Prolog

248 4 0
                                    

Di tengah lorong labirin itu, seorang lelaki yang terlihat kumuh,dengan tas besar di punggungnya.

berjalan menyusuri labirin sambil terseok-seok karena lelah. terkadang dia terjatuh, lalu berdiri kembali.

Lelaki itu sudah tidak terlihat waras lagi, terkadang dia suka berbicara sendiri, tertawa sendiri, tidak jarang dia berteriak karena bosan ataupun lapar.

Terakhir kali dia makan adalah makan malam dua hari yang lalu, itupun hanya segigit roti yang sudah hampir busuk.

Sudah lebih dari seminggu dia berada di dalam lorong labirin tersebut, mencari sesuatu yang masih belum jelas keberadaan nya.

"Dasar orang-orang bodoh, biar ku buktikan kepada mereka. Lemah, baru sebentar sudah tidak kuat, awas saja jika mereka minta jatah dariku. huhahahay..."

Dia mengingat beberapa orang yang sebelumnya ikut menyusuri lorong labirin bersamanya. tapi mereka pulang setelah ikut berjalan selama tiga hari.

Dia berhenti karena menemukan persimpangan jalan. Melihat sebentar ke arah kanan dan kiri, lalu mulai mengambil sebuah kitab dari dalam tasnya. Di muka kitab tertulis, jawaban.

Dia membuka halaman yang kertasnya berwarna hitam dan mulai membacanya. Setelah selesai membaca, tiba-tiba muncul sebuah percikan api kecil di arah jalan yang kanan. Dan dia pun berjalan ke arah yang di tunjuk percikan api.

"Andai aku sudah mendapatkan nya. Haha... Haha... Huhaha!!" Dia makin menggila.

"Aku akan dapatkan semua yang ku mau. Harta? Hmm... Mungkin singgasana emas cukup. Negara? Sepertinya jepang bagus. Apa lagi ya... Oh ya, aku tahu, aku tahu, aku tahu! Huhahay... Jadi tuhan, jadi tuhan, aku ingin jadi TUHAN!" Otaknya semakin miring.

Tekadnya kuat, kesungguhan nya juga sangat kuat. Tapi dia menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang dia usahakan.

Sambil berjalan, dia menyipitkan mata untuk melihat jalan jauh di depan. Sedikit terlihat sebuah gerbang yang cukup besar, benda yang dia cari selama ini.

senyumnya mengembang, semangatnya langsung kembali. dia langsung berlari sambil berteriak kegirangan.

"Akhirnya, akhirnya, Akhirnya! Dapat, dapat, aku dapat!" Di kejarnya gerbang tersebut, bagaikan seorang anak kecil yang menemukan layangan terputus.

Dia berlari terus hingga sampai di depan gerbang dan memeluk gerbang tersebut, bagaikan sedang bertemu dengan kekasih yang lama tak jumpa.

Dia menengok ke bagian atas gerbang yang ada di hadapannya. terdapat ratusan tombol terjejer di sana.

Menurut cerita yang dia ketahui, hanya satu tombol yang dapat membuka gerbang, sedangkan sisanya adalah tombol bunuh diri.

orang yang menekan tombol selain tombol yang benar, maka tubuhnya akan menghilang bersama hembusan angin.

Tetapi lelaki ini tidak terlalu khawatir, dia mengambil sebuah kitab dari dalam tasnya.

Beda dengan kitab yang tadi, yang ini di muka kitab tertulis Petunjuk, di tulis dengan aksara majapahit.

Dia juga membuka bagian kertas yang berwarna hitam, dan membaca juga isinya.

Tiba-tiba dari sekian ratus tombol ada 2 tombol yang menyala, yang artinya salah satu dari keduanya adalah tombol yang benar.

Dia menutup kitab tadi dan memasukannya ke dalam tas dan mengambil kitab yang tadi bertuliskan jawaban.

kedua kitab ini sudah saling melengkapi. kitab yang berjudul petunjuk untuk memberikan pilihan dan kitab jawaban untuk menjawab pilihan dari petunjuk.

[Hiatus] The Greates Books: rahasia didalam majapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang