SUDAH tiga jam aku menunggunya di cafe tempat kami biasa bertemu. Malam semakin larut, hingga tinggal beberapa pengunjung di cafe itu. Dia tadi meneleponku dan meminta bertemu pukul 20.00 tapi hingga pukul 23.00 dia tak menunjukkan batang hidungnya.
Kopiku sudah dingin sedari tadi, lalu ponselku bergetar karena ada sms masuk. Aku buru-buru membukanya, tapi setelah membacanya aku hanya tersenyum masam, karena itu sms dari Mom, bukan darinya.
"Nyx kau dimana? Cepat pulang!" Tanpa membalas sms itu aku segera membereskan barangku dan pergi ke kasir untuk membayar.
Jarak cafe ini dari rumahku tidak terlalu jauh, jadi aku ke sini dengan berjalan kaki. Aku sudah setengah jalan menuju rumah, saat aku merasa seperti sedang diawasi. Serius. Maksudku aku mulai mendengar langkah kaki, tapi tak ada siapa pun di jalan selain aku. Jadi aku mulai mempercepat langkahku.
Tapi kemudian aku segera berhenti, karena beberapa meter di depanku ada pria yang berdiri di tengah jalan dan instingku berteriak padaku untuk berbalik dan lari sejauh mungkin dari pria itu.
Jika kalian berpikir aku ini pengecut, karena aku takut dengan pria yang berdiri di tengah jalan. Kalian salah. Karena bukan itu yang aku takutkan tapi kemunculannya yang membuatku takut. Sebelumnya tak ada siapa pun di jalan, lalu tiba-tiba dia sudah berdiri di sana.
Jika lagi-lagi kalian berpikir aku berhalusinasi atau lebih buruk lagi GILA, percayalah aku pernah mengalami yang lebih gila dari ini.
Saat mataku bertemu dengan mata pria itu tiba-tiba tubuhku seperti membeku. Oke. Mungkin itu tidak tepat, karena aku sama sekali tidak kedinginan. Malah aku masih bisa merasakan hembusan angin musim panas, hanya saja aku tak bisa bergerak. Kemudian pria itu mendekat, bukan mendekat dengan langkah santai atau berlari. Tapi seperti menghilang. Satu detik yang lalu ia berada beberapa meter di depanku dan detik berikutnya dia sudah berdiri tepat di hadapanku.
Kini aku dapat melihat pria itu dengan jelas. Ia memiliki kulit putih pucat hampir mirip dengan mayat, sepasang mata kelabu yang tajam, dan rambut pirang jerami panjang yang dikuncir di tengkuknya. Dia mengenakan kemeja putih dengan noda darah di bagian dadanya.
Pemahaman seketika menghantamku, saat aku melihat darah itu. Aku tahu makhluk apa yang berdiri di depanku, tapi aku tak tahu cara untuk menghadapinya. Otakku mulai memutar skenario-skenario yang mengerikan, seperti taring yang akan merobek leherku atau cekikan yang akan meremukkan tulangku dan semua adegan horor yang dapat terpikirkan olehnya.
Seakan monster itu bisa membaca pikiranku, ia menyeringai padaku dan memperlihatkan taringnya yang mulai tumbuh. Ia menyibakkan rambut yang menutupi leherku dan mendekatkan wajahnya ke leherku. Jantungku berdetak begitu cepat, seakan dia tahu sebentar lagi ia tak akan dapat melakukannya lagi. Aku ingin berteriak atau lari tapi tubuhku masih lumpuh tak dapat digerakkan.
Awalnya aku hanya merasakan hembusan napasnya yang dingin di leherku, kemudian rasa sakit yang menyengat saat taring itu dihujamkan ke leherku mulai menguasaiku. Dunia tampak kelabu dan kabur. Rasa sakit itu tak pernah kurasakan sebelumnya, nyeri dan seakan membakar sekujur tubuhku.
Aku mulai yakin kalau ini adalah akhirnya, akhir dari kehidupanku. Tapi tiba-tiba ada yang menyentak monster itu mundur menjauhiku, sehingga monster itu melepaskan gigitannya.
Kejadiannya begitu cepat, hingga aku hanya dapat melihat kilauan perak yang menebas lehernya hingga putus, kemudian semuanya menjadi kepulan debu kelabu yang tertiup angin. Aku merasakan tangan yang hangat dan kuat menjagaku tetap berdiri, tapi rasa panas itu masih terus membakarku. Pandanganku mulai menggelap dan kakiku sudah tak sanggup menopang tubuhku lagi, dan aku terpuruk ke tanah. Aku mulai mendengar suara yang begitu akrab terus memanggil namaku, lalu aku merasakan sesuatu sedingin es dituangkan ke mulutku. Mengalir ke tenggorokanku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Perlahan api yang membakarku padam dan menyeretku ke ketidaksadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAS: The Betrayer
FantasyFANTASY-ROMANCE Book 1 of ARAS Trilogy ARAS: The Betrayer Aku hanyalah seorang gadis berusia 18 tahun yang biasa pada umumnya, setidaknya begitu pikirku. Waktu kecil aku sering melihat monster seperti Boogeyman yang bersembunyi di dalam lemari bajuk...