| X - Wishy-Washy |

62.6K 9.7K 668
                                    

Kalau sudah kalah, mengalah pun tiada masalah.
..
..
..






Akhir-akhir ini, aku berani menjamin kalau tekanan darahku meningkat tajam. Kepala pening, otak panas dan hati dongkol. Jelas, aku tahu awal sebab semua ini. Siapa lagi lalau bukan Gandhaa-asshole-Prasetya itu. Bahkan, pagi ini, saat aku berpamitan dengan Mama dan Papa untuk menjenguknya---tentu disambut senyum merekah pepsodent---aku dihadapkam oleh kenyataan kalau dompetku tertinggal di rumah.

Oh God, seperti tidak ada yamg lebih buruk saja dari ini. Bagaimana mungkin hal sepenting itu terabaikan sementara alat kecantikan sudah tertidur sempurna di dalam slingbag.

Aku meminta driver menunggu sebentar selagi aku mulai memasuki gerbang. Kakiku otomatis berhenti, saat mendapati mobil yang sangat familier. "Ngapain si Kolot ke rumah gue tanpa bilang?" Dengan langkah lebar, aku segera nyelonong karena daun pintu terbuka dan buru-buru menaiki tangga.

Dan, di sana, beberapa langkah di depan kamar Mas Satya, Laras membelalakkan mata sambil memeluk tasnya erat.

"Heh, ngapain lo di sini?" Aku menunjuk kamar Mas Satya, sambil terus memperhatikan wajahnya yang pias. Kenapa sih nih orang? "Woy!"

"Itu ... gue tadi---"

"Laras, nanti kamu mampir dulu ke kantor Mas Satya enggak?" Itu suara Mama. Terdengar dari bawah. "Tante nitip buat makan siang ya. Kamu sekalian aja makan bareng sama dia, Tante bawain banyak kok."

Aku menyipitkan mata. Melangkah mendekat sedangkan sang objek bergerak panik. "Wah, ada apa dengan elo dan Mas Satya? Gue lewatin sesuatu?" Aku mendengus ketika Laras masih memilih bungkam. "Kalian pacaran ya?"

"Enggak!"

"Naik satu oktaf, Ms. Pamungkas wanna be?"

"Pra ... Pra ... gue---"

"Tae lo! Ngaku enggak, lo pacaran sama Mas Satya? Ha? Sejak kapan? Kenapa nggak bilang? Anjrit! Ogah banget gue punya Kakak ipar kayak elo ya yang bahkan menjerumuskan gue ke dokter sialan itu!"

"Pra, dengerin gue---"

"Ngaku!" Aku mendelik maksimal agar ia takut dan mengaku, tetapi malah senyum geli menjijikkan yang kudapatkan. "Ras ...."

Ia malah nyengir! "Ya mau gimana. Pesona gue memang nggak bisa diabaikan gitu aja sama Mas lo itu." Dengan lenggak-lenggok bak bencong dadakan, Laras mendekatiku. Ini malah kebalik, aku yang dibuatnya menelan ludah kaku. "Akhirnya, elo tau juga ya. Salam kenal, Calon Adik Ipar."

"Fuck you!" Tak cukup dengan umpatan, aku mengacungkan jari tengah ke wajahnya yang justru membuat Laras tergelak. "Enak ya lo ya, Ras. Mas Satya udah kredit rumah di Jagakarsa, baru lunasin mobil dan katanya tabungan buat resepsi dari dulu sudah ada. Dan, gue pikir bakalan sekelas Velove Vexia gitu calon bininya karena liat dia seberjuang itu tapi ..." Aku menilai dia dari atas kepala sampai ujung kaki. "Coba lihat dong, calon Kakak ipar gue ini nggak jauh beda sama Mimi Peri. Ew!"

Seakan abai sama emosiku yang meledak, Laras malah kembali terkikik. Menoel hidungku. "Sekarang, kebukti kan siapa yang lebih berkualitas? Larasati Aulia yang siap dinikahi sama cowok ganteng, mapan emosi dan finansial atau elo ... Praveena Radha, yang bahkan masih berkutat sama keegoisan?"

"Taik lo!"

"Taik yang ini mahal harganya, Pra."

"Elo...."

"Lho! Pra, kamu kok udah pulang lagi?" Mama tak terlihat terkejut. Namun, senyumnya seketika mengembang saat menatap Laras. "Udah tahu ya, Pra? Iya, ini calonnya Mas-mu. Laras. Sahabatmu sendiri. Mereka baru resmi jadian belum lama kok, cuma memang mau langsung nikah. Karena ternyata, selama ini, Mas-mu tuh diam-diam memperhatikan lho. Ndak nyangka Mama, kalau dia sekeren itu."

Wishy-Washy ✔️ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang