Chapter VII: Perpustakaan Majapahit

28 3 2
                                    

Adam berjalan perlahan memasuki ruang perpustakaan. Selama ini dia jarang sekali pergi ke perpustakaan, apalagi ini bukan perpustakaan biasa.

Jika yang memasuki perpustakaan ini adalah seorang kutu buku, mungkin dia sudah senang setengah mati memasukinya, serasa masuk ke surganya buku. Tapi bagi Adam yang hampir tidak pernah ke perpustakaan, ini halnya seperti pergi ke rumah sakit.

Adam berjalan perlahan mengamati, dia mengambil satu kitab dan membukanya. Semua berisikan tulisan aksara tapi Adam dapat memahaminya.

Dibagian depan nya terdapat tulisan Lelah, kertasnya berwarna putih dan dihalaman akhir terdapat selembar kertas yang berwarna hitam.

Fafnir yang melihat Adam yang sedang mengamati, langsung datang menyela dan menjelas kan,"Yang kertas putih adalah doa permohonan, dan yang kertas hitam adalah wujud dari pengkabulan doa."

Fafnir membuka bagian kertas hitam,"Jika bagian putihnya sudah selesai dibaca, maka kau tinggal membaca yang bagian hitamnya sekali dan rasa lelahmu akan hilang."

Adam menaruh kitab tersebut pada tempatnya," Aku nggak butuh yang kayak begini, Tuhan memberi kita rasa lelah agar kita dapat berusaha dan agar kita dapat mensyukuri masa masa kita tidak lelah."

Fafnir tertegun mendengarnya, Jarang-jarang ada yang bilang begini.

Adam berjalan menuju ke tengah ruangan dan berdiri didepan empat kitab yang digantung, walau dua kitabnya sudah hilang menyisakan gantungan nya.

"Sepertinya kita udah keduluan deh." kata Fafnir sambil menyilangkan tangan nya di samping Adam.

"Yang digantung itu kitab apa?"

Fafnir tersenyum kemenangan, dia menunggu Adam menanyakan pertanyaan ini, "Itu kitab agung empat arah, ada empat orang yang akan mewarisinya. Dan kamulah salah satunya."

"Aku? Pak Ronald kan bule? mungkin kamu salah orang."

"Nggak, nggak mungkin. pandangan ku nggak mungkin salah. Aku sudah menunggu beratus-ratus tahun lamanya dan kamu orang yang sudah dijanjikan. Lagian, kamu yakin kamu anaknya?"

Adam melotot ke arah Fafnir, Fafnir yang menyadari kata-katanya merasa bersalah dan menutup mulutnya. "Kamu tau pak Ronald?"

Fafnir memalingkan wajahnya menghindari tatapan tajam Adam dan meengalihkan pembicaraan, "Pokoknya kamu itu keturunan orang terpenting Raja, buktinya adalah nama anak mereka yang sama dengan kakek-kakek mereka, dan kitab ini bisa diambil di keturunan ke-6"

"Nama yang sama seperti kakek-kakek nya? namaku Adam, serius aku yang dimaksud? emangnya ada orang terdekat raja yang bernama Adam?" Adam masih tidak pertanya dengan semua perkataan Fafnir.

"Serius namamu Adam, bukan Mada?"

Adam tertegun mendengarnya, satu misteri telah terpecahkan, "Jadi, itu alasan bapak sering manggil Mada?"

"Oh, bapak mu tau. Mungkin dia sengaja menyamarkan namamu untuk kepentingan privasi. Tapi yang ku tahu, nama samaran nya tidak boleh terlalu jauh karna dapat meyebabkan penyakit berketerusan." Jelas Fafnir dengan gaya sok pintarnya.

Adam masih belum puas dengan penjelasan setengah-setengah dari Fafnir, "Mada, memang siapa orang terdekat Raja yang bernama Mada?"

"Masih nggak tau? namanya sering dipelajari dibuku sejarah Indonesia, khususnya sejarah Majapahit. Orang yang telah memberikan janji setia nya kepada sang Raja."

"Gajah Mada?" tebak Adam singkat.

"Suatu kebanggaan bagiku bisa menjadi pemandu dan pelayan dari Gajah Mada ke-VI" kata Fafnir sambil menunduk memberi hormat.

[Hiatus] The Greates Books: rahasia didalam majapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang