13

2.4K 221 12
                                    

Yixia menahan keinginannya untuk menyentuh Heye demi memastikan keadaan pria itu. Heye memang nyata duduk bersila didepannya dan yah.... Begini saja sudah cukup. Pengawalnya terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Apa kau mengingat siapa yang memberikan racun padamu?"

Heye menggeleng.

"Hm... Kau memang sedang sekarat hari itu." Yixia memaklumi.

"Anda tidak berniat menghukum saya lagi?"

Pertanyaan Heye membuat Yixia mengingat kembali kekesalannya diruang perjamuan tadi.

"Kau ingin aku menghukummu?"

Heye tidak menjawab. Matanya lurus. menatap lantai yang ia duduki.

"Aku sedang berbaik hati kali ini. Lain kali bisa saja aku menempatkanmu dikandang Anlian."

"Maaf, Yang Mulia?" Heye memastikan pendengarannya.

"Anlian. Singa peliharaanku."

***

"Apa katanya?"

Ruyi berbisik pelan ketika akhirnya Heye keluar dari ruangan Yixia. Heye melirik malas.

"Dia bilang akan memasukkanmu ke kandang Anlian. Hmmm... Aku tidak tahu siapa itu Anlian."

"Aku? Ke kandang Anlian? Kenapa?" Tanya Ruyi tolol.

Heye mengangkat kedua tangannya. "Entahlah. Mungkin karena kau belum juga kembali ke Laiyang. Dia bosan melihat wajahmu."

"Aku baru empat hari disini, sialan."

"Apa kau baru saja mengataiku sialan?" Heye mendesak Ruyi hingga mundur ke belakang.

Bibir Ruyi mengerucut. "Kurasa telingamu masih berfungsi dengan baik."

Heye menggebrak pilar dibelakang Ruyi. "Apa kau bilang?"

"Jaga sikapmu. Disini kau tetap saja pengawal kakakku, Xinlong huangtaizi."

Sejurus kemudian Heye terkekeh puas. "Ruyi...." Ia menggeleng diiringi senyuman tipis. "Aku penasaran bagaimana mendiang Raja Niyu membesarkanmu. Kau begitu berani, tidak kenal takut. Tapi bukan berarti kau sembrono dalam mengambil langkah. Nyali juga kecerdasanmu adalah paduan yang luar biasa diusiamu sekarang. Sejak pertama kali kita bertemu di Hainan, aku tahu kau akan jadi sesuatu yang besar dikemudian hari."

Alis Ruyi terlihat hampir menyatu karena rasa bingung. "Sesuatu yang besar?"

"Raja. Kau akan menjadi raja suatu hari nanti, Pangeran Ruyi."

***

Yixia memikirkan laporan terbaru dari Muru Hanjiang. Menteri Pertahanan Weian itu mengatakan pasukan Yishan sudah mulai bergerak mendekati tapal batas wilayah. Pelan tapi pasti. Yixia mengenali cara main Yishan. Kakaknya itu juga melakukan hal yang sama kala merebut negeri Zu dari Raja Akin.

Sima, yang sudah kembali mengurusi Yixia, berlutut didepan ratunya. "Shengshang..."

"Ada apa, Sima?"

Sima memandangnya ragu. Airmata terlihat menggenang dipelupuk mata dayang muda itu.

"Sima, katakan ada apa." Yixia turun dari tempat tidurnya.

"Pangeran Mingrui menghilang. Kepala pelayan dikediamannya mengatakan Pangeran tidak mau makan sejak semalam dan pagi ini, dia tidak ada dikamarnya."

Masalah apa lagi ini?

Yixia mengepalkan jemarinya. Belum lagi dia menemukan cara untuk mengantisipasi serangan Yishan, Mingrui adiknya justru berulah.

"Katakan pada Zuan agar memimpin pencarian. Mereka harus menemukan anak itu."

Sima mengangguk pasti dan meninggalkan Yixia. Yixia mengikuti langkah Sima dengan matanya sampai wanita itu menutup pintu.

Muyun Mingrui... Apa yang kau lakukan?

Mingrui lebih tua beberapa bulan dari Ruyi. Ibunya hanya selir biasa yang meninggal saat melahirkan dia. Mendiang Raja Niyu memiliki sepuluh orang putri dan enam orang putra. Dari keenam putranya, Mingrui yang paling pendiam. Ia tidak banyak bergaul dan cenderung membenci keramaian. Yixia sering mendapatinya bicara sendiri ketika melamun. Mingrui pernah berjalan dengan tatapan kosong ditengah danau hingga nyaris tenggelam. Itu yang membuat Yixia menempatkannya di Taiyang Gong dengan banyak pelayan dan pengajar yang diharapkan dapat membantu kondisi Mingrui.

Kenapa dia kabur?

Yixia menekan tengkuk. Kepalanya terasa pusing karena masalah yang terasa bertubi-tubi menimpanya. Ia harus mengatasi Yishan, sekaligus mengkhawatirkan Mingrui. Bagaimana jika ketika ditemukan anak itu sudah terbujur kaku? Yixia bergidik.

"Ya, Dewa.... Lindungi adikku."

***

Desiran pasir yang menjadi penanda waktu terdengar akibat heningnya suasana balairung. Penasehat Ahn, Perdana Menteri Yihang, Menteri Pertahanan Hanjiang, Zuan, Heye dan beberapa pengawal terlihat saling melempar tatapan. Ada sorot curiga, cemas, tegang. Semua bercampur didalam mata mereka yang memantulkan cahaya kuning kemerahan lentera yang terletak diatas meja.

"Pangeran Mingrui tidak pernah melakukan ini sebelumnya." Penasehat Ahn membuka percakapan.

"Kami sudah menyisir seluruh areal terdekat, dan tidak menemukan tanda-tanda mencurigakan." Zuan menatap semua orang yang berkumpul. "Jika Pangeran tercebur ke danau, kami pasti sudah menemukannya."

"Aku berusaha mencarinya diluar istana berbekal lukisan dari pelayan Yang Mulia. Tidak ada yang menyerupai ciri-ciri Pangeran Mingrui. Kurasa Pangeran disembunyikan disatu tempat yang dekat tapi tidak kita sadari." Heye bersuara.

"Itu bisa saja terjadi." Perdana Menteri mengusap janggutnya. "Guofang buzhang, terakhir kau bicara mengenai proses pembangunan benteng yang bermasalah dengan warga desa. Apa yang mereka minta?"

"Mereka meminta ganti rugi untuk setiap petak tanah yang masuk proyek, Perdana Menteri." Menteri Pertahanan terlihat berpikir. "Tapi itu tidak mungkin menjadi penyebab hilangnya Pangeran Mingrui. Dia hampir tidak pernah terlibat diacara kerajaan dan tidak ada rakyat yang mengenalnya kecuali kerabat dekat raja serta pejabat pemerintah."

Semuanya diam. Kembali berkutat dengan pikiran masing-masing tanpa menyadari ada sepasang mata dan telinga yang memperhatikan mereka dari luar. Satu pelayan yang berniat masuk untuk mengantarkan teh terkejut melihat sosok itu.

"Pangeran Ruyi, kenapa anda disini?"

10 Juli 2017

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang