8

2.7K 253 21
                                    

"Sudahlah, Sima...."

Yixia lama-lama pusing karena Sima masih tidak berhenti menangis. Pelayannya itu tersedu-sedu disisi ranjang.

"Lebih baik kau tanyakan keadaan Heye pada tabib. Aku mengkhawatirkan benturan dikepalanya."

Sima menyeka airmata dan ingusnya dengan lapisan terdalam gaun yang ia kenakan. Hal itu membuat Yixia mengernyit jijik.

"Aku tidak heran kenapa Zuan mengabaikan perasaanmu, Sima," goda Yixia.

"Saya tidak peduli Yang Mulia bicara apa karena hari ini adalah pengecualian. Dihari lain, saya akan melawan, Yang Mulia."

Yixia tertawa pelan, seluruh tubuhnya terasa sakit setiap kali ia menarik napas.

"Saya akan segera kembali."

Sepeninggal Sima, pikiran Yixia melayang pada Heye. Tadinya dia sudah berpikir pria itu mati. Karena ketika akhirnya prajurit istana menemukan mereka, tubuh Heye sudah sedingin mayat. Terima kasih kepada tabib Chengnuo, pria tua itu berhasil membuat semua orang bernapas lega. Heye masih hidup, ketahanan tubuhnya bagus. Yixia berterima kasih pada prajurit istana. Jika terlambat sedikit saja, Heye mungkin sudah tak bernyawa.

"Shengshang...."

"Hm?" Yixia menatap ornamen khas yang bergelantung dilangit-langit kamarnya.

"Mereka sudah menyeka tubuh pengawal Heye dan memberikannya baju ganti. Tabib Chengnuo meminumkan ramuan pereda nyeri. Tapi tabib berpesan, pengawal Heye mungkin akan mengalami demam malam ini. Beberapa murid tabib Chengnuo akan diminta berjaga."

"Aku akan kesana." Yixia mencoba bangkit dari tidurnya.

"Untuk apa? Jangan, Yang Mulia."

"Bagaimana kalau dia demam? Dia begitu karenaku, Sima."

Sima ternganga takjub. "Shengshang, biasanya anda tidak peduli."

"Saat kau sakit aku peduli padamu."

"Ya... Maksud saya, anda tidak pernah sangat perhatian kepada pengawal."

"Ini karena aku merasa sangat berterima kasih padanya, Sima."

"Ooooh..."

Meski. bibirnya mengatakan itu, tatapan Sima membuat Yixia risih.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Seperti apa?" Sima mengendik. "Saya tidak melakukan apapun, Yang Mulia."

Yixia mendesah kesal. Sima memang pandai bicara.

"Sebaiknya jangan kesana, Yang Mulia. Meskipun anda berniat baik, akan ada banyak persepsi bermunculan. Jadi, saya sarankan Yang Mulia beristirahat saja."

Yixia membenarkan ucapan Sima dalam hati.

***

Mengendap-endap ditengah malam dengan mengenakan pakaian pelayan membuat Yixia merasa sedikit aneh. Ia hanya berharap tidak ada satu pun murid tabib Chengnuo akan mengenalinya. Namun sebelum ia memasuki ruang tidur Heye sebuah tangan mencekal lengannya.

"Yang Mulia."

Yixia menoleh. Ia mendapati Zuan mengangguk hormat dan melepaskan cekalannya.

"Maaf saya harus menyentuh anda. Karena mereka akan mendengar jika saya berteriak." Zuan menunjuk kamar tidur Heye. "Apa yang anda lakukan ditengah malam begini dengan menggunakan pakaian pelayan? Anda tahu jika ini berbahaya."

"Aku harus melihat keadaannya."

"Pengawal Heye baik-baik saja. Kami sudah memastikan itu. Ada tiga orang murid tabib Chengnuo yang siap siaga didalam jika saja dia membutuhkan sesuatu secepatnya."

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang