Tak akan mungkin jika kita jatuh oleh hadangan gunung. Tetapi kerikil, justru yang paling kerap membuat kita jatuh terhuyung. Mungkin kita berdua memang hanya sepasang jelmaan, sepasang yang terpasung dalam gulali kasmaran.
****************
Rehan bagaikan kutu kecil yang menghantui kepala Ijoy. Rehan itu teman Senja, teman baik, sangat baik. Ijoy tahu itu. Pawakan rapi, wangi, teratur, tabiat baik di lingkungan sekolah, tak neko-neko, aktif kegiatan sekolah, cerminan Rehan sekali itu. Tak banyak yang tahu jika Rehan suka Senja, contohnya Ijoy sendiri, sebelum Ijoy diberitahu telik sandinya. Ijoy pikir, Rehan akan baik-baik saja dan mengerti perasaannya;secara, Ijoy dan Rehan sama-sama laki-laki. Ternyata salah. Dibalik semua tabiat baiknya, Rehan punya mulut toa yang dengan gampang bisa memutar balikkan fakta di lapangan. Muntab, Ijoy. Tak terima ia. Ditunggunya Rehan cecunguk kecil itu di jalan keluar kampung yang biasa ia lewati. Dengan ribuan ;ku rasa tidak; sekutunya, Ijoy dengan gagah ;tidak juga; didampingi Rijal yang merangkap sebagai penasehatnya, berjaga-jaga jika Ijoy sudah diluar kendali. Cecunguk kecil itu pun mulai tampak. Dengan santai ia mengayuh sepeda berwarna pink itu.**************
"Tidak. Tidak. Kau pikir aku tak tahu kah??!! Halo, boii. Sudah 3 tahun aku disini. Bukan macam kau, baru kemaren sore. Kenalanku sudah banyak, boii. Kau serempet namaku sedikiittt saja, berita itu sudah sampai ke telingaku hanya dengan 3 detik saja, boiii!!!" Ijoy berkuasa. Siapa yang tak kenal si berandal satu ini? Punya banyak telik sandi. Sedikit saja kau menggosip tentangnya, kau tidak bisa pulang ke rumah seperti biasa. Bonyok-bonyok kau. "Kenapa kalau aku anak kemaren sore, bang?! Kau pikir aku takut kah padamu?!" sahut Rehan, menggertak. "Hei, boii. Pulanglah cepat. Ibumu mencari tadi. Katanya bekal makanmu tertinggal!" celetuk salah satu sekutu Ijoy. Tawa keras pun menyeruak. "Mana kawanmu, boii! Sendiri saja ku lihat" goda Ijoy. Pasukannya sudah bersiap memberi pelajaran pada cecunguk itu, sekali perintah, babak belur Rehan. Tapi Dewi Fortuna mungkin berkehendak. Senja lewat. Iya, lewat. Senja seakan membuat pasukan yang ada di bawah kendali Ijoy diam, beku. "Ada apa?" tanya Senja pada Rehan, dengan kerahnya yang masih ada di tangan Ijoy plus tangan kanan Ijoy yang masih mengepal dan mengarah padanya. "Hah? Ooo... Tak apa. Tenang." jawab Rehan serambi membenarkan pakaiannya. Senyum Senja tak ketinggalan terbang mengarah pada Ijoy. Melayang, terbang. Matanya seakan tak lihat dunia lagi. Yang ada hanya gambaran senyum simpul manis tepat menatap. Manis sekali. Kali ini, Rehan lolos. Ia pergi dan berbisik "Jika kau berani lagi, akan ku beritahu Senja tentang tabiat burukmu!" pelan, rendah, tapi menusuk. Pasukan Ijoy pulang dengan 1 siulan, tak lupa mereka mampir nongkrong di warung Koh Tjiang. Warung dengan komputer tabung yang sangat populer dan gratis untuk memainkannya. Tapi kau harus mengantre 1001 malam untuk mengoprasikannya, karena anak-anak dari hilir pun juga datang penasaran.*******************
"Dihadapkan pilihan, berpura-pura atau berterus terang. Kalau terus berpura-pura, suatu saat kepurapuraan itu akan menjadi sosok yang sesungguhnya. Kau akan kehilangan dirimu sendiri. Hilang sudah dirimu yang sesungguhnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendja
Teen Fiction"Pada akhirnya senja akan menjauh, namun ia tak kan pernah bisa melenyapkan cinta yang paling dalam dari pandangan mata, apalagi hati. Tinggal menunggu waktu dimana ia datang 'lagi' dengan begitu damai, diantara retakan hati" -Ijoy