Lo itu pintar, tapi sayangnya lo berubah jadi bodoh soal perasaan.
-Daffa Putro Purnomo-
•••
Daffa sudah berada di rumahnya. Dirinya merebahkan badan di kasur dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dirinya merentangkan kedua tangannya dengan tangan kanan menggenggam ponsel bergambar apel yang di gigit."Hmm,,, Dea, Dea, kenapa selalu buat gue berharap, dan lo juga yang buat gue berhenti berharap." Dirinya tersenyum sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
Ponselnya berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Itu dari Bimo, tumben sekali sahabat yang tak pernah chat dirinya kini chat dirinya? Ada apa dengan Bimo? Atau mungkin sepulang sekolah tadi, dirinya mengalami kecelakaan? Tapi, rasanya tidak mungkin. Baiklah daripada penasaran, lebih baik di baca saja.
Bimoli
Daff, tadi Dea habis kerumah gue.
Loh? Kok? Ngeselin ya??? Lagi pula ngapain Dea ke rumah Bimo? Kan yang mendekatinya selama ini dirinya, kenapa jadi Dea dekat dengan Bimo???
Daffa Putro Purnomo
Ngapain micin??? Jangan bilang calon pacar gue lo cekokin micin ya???
Bimoli
Hahaha... Nggak aki. Doi abis mgerjain pr sama Juli.
Daffa Putro Purnomo
Oh. Kirain ngapain.
Bimoli
Lo kan lagi pedekate ama Dea. Nah trus tadi kata Juli, buku fisika Dea ketinggalan. Mending lo ambil nih buku, trus besok lo kasih ke Dea.
Tanpa menunggu lama, Daffa pun segera meraih kunci motornya. Dengan masih menggenakan seragam sekolah, dirinya pun menuju rumah Bimo. "Rezeki anak Sholeh. Di kasih kesempatan lagi buat dekat ama adek Dea. Yes.." Serunya saat sudah di bagasi rumah.
Dirinya mengeluarkan motornya dan segera melajukkan ke rumah Bimo. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sana. Karena jarak rumah keduanya tidak begitu jauh. Daffa pasti sudah tak sabar menantikan hari esok. Setelah sampai di depan pintu gerbang rumah Bimo, Daffa segera mengetik sebuah pesan ke Bimo.
Daffa Putro Purnomo.
Gue udah di depan Bim. Turun gih, gue buru-buru.
Tak lama setelah pesan itu terkirim, Bimo pun keluar dari rumah sambil membawa sebuah buku bersampul coklat.
"Nih." Ucap Bimo sambil menyerahkan buku itu kepada Daffa.
Daffa dengan cepat mengambilnya, membolak balik buku itu. Rapi. Ucap Daffa dalam hati saat melihat buku Dea tersampul dengan rapi.
Daffa membuka buku tersebut. Melihat lihat isi yang ada di dalamnya. Tulisan Dea memang rapi, nilai dea pun selalu sempurna tak pernah mendapat nilai di bawah delapan. Daffa tersenyum melihat itu,
Lo itu pintar, tapi sayangnya berubah jadi bodoh soal perasaan.
Daffa masih asik memandangi buku itu sambil terus tersenyum. Bimo? Cowok itu sedang meletakkan dagunya di atas pagar sambil terus memandang Daffa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dafdeia
MizahUpdate sabtu dan minggu "Kamu tahu dek? Kamu itu seperti crayon dan aku buku gambar. Crayon yang selalu mewarnai buku gambar. Dan buku gambar yang selalu senang karena harinya berwarna." "Kakak tahu? Kakak itu ibarat hantu dan aku manusia. Hantu yan...