Punya Kakak laki-laki kalau sedang baik memang nyaris seperti Hero, pun kalau sedang buruk, tak ada bedanya dengan SUMO.
..
..
..Dress selutut; gaet. Bandana putih; gaet. Sneakers hitam; gaet. Flat shoes: gaet.
Oke, semuanya sudah lengkap. Aku sudah menguras tabungan yang memang nyaris kandas itu untuk membeli pernak-pernik sialan ini. Empat dress, lima bandana warna-warni, tiga sneakers dan dua flatshoes. Waktunya menepuk pundak sopir taksi, "Ke Cluster Fedora, Pak." Lalu, menyandarkan punggung sambil memejamkan mata. "Oh fuck!"
"Kenapa, Mbak?"
"Ha? Enggak, enggak. Saya tadi cuma kaget."
Ya salam. Bahkan dalam keadaan mataku terpejam saja, muka songong dokter tua itu masih terbayang. Bagaimana belagunya saat ia mengatakan kalau aku tak boleh memiliki kekasih. Apa dia lupa kalau seluruh warga negara republik Indonesia dijamin hak dan asasinya? Aku curiga, ia menjadi salah satu tim pembangkang pelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan alasan sang guru bikin ngantuk.
Rupanya, selama ini aku benar-benar keliru karena berpikir kalau dokter adalah malaikat yang terlihat. Dengan segenap jiwa, mengabdikan diri untuk menyembuhkan manusia. Tak peduli bagaimanapun suasana hati dan pikiran, mereka dituntut bekerja dengan nyawa pasien sebagai jaminan.
Namun, hari ini, kuasa Tuhan menampakkan diri, bahwa ternyata, tak peduli profesi, kalau bejat ya bejat saja.
"Berdoalah ke depannya, elo bakal baik-baik aja, Pra. Berdoalah. Jangan remehkan permainan Tuhan." Aku menepuk dada dua kali, pelan. "Elo cuma gadis beruntung yang belum ngalamin semua itu. Counting down."
Lupakan semua itu. Sekarang, istirahat sejenak.
Saat aku membuka mata karena suara, aku baru menyadari kalau sudah berada di gerbang kompleks. Good. Tertidur di dalam taksi seorang diri. Beruntung karena sopir ini tak melakukan apapun. Atau, jangan-jangan dia sudah menyentuh salah satu bagian tubuhku dan aku tak menyadarinya? Lebih gila lagi, kalau selama beberapa waktu, dia menjadikanku fantasi liarnya?
Ew. Demi apapun, sopir ini sudah tua. Kalau banyak uang sih nggak masalah. Aku bisa meminta tanggung jawab dengan dinikahi dan mejadi istri kedua tapi berkuasa. Lalu, ia semakin renta dan berakhir masa, sementara aku akan menguasai seluruh dunia dan hartanya. Selanjutnya, hidup Praveena akan sempurna! Menjadi janda kaya raya tanpa perlu bekerja.
"Mbak... Kita masuk atau di sini aja?"
Aku nyengir. Nyatanya, Pra, kamu sebentar lagi akan menjadi seorang pengasuh. Pekerjaan yang nggak pernah masuk ke dalam pikiran laknatku sekalipun. "Mmm, masuk deh, Pak. Saya males jalan. Panas." Gila saja aku harus jalan beberapa meter. Meskipun tak mengenakan heels, tetap saja telapak kaki akan terasa panas.
Aku merapikan beberapa paperbag, "Setop di sini, Pak." Dengan susah payah, aku membuka pintu mobil. Melirik sinis pada sopir itu, aku berdecak. "Bantuin dong, Pak. Gimana sih, penumpangnya kesusahan juga malah diem aja."
"Ohiya, Mbak. Maaf." Bapak itu mengitari mobil dan membawa barangku hingga ke kursi di teras rumah. "Udah semua, Mbak?"
"Hm." Merogoh tas, aku mengeluarkan dompet dan membayarnya setelah menanyakan argo. "Kembaliannya ambil aja." Toh, sebentar lagi aku akan mendapatkan gaji kembali.
"Makasih banyak, Mbak."
"Hm." Aku merangkul semua paperbag hingga hanya kepala yang tersembul. Meniupi rambut yang menutupi muka, aku sambil berusaha berjalan mendekati pintu. Mendorongnya dengan kaki dan ... good! Nggak dikunci. "Pra pulang ....! Mama! Papa! Ya ampun, pada di mana sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Wishy-Washy ✔️ [ SUDAH TERBIT ]
ChickLitKarena laki-laki tampan bukan lagi menjadi incaran. Seiring berkembangnya zaman, selera perempuan tak akan pernah bisa kamu prediksi. ... ... ... Enjoy!