Es K(e)rim

19 3 3
                                    

Setiap huruf yang jatuh dari wajahmu, menjadi kepingan ridu dalam puisiku.

***************

"Hehhh... Kenapa kau lali-lari begitu? Ada apa gerangan kah?" tanya Ijoy di mulut kantin. Terasa sesak tak seperti biasanya. Suatu gerombolan terlihat sangat kontras, bagian ramai di kantin baru ;mungkin; dan bagian ;agak; sepi di gerobak legendaris M. Roy. Kasihan dia. "Woyy!! Budek kah engkau ni?!!" getak Ijoy. "Aih, maaf, bang. Itu, ada makanan baru. Eh? Makanan atau minuman kah itu?. Tak tahu lah aku, bang. Dibungkus plastik, dingin-dingin." anak itu ngacir saja pergi. Balik-balik, mereka sudah bawa bungkusan biru, terlihat dingin. Tapi juga sudah ada yang membuka, macam es Ibu Sarinah, tapi bentuk dan warnanya lebih menarik. Larilah Ijoy ke kantin. Terpampang kotak yang disambungkan ke genset buruk rupa plus berisik itu. Ijoy menyentuhnya, dingin. "Mau beli kah kau anak muda?" kata si penjual ramah. "Apa ini?" berandal usang itu bertanya.
"Es krim. Kau tak pernah lihat kah? Makanan orang barat. Tapi sudah kami sesuaikan dengan kesukaan orang Indonesia, boii"
"Apa rasanya?"
"Setroberi, nanas, anggur, cokelat, susu vanila... Banyak lah"
"Apa itu pakai buah sungguhan, bang?" ;aih, sungguh udik sekali;
"Tidak lah, boii... Kalau kami pakai buah asli, rugi lah..."
"Berapa harga?"
"500 perak saja"
"Mahal sekali, bang"
Dirogohnya recehan dari tempat persembunyiannya. Dan dihitungnya. Satu... Duwa... Tiga... Empat... Lima. Ya, 5 koin 50 perak. Itu artinya, uang Ijoy kurang 250 perak lagi. Si penjual melihat. Dimintanya 250 perak Ijoy, dan diberinya Es itu yang versi kecilnya. Sekali makan habis. Enak rasanya, timbul rasa bahagia. Kini timbul keinginan memberinya pada Senja. Ia harap, Senja bisa tambah bahagia dengan ia memberinya 'es kebahagiaan' itu.

Hari demi hari. Ijoy menabung plus bekerja. Kerja apa saja. Yang penting ia bisa membelikan Senja es itu. Berarti ia harus membeli double, satu untuk Senja, satu untuknya. Ijoy tahu, ia tak bisa semena-mena meminta uang pada Ibu hanya untuk membeli es. 250 perak kemarin saja, uang tabungan Ijoy selama 5 hari dengan jajan roti M. Roy 1 kali. Maka dari itu, Ia bekerja. Lalu didapatnya 1000 rupiah setelah 5 hari penuh bekerja berat. Paginya, diserbunya kantin penjaja es itu, dibelinya es rasa setroberi untuk Senja, dan coklat untuknya. Menurut pengamatan Rijal, senja suka setroberi. Ditunggunya Senja di jalan biasa yang sering dilewatinya.
"H..a.l.oo..." katanya gagap. Dibalasnya dengan senyum simpul manisnya.
"E'eh, es stroberi mau?"
Dibalasnya dengan senyum lagi, tapi kali ini sambil mengangguk.
"Nahhh.... Ini ini... Dimakan ya... Terimakasihhh..." ditaruhnya es tak bersalah itu ke keranjang sepeda Senja, lalu ngacir karena malu. Malu sekali. Tapi sesaat, lelah bekerja 5 hari itu hilang setelah Ijoy menengok, dan melihat Senja mengambil es itu dari keranjangnya sambil tersenyum.

********************
"Tanpa kata, namun bukan tanpa makna. Ketika cinta menebarkan mantranya, sebuah senyum mampu membuka seluruh bulir rasa. Hai kau, yang datang tiba-tiba, serupa hujan yang tak terduga. Kini kehadiranmu membuatku tersenyum dan imajinasiku terkalahkan seraya terseret masuk ke dunia yang  fana. Tapi, ntah mengapa, aku bahagia."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SendjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang