"Lucu itu, saat liat pipi lo berubah warna jadi merah"
-Daffa Putro Purnomo-
•••
"Apaan sih gombalnya receh banget udah tau manusia sama buah itu beda, pakai acara di bikin gombalan lagi. Nggak jelas banget" Dea menggerutu kesal sepanjang jalan menuju kantin.
Setiba nya di kantin, Dea memilih untuk ke stand mie ayam milik mang Tarjo. Dea itu memang suka makan mie, terutama mie ayam buatan mang Tarjo yang rasanya sungguh menggiurkan selera. "Mang mie nya satu ya" Pesan Dea kepada mang Tarjo.
Mang Tarjo mengangguk-angguk kepala sambil mengacungkan jempolnya. Usai memesan makanan, Dea pun berjalan ke arah koperasi sekolah, untuk membeli kunciran yang baru. Ini semua gara-gara Daffa, Dea jadi harus membeli kunciran yang baru, liat saja kalau ketemu pasti Dea akan minta ganti rugi.
"Bu ini karet jepang nya satu dong Bu," Ujar Dea kepada Bu Ina, sang penjaga koperasi sekolah.
"Ini neng, jadi dua ribu neng"
Dea pun menyerah uang dua ribu rupiah dari saku nya, usai bilang 'terima kasih' dirinya pun segera kembali ke stand milik mang Tarjo.
"Mie ayam nya udah mang?" Tanya Dea kepada mang Tarjo.
"Udah atuh neng" Jawab mang Tarjo sambil menyerahkan satu bungkus mie ayam milik Dea.
Dea pun kembali mengambil uang sepuluh ribuan dari sakunya untuk membayar mie ayam tersebut. "Makasih mang," Dea kembali berjalan menuju kelasnya untuk menyantap makanannya itu. Sebenarnya, Dea paling anti makan di kelas, namun, bangku di kantin sudah terisi semua dan terpaksa Dea harus memakan makanannya itu di kelas. Tapi, tak apalah, yang penting dirinya bisa memakan mie ayam buatan mang Tarjo.
Saat membuka plastik yang berisi saus, baju seragam Dea terkena cipratan saus tersebut akibat Dea tak membukanya dengan hati-hati.
"Ya ampun, Dea lo ceroboh banget sih, jadi kena kan seragam lo" Ujar Dea memarahi dirinya sendiri.
Dea pun dengan sangat terpaksa berjalan ke toilet untuk membilas baju yang terkena cipratan itu, dan meninggalkan mie ayamnya itu di kelas. Semoga saja tak ada yang memakan.
Setibanya di toilet Dea kembali di buat kesal karena tingkahnya sendiri. Noda bekas saus di bajunya itu sulit sekali untuk di hilangkan.
"Ish... kok nggak bisa ilang sih noda nya. Ini udah pakai air juga. Masa masih tetap nggak hilang"
Dea menghela nafasnya kasar,
Dirinya dengan sangat terpaksa kembali ke kelas dengan noda bekas saus yang masih menempel di seragamnya itu. Sabar Dea ini ujian.
•••
Sementara itu suasana gaduh berasal dari kelas XI-IPA 1 Daffa, sang pembuat onar kini sedang berdiri di depan papan tulis sambil memegang satu benda kecil berwarna putih.
"Woy, Wati masa bawa pembalut di tasnya" Teriak Daffa sambil mengacungkan pembalut tersebut.
"Daffa balikin dong pembalut gue... ih malu tau" Wati yang tinggi nya hanya sebatas dada Daffa, terpaksa harus berjinjit agar bisa pengambil benda memalukan itu.
"Bentar, ini cara pakainya gimana sih? Coba dong ajarin gue" Daffa memperhatikan benda itu secara rinci.
"Eh? Tunggu deh Wat tapi kok yang ini nggak ada darahnya ya ?" Tanya Daffa dengan nada sok polos.
Wati hanya bisa menutup mukanya dengan kedua tangannya itu, memalukan! Di tambah lagi, seisi sudah heboh dengan tingkah laku Daffa yang sangat ajaib.
"Woho, Daffa mau berubah jadi cewek cuy"
"Daffa ternyata bencong"
"Ya ampun Daffa, tobat Daff"
Namanya juga Daffa, ya kalau tidak aneh ya bukan Daffa namanya. Tak henti di situ, Daffa pun meminta izin kepada Wati untuk meminjam pembalutnya sebentar. Sebenarnya Wati di mengizinkan, tapi, Daffa tetap saja membawa kabur pembalut tersebut.
•••
Daffa berlari menuju kelas Dea dengan masih membawa pembalut tersebut. Sepanjang koridor sekolah, Daffa tak henti hentinya menjadi tontonan, kalau cowok tampan jadi perhatian karena ketampanannya, kalau Daffa jadi perhatian karena membawa pembalut wanita.
Saat sudah di depan kelas Dea, Daffa tidak menemukan satu orang pun di dalam kelas. Kelas IX itu sepi tanpa satu penghuni pun di sana. Tapi tunggu, kenapa tidak ada orang tapi ada mie ayam? Daffa pun tak menyia-nyiakan kesempatan makan gratis. Dirinya masuk ke kelas dan segera memakan mie ayam itu.
"Ini yang beli pasti orang baik. Tau aja gue lagi laper" Kata Daffa dengan mulut yang sudah penuh dengan mie ayam.
Daffa terus melanjutkan aksi memakannya itu, dan...
"Kak Daffa itu mie nya punya Dea..." Teriak Dea yang kini sudah berada di hadapan Daffa sambil berkacak pinggang.
Daffa tersedak saat makan, akibat suara seseorang. Saat menengok, ternyata itu adalah Dea. Oh God tolong Daffa.
"Hehe.. peace dek, gue laper abisnya, istirahat kedua gue ganti deh" Kata Daffa sambil tangan membentuk huruf V.
Dea menghela nafas kasar,
"Tapi Dea itu lagi laper" jawab Dea dengan suara yang lemah.
"Jangan sedih gitu dong wajahnya, lo itu makin cantik kalau lagi sedih"
Blush... seketika pipi Dea memerah karena ucapan Daffa.
"Gak lucu kak" Jawab Dea dengan nada yang di ketus-ketuskan.
"Lucu itu, saat liat pipi lo berubah warna jadi merah" Jawab Daffa asal.
Daffa senang saat bisa membuat orang yang dia suka tersipu malu karena perkataannya. Dirinya melupakan pembalut yang sekarang yang letaknya di atas meja Dea. Dea membalikkan badannya dan ingin keluar kelas untuk membeli minum. Karena sekarang dia butuh sesuatu yang bisa menyegarkan.
"Dek? Tunggu. Kok rok biru lo, ada bercak merah begitu? Banyak lagi" Ucapan Daffa itu membuat Dea menghentikan langkahnya.
Dea hanya diam, dan tak lama kemudian dirinya segera menutup bercak merah itu dengan kedua tangannya itu, dirinya pun langsung berlari keluar dari kelas.
"Aneh, kok malah kabur?" Daffa heran dengan sikap aneh Dea.
Daffa tidak tahu saja kalau noda itu adalah darah menstruasi. Nampaknya Dea lupa bahwa hari ini tamunya akan datang.
•••
Sorry kalau pendek, di tunggu kelanjutannya. Keep vomment

KAMU SEDANG MEMBACA
Dafdeia
MizahUpdate sabtu dan minggu "Kamu tahu dek? Kamu itu seperti crayon dan aku buku gambar. Crayon yang selalu mewarnai buku gambar. Dan buku gambar yang selalu senang karena harinya berwarna." "Kakak tahu? Kakak itu ibarat hantu dan aku manusia. Hantu yan...