10

2.5K 236 8
                                    

Pangeran Ruyi tidak langsung kembali ke Laiyang. Ia malah memutuskan tinggal selama beberapa hari sampai keadaan Heye membaik.

"Aku ingin bicara pada pengawal pribadimu setelah dia cukup sehat. Dan jangan menatapku seperti itu, Yixia. Aku berhak bicara dengannya empat mata sebagai adik dari Ratu Weian."

Dia tidak memberikan Yixia kesempatan menolak karena setelah mengatakan itu, Ruyi langsung pergi menuju He Jia'ao, kediaman lama Selir Menengah Rongyi, ibunya, saat masih tinggal didalam istana.

"Anak itu selalu saja kurang ajar."

Yixia menatap kepergian Ruyi dengan kesal. Pembicaraan keduanya tidak menemui ujung yang Yixia harapkan. Ruyi memang pangeran yang menonjol sejak ia bisa berjalan. Oh, bahkan sejak bayi. Dia mendominasi istana. Perangainya aneh tapi dia anak baik. Meski sikapnya nyentrik, jalan pikiran Ruyi tidak akan mudah dibaca. Atau bahkan, tidak pernah bisa dibaca. Itulah kenapa dia tidak  mencabut semua kekuatan militer yang diwariskan pada anak itu. Yixia percaya Ruyi dengan sikap antagonisnya yang terang-terangan tidak akan mungkin berkhianat pada Weian. Anak itu punya agendanya sendiri. Tapi jelas bukan untuk menghancurkan Weian.

Yixia terkejut saat tiba dikamar Heye, ada dua orang yang sudah lama tidak ditemuinya tengah duduk memperhatikan Heye yang tertidur.

"Selir Tinggi Tangyin, Pangeran Zeyu. Oh, maafkan sambutan yang tidak layak ini. Seharusnya kalian berdua langsung menemuiku diruang perjamuan."

"Kami baru saja tiba, Ratu. Begitu mendengar kabar yang menimpamu, Zeyu langsung mengajakku pergi tanpa sempat mempersiapkan apa-apa. Maafkan kami datang dengan tangan kosong."

Yixia memberikan kode pada Sima untuk menyiapkan teh.

"Oh mari kita ke ruang perjamuan saja."

"Tidak perlu. Disini saja." Tangyin mencegah Yixia. "Zeyu menyaksikan proses seleksi pengawalmu, dia memaksa ikut dan Menteri Pertahanan mau tidak mau mengizinkannya."

"Begitukah?" Yixia terkejut. Dia melihat Zeyu menunduk takut.

"Menteri Pertahanan tidak mengatakannya pada anda?"

"Aahh...." Yixia mengibaskan tangannya. "Mungkin dia lupa."

"Zeyu penggemar Heye. Dia bahkan tahu namanya."

Yixia tertawa. Dia menjawil pipi Zeyu gemas. Remaja tanggung itu semakin menunduk. Malu dan juga takut.

"Kalau dia sudah sembuh, kau boleh bermain dengannya."

"Benarkah, Yang Mulia?"

"Tentu saja." Angguk Yixia. "Asal kau belajar dengan benar. Setelah itu, boleh bermain dengannya."

Wajah Zeyu berseri-seri. Terlihat tak sabar menanti Heye sembuh. Ia merancang banyak hal dalam pikirannya. Termasuk membawa Heye adu balap kuda.

"Apakah Yang Mulia akan menikah dengan Heye?"

"Pangeran!" Tegur Selir Tinggi Tangyin.

Yixia tersenyum masam. Apakah Zeyu tidak belajar dengan baik? Seorang ratu tidak akan menikah dengan pengawal. Lagipula entah kenapa, pertanyaan itu membuatnya merasa aneh.

"Hahaha.... Tentu saja tidak, Pangeran Zeyu."

"Tapi saya melihat anda menggunakan pakaian kebesaran kekaisaran, Yang Mulia."

Yixia dan Tangyin berbagi tatapan heran.

"Dan pasangan anda adalah Heye," lanjut Zeyu.

"Hahahaha...." Yixia tertawa. Selir Tinggi Tangyin juga.

"Pangeran.... Kau terlalu menyukai Heye, bukan begitu? Begini..." Yixia menyejajarkan wajahnya dengan Zeyu. "Seorang raja, putri, atau pangeran boleh saja menikah dengan rakyat jelata. Meskipun itu sangat jarang terjadi dan lebih sering ditentang oleh keluarga kerajaan. Tapi bagi seorang ratu, hal itu mutlak tidak bisa."

Wajah Zeyu masih menyimpan kebingungan. Sorot matanya seolah berkata aku serius dengan ucapanku. Tapi Yixia sudah mencubit pipinya gemas dan menyilakan Tangyin juga Zeyu menikmati teh serta buah kering yang dibawakan pelayan. Mereka membicarakan banyak hal sampai matahari beranjak turun.

***

Yixia melepas kepergian Tangyin dan Zeyu dengan wajah muram. Ayahnya tidak terlalu banyak memiliki selir resmi. Dan dari beberapa orang selir resmi ayahnya, Selir Tinggi Tangyin lah yang selama ini bersikap paling netral. Wanita itu seolah tidak memiliki ambisi. Dia terlihat mencintai Raja Niyu, raja Weian terdahulu sepenuh hatinya.

Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Yixia memikirkan ucapan Zeyu beberapa saat lalu. Zeyu tidak menjelaskan dimana dia melihat Yixia mengenakan pakaian kebesaran kekaisaran dengan Heye disebelahnya? Ah. Yixia tertawa sendirian. Anak itu memang penggemar Heye rupanya. Dia bahkan berkhayal terlalu jauh.

"Oh... Kau bahagia karena mereka pergi?" Ruyi mendadak sudah berdiri disebelahnya. "Tapi kau pasti tidak senang karena aku masih disini." Seringai culasnya terbit.

Yixia mengerucutkan bibir. "Mulut pedasmu sepertinya perlu dididik lagi. Aku senang kau ada disini. Agar otakmu bisa sedikit lebih bersih. Diluar sana, kau diracuni entah oleh siapa. Aku beritahu kau, Muyun Ruyi. Jika ada pilihan untuk mempertahankan Weian tanpa harus menjadi ratu, aku rela mundur. Tapi melihat kau, Yishan, Zeyu, Mingriu dan lainnya, apa kau pikir aku rela melepaskan tampuk kepemimpinan ini ke tangan kalian? Terutama kau. Kau dan otakmu yang negatif itu."

"Lihatlah dulu dirimu sebelum kau menudingkan telunjukmu pada orang lain, Muyun Yixia. Apa kau sudah memimpin negeri ini dengan benar heh? Hampir empat tahun kepemimpinanmu, aku tidak melihat perubahan besar terjadi pada Weian."

"Kau dan matamu yang buta." Yixia pergi meninggalkan Ruyi.

"Aku tidak buta! Kau yang tidak becus menjalankan tugasmu, Yixia. Serahkan saja kerajaan ini pada Yishan. Aku kasihan melihatmu menjadi perawan tua seperti ini!"

Yixia berbalik dengan marah. "Jaga ucapanmu, Pangeran Ruyi. Hidupku bukanlah hal yang boleh kau komentari sesuka hatimu. Kau terima atau tidak, aku ratumu. Menentangku, menentang negeri ini. Aku masih berhak melucuti armada militer dan semua gelar yang kau sandang."

"Aku tidak takut." Ruyi membalas tatapan Yixia. "Lakukan saja jika kau bisa melakukannya."

Tangan Yixia terkepal. "Jangan memaksaku, Ruyi. Aku masih berbaik hati kepadamu. Jadi selama aku bisa sabar, aku akan bersabar."

11 Juni 2017

Queen Yixia' Man《Park Shinhye》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang