23

2.2K 223 12
                                    

"He一Pangeran Xinlong menitipkan ini, shengshang." Sima meralat panggilannya.

Yixia mengabaikan Sima.

"Yang Mulia Ratu..."

"Diam!" Bentak Yixia. "Jangan berani kau sebut namanya lagi didepanku, Sima."

"Yang Mulia...." Sima membungkuk hormat. "Ada baiknya ada membaca pesan Pangeran Xinlong."

"Tidak. Dia tidak penting lagi bagiku."

Sima tahu Yixia berbohong. Duka dan rasa sakit itu membayang disorot lelah ratunya, juga dari jejak-jejak tangis yang tersisa diwajahnya.

"Anda terus menangis beberapa hari ini, Ratu Yixia."

"Aku tidak menangis."

Baiklah. Sima sudah bosan. Dia mundur dan meletakkan surat Xinlong diatas meja. Yixia mungkin akan membacanya nanti. Jelas tidak ada gunanya mencoba bicara ketika Yixia sedang dalam suasana hati yang buruk seperti saat ini.

"Kalau begitu saya permisi. Jika anda membutuhkan sesuatu, panggil saja saya lewat Zuan."

Sepeninggal Sima, Yixia justru kembali menangis. Hati dan pikirannya lelah. Semua masalah bertubi-tubi ini seolah tidak sanggup ia tanggung lagi. Rencana serangan Yishan, kenyataan baru tentang Mingrui dan Ruyi, kematian Ruyi, dan kebohongan Heye.

"Sialan sekali pria itu. Dia pikir bisa mempermainkanku sesuka hatinya?" Yixia memukuli dadanya sendiri. "Harus berapa kali aku dibohongi. Kenapa aku tidak belajar dari semua yang telah lewat?" Ucapnya seorang diri.

***

"Kematian adalah jalan takdir. Kita tidak bisa menolak pun menyesalinya. Hiduplah untuk pengorbanan mereka yang telah pergi. Karena hanya dengan cara itu kita memaknai kepergian yang sebenarnya."

Yixia memijit pangkal hidungnya. Sudah beberapa hari ini dia menderita flu akibat selalu menangis. Banyak hal yang ditangisinya dalam hening malam. Ia jelas tidak boleh dan tidak akan menangis didepan rakyatnya ataupun pejabat pemerintahannya kecuali Perdana Menteri dan Penasehat Kerajaan.

"Yang Mulia, anda mendengarkan saya?"

"Oh tentu saja." Yixia melambai tak acuh pada Penasehat Ahn.

"Tapi anda sejak tadi selalu menunduk, Yang Mulia."

"Kepalaku sedikit pusing. Kurasa aku butuh tidur lebih banyak lagi"

Penasehat Ahn mengangsurkan cawan teh didepannya untuk Yixia.

"Anda harus tenang. Tarik napas anda dalam-dalam, Yang Mulia."

Yixia mengikuti instruksi itu. Namun wajahnya segera berubah masam saat ekor matanya menangkap sosok Perdana Menteri Yihang ditangga naik pendopo.

"Masih berani kau menampakkan batang hidungmu didepanku, Tuan Perdana Menteri," komentarnya.

Yihang membungkuk dalam baru kemudian menegakkan tubuhnya.

"Ampuni saya, Yang Mulia."

"Kau beruntung aku masih mengampuni nyawamu. Aku benar-benar marah karena kau dan Zuan ternyata ikut bersekongkol menutupi siapa pria itu sebenarnya."

Yihang dan Ahn bertukar tatap.

"Oh. Apa kalian sekarang sedang saling memberi kode? Penasehat, kau juga terlibat. Benar bukan?"

Ahn menunduk takzim. "Ampuni saya, Yang Mulia."

"Aku bisa saja menggantung kepala kalian bertiga didepan gerbang istana." Yixia melirik Zuan yang berdiri jauh didekat anak tangga terbawah.

"Apa anda akan menggantung kepala saya juga, Yang Mulia?"

Yixia menoleh ke belakang. Ia mendapati Mingrui duduk santai dengan punggung bersandar ke pilar.

"Kau...."

"Yang Mulia, Putra Mahkota Kaisar pasti memiliki alasan tersendiri kenapa dia menyembunyikan identitasnya. Dia kabur dan datang kemari dengan identitas palsu, berharap tidak ada satu pun yang mengenalinya. Dia pasti punya alasan."

"Bagus. Kali ini kau membelanya secara terang-terangan."

Mingrui mengerucutkan bibirnya tak terima. "Saya tidak membelanya. Saya hanya memberikan kemungkinan lain yang mungkin tidak anda pikirkan sebelumnya." Ia berdecak pelan. "Lagipula kenapa anda begitu marah?"

"Dia sudah membohongiku, apa aku tidak berhak marah?"

"Saya pikir anda lebih merasa kehilangan daripada marah, Yang Mulia."

Perdana Menteri dan Penasehat Kerajaan terkesiap mendengar kelancangan Mingrui. Beruntung saja Yixia bukan ayahnya. Pangeran muda satu itu bisa saja menerima hukuman cambuk ratusan kali. Zuan berdehem keras. Mingrui menutup mulutnya.

"Oops...."

"Darimana kau belajar hal-hal tidak sopan begitu, Muyun Mingrui?"

Mingrui menggeleng dengan kedua tangan masih menutupi mulut.

"Berlutut!!"

Mingrui menggeleng.

"BERLUTUT!!"

"Tidak mau! Saya mengatakan yang sebenarnya. Anda tidak seharusnya membohongi diri anda sendiri, Yang Mulia." Mingrui tersenyum lebar dan melompat turun dari pendopo. "Anda harus lebih jujur pada diri sendiri. Jika anda memang menaruh hati pada Pangeran Xinlong, berusahalah untuk percaya padanya apapun yang terjadi." Dan remaja itu pun melangkah secepat yang ia bisa untuk segera berlalu dari hadapan Yixia.

Yixia membeku ditempat duduknya.

"...apapun yang terjadi kemudian, hati dan hidup saya akan selamanya menjadi milik anda."

7 September 2017

Apa2an ini 😂 Isi part yang unfaedah banget. Wkwkwkk. Maaf eiiimmm.... Soalnya editingku belum selesai sih. Jd aku cut partnya. Nanti malam atau besok pagi aku post lagi yas. Maaf lagi sibuk bgt mau ada kunjungan Komisi III DPR RI. Dari kemaren gladi muluuuu 😂

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang