Djingga moelai datang

26 4 2
                                    

"Bagaimana, joy? Kau dapat kelas apa? Tetap atau pindah?" tanya Rijal sehabis dapat surat dari sekolah tentang wacana kelas baru. "Pindah" Ijoy singkat.
"Dimana?"
"Didekat kelas Senja"
"Buahahaha... Selamat kau, joy! Bisa kau praktekkan ceramahku kemarin tiap hari, joy. Tak sia-sia aku ini ceramah untukmu. Senang aku ini" tawa Rijal. Keras. Sangat keras. Mungkin Ibu Atun yang galak, lengkap dengan sakit gigi hariannya itu akan memasukkan Rijal ke kantor konseling jika ia mendengar tawa membahana itu.
"Ceramahmu tak kan ku praktekkan, jal. Sudah ku bilang kemarin, kemarin lusa, kemarin tulat, kemarin tubin, atau malah sebelum Senja masuk sekolah. Aku tak suka Senja, jal."
"Hanya majenun yang bisa bilang 'tidak suka' pada seseorang sebelum dia 'melihat' orang itu, dekil"
"Kau paksa saja terus. Aku tetap tak suka Senja, Rijaaalll"
"Tunggu sajalah. Aku percaya 'senja' akan datang, joy."
"Muak aku. Senja, senja, senja. Itu saja kah di perpustakaan benakmu? Gantilah yang lain, bosan aku."
"Halah, memang tak punya rasa kau ini. Cobalah sapa dia, joy. Satu kali. Kau takut? Akan ku bantu. Tenang."
"Terserah kau saja lah. Coba kau bicara dengan M. Roy yang polos itu. Cape aku. Sudahlah, mau tidur aku."
"Hey, joy. Dengar aku dulu. Jangan kau tidur" Rijal serta menggoyang goyangkan meredam niat tidur Ijoy.
"Apa lagi, jal. Aku mau tidur. Oiya, jangan lupa kau bangunkan aku waktu Bapak Udin datang. Okeh? Kau karibku kan?"
"Okelah... Terserah kau, degil"

************

"Kaauuu, kertasmu terbaaanggg!!!" tak pikir panjang orang itu dengar teriakannya atau tidak, larilah Ijoy membekuk kertas yang terbang seenaknya tak tahu diri.
"Hah kertas punya siapa?" tengok Senja pada Ijoy.
"Ya kertasmu, lah. Ini. Barangkali masih kau pakai" Ijoy menyerahkan kertas tak tahu diri itu kepada empunya. Ciri khas ijoy kembali. 'Keringat sana-sini'.
"Kertas untuk apa?"
"Ini kertas kau kan? Sudah cape aku kejar dia. Untung tak jatuh di parit."
"Ini bukan punyaku" Senja polos
"Bukan punya kau?"
"Iya, bukan."
"Sia-sia ku kejar dia. Ternyata, bukan punya kau. Sudahlah, ku buang saja kertas ni. Useless"
"Maaf ya... Terimakasih sudah ambilkan, tapi itu bukan punyaku."
"Okelah, sama-sama"

************

"Hey! Budak mana kau ini?!" Rijal keras, "Sebentar, kau ini kah, joy?" lanjutnya penasaran. "Betul sekali, jal" jawab Ijoy
"Ijoy? Anak Bapak Ali?" tanyanya tak menyangka
"Betul lah. I J O Y. Kenapa memang?"
"Hilang akaalll... Kena pukul apa kau ini? Mendadak berbeda? Sakit kah kau?" tepuk Rijal ke jidat Ijoy
"Senja. Aku sudah lihat 'senja'. Ia sudah datang bersama rasa, sedang mencari tempat di dalam hati" sadarnya.

Ijoy baru. Tak ada lagi yang namanya bau asam, rambut tak aturan, baju acak-acakkan, muka kena tumpahan minyak diwajan, keringat pun hampir menghilang, juga 2 kancingnya kembali setelah beberapa lama mereka angkat kaki. Meski Ijoy tetap hitam dan pendek.

***************
"Tak ubah nya hantu di keramaian, tatapannya, seolah berkata ; tak ada yang sia-sia. Tak ada yang tak berguna. Hasil sedang menunggu. 'Senja' sedang membangun surga, didalam hati seseorang yang dulu jadi pendendamnya. Sedangkan 'rasa', sedang mengukir cerita untuk kedepannya" -Ijoy

SendjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang