21

2.3K 237 35
                                    

Rombongan Yixia tiba di Bai Lianhua Gong menjelang pagi. Yixia turun dari atas kuda dibantu oleh Heye. Mingrui melompat dan langsung mengerutkan kening ketika melihat suasana yang tidak biasa. Seluruh penghuni istana mulai dari kasim, dayang, hingga beberapa pejabat yang terjaga dibalai terlihat mengenakan pakaian putih khas orang berduka. Sedu-sedan juga lantunan mantra membuat bulu kuduk siapapun yang mendengarnya berdiri.

"Apa yang terjadi?" Desis Mingrui.

Tak lama, Sima berlari menyambut mereka diiringi Zuan yang melangkah tegang dibelakangnya. Dayang muda itu menangis pilu.

"Sima, ada apa?"

Sima tidak menjawab. Ia mempersilakan Yixia melangkah dengan isyarat tangan. Meski bingung sang ratu pun mengikuti permintaan dayangnya. Mingrui yang bersisian dengan Heye masih merasa heran.

"Ada apa ini?" Bisiknya pada Heye.

"Entahlah. Kurasa sesuatu yang buruk telah terjadi."

Sepuluh prajurit yang mengawal kepergian Yixia ikut berjaga disekeliling mereka. Sedangkan Yixia mulai merasakan kakinya melemas. Sima menuntunnya menuju bagian tengah balairung. Diatas altar panjang setinggi pinggang, ada sebuah peti dengan raga terbujur kaku didalamnya.

"Terjadi kebakaran dipenjara bawah tanah, Yang Mulia. Semua orang selamat kecuali..."

Kalimat Sima terhenti karena Yixia mengangkat tangannya. "Jangan diteruskan."

"Anda harus tahu ini."

"Jangan diteruskan!!"

".... Kecuali Pangeran Ruyi."

Kekeraskepalaan Sima membuatnya terus bicara. Yixia jatuh terduduk. Airmatanya mengalir deras seiring bibirnya yang menjeritkan nama Ruyi. Semua ucapan Penasehat Ahn sebelum kepergiannya kembali terngiang.

"Ruyi.... Ruyi.... Bangunlah, Pangeran. Kau tidak bisa melakukan ini padaku."

Yixia menangisi tubuh hangus didalam peti itu.

"Ruyiiii! Aku membencimu! Aku belum membalas semua kenakalanmu semasa hidup dan sekarang kau pergi! Aku benar-benar membencimu!"

***

Isak tangis Yixia masih belum berhenti. Sepanjang prosesi pemakaman ia hanya berada dalam pelukan Heye. Menangis tak rela. Mingrui menggenggam tanah basah yang menutupi liang lahat saudaranya.

Muyun Ruyi.... Apakah kau hanya berakhir seperti ini?

Heye tak henti mengusap punggung dan menyeka airmata Yixia. "Sudahlah.... Jangan menangisinya hingga seperti ini, Yang Mulia."

"Kenapa aku harus mengurungnya? Kenapa aku tidak mengirimnya pulang ke Laiyang? Kenapa aku harus pergi ke Anhui?"

Heye tidak lagi mempedulikan banyak pasang mata yang memandangi mereka dengan aneh. Seorang ratu berada dalam pelukan pengawal pribadinya. Bukan sesuatu yang lumrah. Hal itu justru hubungan yang terlarang. Tapi tak ada satu pun yang bicara.

"Kembalilah lebih dulu dengan Sima. Kami harus menata beberapa batu dan menamai makam ini, Yang Mulia."

"Aku ingin disini bersamamu."

Heye menggeleng. "Anda harus beristirahat. Kami akan segera kembali." Ia menatap Yixia teduh. "Semuanya akan baik-baik saja." Dikecupnya kening Yixia dengan penuh kasih. "Beristirahatlah."

Yixia mengangguk. Merelakan pelukan Heye lepas darinya dan menyambut uluran tangan Sima yang segera membawanya pergi menuju tandu. Heye masih terus menatap dan tersenyum pada Yixia hingga tandu itu semakin menjauh. Beberapa prajurit tinggal, menata bebatuan untuk dijadikan muzhiming. Heye menyeret Mingrui menjauh dari mereka.

"Buka yi-mu."

"Untuk apa?" Mingrui bergidik ngeri.

"Dengar, apapun itu, aku ragu jika kita sudah memakamkan orang yang benar."

Untuk beberapa saat Mingrui terdiam lalu kemudian menyeringai.

"Ternyata kau juga berpikiran sama."

"Aku menghadapi banyak hal di Istana Kaisar, Pangeran Mingrui. Jadi kuharap kau bekerjasama."

"Hehehe...." Mingrui menggeleng pelan. "Kita tidak bisa melihat tanda itu dijenazahnya yang hangus, huangtaizi." Mingrui menyibak yi-nya. "Dan ya... Aku tahu apa yang kau pikirkan. Ayahku menandai Ruyi, bukan aku. Pada awalnya aku tidak menyadari ini. Aku memang tidak terlalu bergaul dengan banyak orang. Dan kadangkala, aku membayangkan sesuatu yang tidak masuk akal. Saat ayahku wafat dan Yixia naik takhta, aku menerima sebuah surat yang mengatakan bahwa aku adalah Putra Mahkota yang dirahasiakan. Seiring waktu, Yixia sepertinya juga mendapatkan pesan yang sama. Aku melewati banyak hal berbahaya dan aneh. Sejak saat itu, aku ditempatkan di Taiyang Gong.

"Namun suatu hari, dihari peringatan kematian ayahku yang pertama, kami semua berkumpul kecuali Yishan, Selir Tinggi Yueli, Selir Menengah Rongyi, dan Ibu Suri Zhengyan. Ruyi yang tiba belakangan mendadak tersungkur jatuh. Aku menolongnya. Diperutnya ada luka tusukan yang mengeluarkan darah banyak sekali. Dia tidak bicara apapun soal itu dan memintaku diam. Aku membantunya berganti pakaian. Ada lambang kerajaan Weian didada kanannya. Kala itu juga aku sadar, Ruyi adalah Putra Mahkota Weian. Aku tidak membahasnya, dia juga tidak. Tapi kurasa... Dia tahu siapa dirinya."

Heye mengumpat. "Kenapa Raja Niyu mewasiatkan Yixia sebagai penerus?"

Mingrui terbahak. "Kau masih bertanya? Tentu saja untuk memberi Ruyi kesempatan tumbuh dewasa dan membangun kekuatan yang cukup untuk bisa melindungi dirinya."

"Termasuk menjadikanmu Putra Mahkota bayangan?"

Mingrui mengangguk.

"Kau tidak menginginkan ini?" Heye tertegun. "Maksudku.... Menjadi raja Weian..."

Yang ditanya tersenyum simpul. "Menjadi pangeran saja sudah menyesakkan untukku, Huangtaizi. Aku tidak ingin menjadi raja. Aku ingin hidup didaerah pedesaan, bersama perempuan cantik yang kucintai, membesarkan anak-anak kami dengan bahagia. Sesederhana itu."

Heye termenung. Ya.... Sesederhana itu.

"Kurasa...." Mingrui mendadak tertawa keras. "Ah... Aku bisa gila."

Heye memandang bingung. Mingrui menoleh pada Heye. Sedikit mendongak, karena pria itu lebih tinggi darinya.

"Kau tahu, Muyun Ruyi bukanlah seorang pangeran yang akan mati semudah itu. Dia memimpin provinsi Laiyang diusia belia dan berhasil mempertahankannya hingga kini."

Seringai Heye terbit.

"Kau tahu maksudku...."

"Tentu saja, Pangeran Mingrui."

3 September 2017

Besok rombongan kami akan berkunjung ke beberapa sekolah didaerah terpencil. Aku harap aku bisa mempublish work ini sampai tamat sebelum 31 Oktober 😹 Semoga. Tapi mesti rajin yaaa vote ama komennya. LOL.

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang