Pak Surfing sedang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi karakter manusia. Dan namanya menggaet atensi, kenapa bisa disebut bapak Surfing?
Jadi waktu beliau ini menerangkan lewat proyektor, wallpaper laptopnya foto dia sendiri lagi gaya naik papan selancar padahal ombaknya cuma background di tembok.
"Jadi ... salah satu faktornya bisa dari kelompok yang ia ikuti, entah berdampak baik ataupun bur— HENDRA ROKOKNYA DIMATIKAN DULU!"
Hendra kelabakan mematikan koreknya. Dia nggak ngerokok, cuma lagi bakar tali tasnya doang. Tapi ya bego itu sih.
"HENDRA ROKOKNYA HAYO." Ini Hani.
"UDAH BERAPA BATANG, NDRA?" Ini Hilmy.
"MA*LBORO APA PR*MILD? BAGI DONG." Yang ini jelas Raja.
Lalu Pak Surfing mendatangi bangku Hendra.
"Sini koreknya, bapak sita. Kamu nggak ngerokok beneran 'kan?"
"Eng-enggaklah pak ... Ini buat bakar tali tas saya."
"Oh, yaudah. Bapak sih tau aja. Soalnya bibir kamu nggak kayak orang ngerokok, masih mulus."
Mendadak kelas hening.
Rasanya ada yang mengganjal.
Hendra langsung menutupi bibirnya dan sembunyi di balik tasnya.
"Mampus, gue fobia rokok sama guru sosiologi! "
Hendra alaynya kumat.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
Nb: kalau mungkin aku lupa atau justru enggak pernah cerita, yes, it is INSPIRED by actual event. Semuanya yang terjadi dalam buku ini. Se-absurd apapun itu.
Dan aku nggak tahu apakah Hendra sekarang masih tetap fobia sama guru sosiologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stereotipe Menengah Atas
HumorSMA Samudra itu mainstream kok, sama kayak sekolah lainnya. Meski dianggap stereotip, rasanya tidak adil ya kalau semua manusia itu sama? - a cheesy literature