios sembari memberikan ponselnya pada Gladyss.

Gladyss mengambil ponsel Ellios dan membaca sebuah pesan yang muncul di layar ponsel Ellios.

“Segera ke kantorku sekarang. Ada hal penting yang ingin kubicarakan. Bawa juga wanitaku bersamamu. Segera. Tertanda, Altair.” Gladyss membaca pesan tersebut dan heran dengan isinya.

“Apa maksudnya?” tanya Gladyss pada Ellios.

Ellios mengendikan kedua bahunya dan menatap Gladyss dengan heran juga.

“Seumur hidupku mengenal Altair, aku tidak pernah mendapat pesan dari pria brengsek satu itu. Jika ada hal penting ia pasti langsung menelfon atau menemui langsung.” Jelas Ellios.

Gladyss sedikit terkejut mendengar Ellios yang mengatakan jika Altair adalah pria brengsek. Ia mengulum senyumnya mendengar Ellios yang sangat berani mengatai Altair.

“Apa yang kau maksud dengan pria berengsek itu adalah Altair Frederich huh?” pancing Gladyss.

Jengah dengan pertanyaan jahil Gladyss membuat Ellios memutar kedua bola matanya malas.

“Siapa lagi Altair yang ku kenal selain si brengsek itu.” Rutuk Ellios.

Kali ini Gladyss tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa melihat ekspresi Ellios yang mengatai Altair brengsek seperti dari lubuk hati yang terdalam.

“Apa kalian sudah bersama lagi?” tanya Ellios. Gladyss langsung berhenti tertawa dan membungkam mulutnya. Pertanyaan Ellios membuat Gladyss mati kutu.

“Hah sudahlah tidak usah dijawab, aku sudah tahu jawabannya.” Ellios membuang nafas pasrah melihat reaksi Gladyss yang terdiam saat mendengar pertanyaanya tadi.

Ellios kemudian berdiri dari kursinya dan mengancingkan kancing jasnya. Gladyss yang melihat Ellios berdiri juga ikut berdiri.

“Kau mau kemana?” tanya Gladyss polos.

“Tentu saja pergi menemui pria brengsekmu. Aku malas mendengar omelannya jika tidak menuruti perintahnya itu.” Jawab Ellios malas.

Gladyss hanya ber-oh ria mendengarnya. Ellios berjalan meninggalkan ruangannya dan Gladyss juga mengikutinya dari belakang. Tetapi saat Ellios sudah hampir sampai menuju lift, ia merasa tidak mendapati Gladyss juga mengikutinya. Ia berbalik dan mendapati Gladyss sudah duduk dibalik mejanya.

Ellios gemas melihat kelakuan Gladyss. Bukankah sudah jelas dari pesan itu jika Altair ingin ia dan Gladyss segera menemuinya tetapi kenapa wanita cantik satu itu malah kembali duduk di kursinya.

MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang