Chapter 20

906 75 23
                                    

Setelah satu minggu mendekam di ruang kesehatan akhirnya hari ini aku sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Kulitku yang terbakar juga sudah kembali ke warna aslinya. Sayangnya kesembuhan fisikku berbanding terbalik dengan batinku. Karena selama satu minggu aku menginap di ruang kesehatan Shura tak sekali pun menjengukku. Bahkan setelah aku keluar pun aku tak dapat menemukannya. Dia seperti menghilang atau mungkin hanya menghindariku.

"Kau tidak harus ikut latihan Tim. Kau masih butuh banyak istirahat," tegur Mera saat aku bersikeras ikut berlatih. Meski sebenarnya aku hanya berharap agar dapat bertemu dengan Shura.

"Mera benar," sambung EVe.

"Aku ikut!" protesku. "Aku pasti sudah tertinggal benyak." Aku mengikuti di belakang mereka.

"Dasar keras kepala!" dengus Brant meski dia menyeringai padaku. Aku hanya memutar bola mataku.

***

Aku sudah mulai menguasai Pedang Cahaya. Sekarang belati itu langsung memanjang, membentuk pedang begitu aku memfokuskan pikiranku padanya. Dan ternyata Pedang Cahaya itu sangat keren, aku baru tahu kalau selama aku menyentuh pedang itu aku akan terlindung dari serangan fisik atau pun mental.

Kau ingat saat aku melawan Incubus?

Waktu itu pedang ini menghalangi serangan Incubus yang berupa impuls merangsang libido. Dia menyalurkan rasa dingin menggigit yang kurasakan waktu itu. Membuatku dapat berpikir dengan lebih jernih. Sedangkan secara fisik pedang ini dapat melindungiku dengan semacam perisai tak kasat mata. Aku tahu itu saat dengan tak sengaja anak panah EV terbang ke arahku dan tiba-tiba berhenti hanya satu inci di depan wajahku dan jatuh ke tanah.

"Jika kau sudah semakin menguasai pedang itu, kau bisa mengatur jangkauan perisainya," ucap Shura dan sedetik kemudian ia sudah beralih kembali pada Mera.

Selama latihan itu, Shura terus menghindariku. Dia bahkan tidak memberikan arahan apapun padaku. Dan itu cukup untuk membuatku jengkel setengah mati padanya.

"Latihan hari ini cukup sampai di sini. Aku harus bersiap untuk misi berburuku malam ini," ucap Shura mengakhiri sesi latihan kami. Dan ia langsung berjalan ke arah pintu keluar.

Dan secara refleks aku sudah mengejar dan memanggilnya, "Senior Aleks! Aku perlu bicara."

Dia berhenti dan kembali berbalik untuk melihatku tapi ia hanya mengucapkan lima kata yang makin membuatku jengkel. "Lain kali. Aku sedang sibuk!" Dan dia pergi tampa memberiku kesempatan untuk mendebatnya.

"Ini perasaanku saja atau dia memang menghindariku?" gumamku saat Mera menepuk bahuku.

"Entah, mana aku tahu," balas Mera.

"Aku benar-benar bingung dengan sikapnya."

Mera mengangkat bahunya. "Sudahlah. Mungkin dia memang sedang sibuk."

Aku mengangguk dan mengikuti Brant dan EVe keluar.

"Kau duluan saja!" ucapku begitu kami memasuki gedung asrama.

"Kau mau kemana?" Mera bertanya padaku dengan penuh selidik.

"Bicara dengan seseorang," jawabku tak acuh.

"Orang macam apa?" tanyanya lagi dan kali ini ia menyipitkan matanya.

"Memangnya orang macam apa yang terlintas di otakmu?" balasku sambil memutar bola mataku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARAS: The BetrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang