Mengaku bukan anak mipa, bukan berarti kosong dalam pelajaran matematika 'kan? Toh, ekonomi juga itung-itungan.
Kapan musibah anak ips kaum 'anti mate-mate klub' ini terjadi?
Yak, UH matematika.
Dalam kasus ini, ambil salah satu sampelnya, Hanse.
"Apaan pula ini, hah? Orang mau ke pasar juga ngga mungkin ditanyain beginian ... A*u," mulutnya Hanse 11-12 sama Raja pemirsa. Jadi banyak sensornya.
Semenit terakhir Hanse tetap terduduk pasrah. Sisa soal yang belum dijawab, ia selesaikan dengan jurus andalannya;
Tulis kembali soalnya.
"Keren sip, kertas gue udah penuh!"
((jam istirahat))
"Lo tadi irisannya gimana?"
Hanse berhenti berjalan, menguping.
"Pake 3 bilangan, kan ada garis bilangannya."
Hanse berusaha tidak amnesia, irisan apaan lagi? Garis katulistiwa yang mana lagi? Astaga.
"Yah gue salah dong?"
Cowok itu pun berlari menuju kelasnya. Terduduk di bangku dan menatap kosong ke arah meja di depannya.
"Kalo aja si Salma sama Hani khawatir sama nilainya, ya, APA KABAR NILAI GUE?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stereotipe Menengah Atas
HumorSMA Samudra itu mainstream kok, sama kayak sekolah lainnya. Meski dianggap stereotip, rasanya tidak adil ya kalau semua manusia itu sama? - a cheesy literature