Sadjak untuk Sendja

48 5 2
                                    

Cinta adalah puisi. Makna-maknanya keluar dari hati. Keindahannya akan sirna jika dalam nafasnya disisipi budi. Cinta mungkin hanya sebuah kata kecil yang belum ditemukan, terselip di antara segala ketakutan dan kecanggungan. Kini ia berusaha menerjemahkan cinta ke arah yang berbeda. Cinta yang mendahulukan kebahagiaan dan ketenangan, serta kepercayaan. Bukan cinta yang semata ingin memiliki. Sekalipun untuk itu, ia harus membayarnya dengan kesepian dan kerinduan.

********************

Ia tak pernah menyalahkan awan,
Yang kadang membuatnya karam
Ia tak pernah menyalahkan malam,
Yang kadang membuatnya terlupakan
Ia sebuah lambang keikhlasan yang mendalam
Mungkin ia hanyalah wujud sebuah lamunan,
Hanyalah cerita simpang siur yang terpendam dalam jutaan angan
Yang aku percaya, ia adalah keseimbangan
Yang cukup lapang menampung gelap cahaya suka duka bersamaan.

Ia tak pernah salah
Hanya hujan yang tak mau mengalah membuatnya musnah
Ia selalu memberi diri mengalah
Selalu memberi diri untuk dipecah
Karena ia tau,
Bahwa dirinya indah.

Ku akhiri sajak ini,
Dengan rindu yang masih meliputi
Ku harap kau datang kembali
Dengan keindahan yang tak terpungkiri.

********************

"Cinta seperti penyair berdarah dingin. Yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya. Hari ini saja, biarkan rindu bercerita kepadaku tentang suaramu yang waktu itu berbicara padaku. Tentang aku yang selalu malu jika berhadapan denganmu. Diam, tidak bisa berbicara lebih banyak lagi. Aku belajar menulis, karena aku tahu aku hanya bisa mengungkapkan rasa dengan cara tertulis."

SendjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang