Kersen

27 5 1
                                    

Ingatkah kau tentang Rijal yang mengincar duren, dapatnya kersen? Rijal suka Sarah, anak kelas sebelah. 11-13 macam Senja, tapi lebih berisi badannya. Kata Rijal, ia tahu Sarah waktu istirahat, jajan roti M. Roy (legend kali roti itu). Katanya lagi, dia pernah lihat Sarah di suatu tempat, tapi Rijal tak yakin. Dan ternyata Sarah tetangganya dulu sebelum Rijal pindah ke rumah sekarang yang dekat sekolah.

**********
“Hei, joy. Mau dengar sesuatu? Tak ku sangka. Sarah. Iya, Sarah!” katanya sambil mendekat. Sangat dekat. Mungkin 1 cm lagi mukanya akan bersentuhkan dengan muka Ijoy.
“Majenun. Kenapa kau ini? 1 jari lagi kau mendekat, tidakanmu sudah jadi tabu jika dilihat orang, jal! Kenapa memang Si Sarah itu?” jawab Ijoy menjauh.

“Sarah, joy! Saraahh! Tak ku sangka, dia tetanggaku dulu!!! Tahu begitu, dulu aku tak mau diajak pindah rumah, joy!”

“Kalau Sarah tetanggamu, kenapa dia tak sapa kau? Ku lihat dia cuma diam kalau bertemu.”

“Kalau kau tau, joy. Dulu, wajahnya 180° beda. Makanya aku tak kenal, tapi juga tak asing. Kau tahu? Dulu Sarah pendek, kurus, hitam, senyumnya tak manis, tak istimewa sama sekali. Dulu dia suka pinjam mainanku, tapi aku jahat, tak ku perbolehkan dia pinjam. Lalu pinjam alat warna ku saat dulu lomba 17 Agustus di rumah bapak lurah. Dulu aku tak suka di dekat Sarah, tapi ya ku pendam saja, aku tak bilang. Menyesal aku, joy! Amat amat sangat menyesal aku, joy!!!"

“Kenapa dulu kau tak suka Sarah?”

“Kenapa? Kenapa?! Ya karna aku waktu itu juga macam kau lahh… Tak punya rasa, hanya lihat dari mata, bukan dari hati! Makanya lah, jal. Jangan kau jadi aku yang ke 2. Kalau lihat orang, dari hati. Pakai perasaan. Ku tunggu kau kenalkan siapa ‘Sarah’ mu ke aku ini. Jangan macam aku, akan menyesal kau. Bukannya Sarah yang datang lihat wajahku yang sekarang, yang makin ganteng, rupawan tiada tandingan. Malah, si Arip yang datang, liat dari jauh, minta diperhatikan. Salah apa aku ini sampai Arip ngepens sama aku. Bukannya Sarah, malah kersen datang. Sudahlah, joy. Pasrah aku ini. Mungkin Sarah dendam denganku ini, makanya dia tak sapa aku.”

“Kau dengan Arip saja. Lucu sekali tingkah kelen berdua itu. Tiap ketemu kau, dia jerit-jerit. Kau lari macam dikejar pegawai pemerentah waktu razia. Kalau tiap hari begitu, bisa kurus kering badanmu itu. Sehat pula. Hitung-hitung olahraga kecil lah, jal”

“Dasar kau, joy!"

******************************

SendjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang