Chapter 21 - Medusa With Burgundy Hair

2.1K 159 3
                                    

Disebuah apartemen, seorang perempuan bertubuh tinggi dengan mini dress merah sedang duduk santai di mini bar pribadinya. Tangan dengan jemari lentiknya menari-nari dibibir gelas kecil berisi red wine. Seringai tipis nampak terukir dibibir berlipstick merahnya.

"Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya secepat ini. Tapi bagus juga, jadi aku tidak perlu pergi ke Jepang hanya untuk mengambilnya dari si gadis kecil itu." Ujarnya masih dengan seringainya.

Yuui Kurenai, perempuan itu menoleh saat melihat partnernya memasuki apartemen miliknya. Pria gagah dengan bulu yang menutupi dagu dan sepanjang rahang tegasnya serta rokok yang tak pernah pergi dari bibirnya. Yeah, hampir setiap hari pria itu merokok, membuat bibirnya sedikit berwarna coklat.

"Ada apa? Kau terlihat senang?" Tanyanya seraya mendudukkan dirinya disamping Kurenai.

"Tidak. Hanya sedang senang saja. Aku senang bisa bekerja dikampus itu." Jawabnya santai. Pria disampingnya, Asuma, hanya mengangguk-angguk mengerti.

Sejenak suasana menjadi hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedetik kemudian Asuma mencoba menyuarakan apa yang ada dipikirannya sejak beberapa waktu yang lalu.

"Kau.. apa masih ingin melakukannya, Kurenai?"

Mengerti arah pembicaraan Asuma, Kurenai menjawabnya dengan mantap. "Tentu saja. Sudah sejak lama aku ingin menjadi seperti mereka."

"Lalu kenapa tidak dari dulu saja kau melakukannya?"

"Aku menunggu waktu yang pas. Dan juga dengan orang yang tepat."

"Jadi, kau sudah menemukannya? Lalu bagaimana denganku? Kau tega meninggalkanku?"

"Kau bisa menjadi bagian dari mereka juga. Sama sepertiku."

Asuma menggeleng dalam diam. Beberapa kali dia menghela nafas pelan. "Tidak. Aku tidak mau. Menurutku itu sangat berbahaya. Kau tentu tidak lupa kalau ras mereka sangat dibenci di kota ini... Kau tidak boleh melakukannya, Kurenai. Kumohon."

"Aku ingin dan biarkan ini semua menjadi urusanku. Kau tidak perlu takut, karna setelah apa yang aku inginkan tercapai, maka aku akan pergi dari kota ini."

"Kurenai.. kumohon,"

"Maafkan aku, Asuma.."

Kurenai beranjak meninggalkan Asuma dengan segala kekalutan hatinya. Pria itu begitu mencintai Kurenai, namun Kurenai dengan segala ambisinya adalah hal yang sulit dikendalikannya.

Mereka sudah lama menjalin hubungan. Berawal dari partner ranjang sampai benih-benih cinta mulai tercipta seiring berjalannya waktu. Dan walaupun mereka sama-sama saling mencintai, namun ambisi Kurenai untuk menjadi bagian dari makhluk abadi itu membuat Kurenai seakan buta. Dia tidak peduli pada apapun lagi selain untuk mencapai tujuannya sejak beberapa tahun lalu itu.

***

Kakashi berjalan dengan langkah santai menuju parkiran. Seingatnya dia sudah mengirim pesan pada Sakura untuk menunggunya diparkiran, jadi harusnya Sakura sudah berada disana. Tapi sesampainya diparkiran, Kakashi tidak menemukan Sakura disana. Yang ada hanya mobilnya dan dua mobil dosen lainnya, karna tempat parkir itu memang terletak diujung dan jarang ada dosen yang memarkirkan mobilnya disana karna letaknya terlalu jauh dengan gedung fakultas.

Kakashi berdecak kesal. "Gadis nakal. Kemana dia?" Gumamnya. Ia lalu mengedarkan pandangannya berharap menemukan Sakura.

Ya, dia memang menemukannya. Tapi Sakura tidak sendiri. Gadis kesayangannya itu sedang bersama Shikamaru. Tentu saja, siapa lagi memangnya? Mereka berdua sudah seperti kembar siam yang selalu terlihat berdua.

Kakashi tidak mau menghampiri mereka berdua. Terlalu banyak orang untuk menontonnya marah-marah. Jadi dia lebih memilih menunggu dan menahan kekesalannya. Hanya dinding apartemen saja yang boleh mendengar omelannya.

"Kau mau pulang bersama kami? Kau belum makan siang kan tadi? Ayo, makan ditempatku. Aku akan memasak." Ujar Sakura pada Shikamaru tepat setelah mereka sampai didekat mobil Kakashi.

Kakashi menahan dirinya untuk tidak mengumpat saat mendengar perkataan Sakura barusan. Yang benar saja. Dia bahkan lebih perhatian pada si rambut nanas itu dari pada aku. Sinisnya dalam hati.

"Aku sudah ada janji makan malam dengan Mr. Duncan. Lebih baik kau ajak pulang pria-mu itu, sepertinya dia alergi padaku." Balas Shikamaru acuh. Dia tahu sedari tadi Kakashi menatapnya tajam nan sinis. Seperti biasanya kalau mereka bertemu.

Dan sekali lagi, Kakashi menahan dirinya untuk tidak mengumpat. Dia hanya memelototi Shikamaru yang terkekeh senang.

"Sudahlah. Ayo, Cherry, ini sudah sore." Kakashi menarik lengan Sakura agar segera masuk kedalam mobil.

Sebelum benar-benar beralih menuju pintu kemudi, Kakashi sekali lagi menatap tajam Shikamaru yang mengedikkan bahunya acuh dan segera meninggalkan Kakashi yang mendengus kesal.

"Aku benci dengan bocah nanas itu." Gerutunya disepanjang jalan menuju apartemen mereka. Sedangkan Sakura yang mendengar gerutuan Kakashi tidak terlalu menanggapinya. Dia lelah merayu Kakashi untuk tidak cemburu pada Shikamaru.

Dan sesampainya di apartemen, setelah melakukan perjalanan yang hanya diisi dengan gerutuan Kakashi, Sakura langsung menuju dapur. Berkutat dengan serius ditempat favoritnya itu.

"Kakashi, tolong belikan saus tiram di supermarket bawah. Aku membutuhkannya sekarang." Pinta Sakura yang masih sibuk dengan tempura udang.

Kakashi yang dimintai pertolongan belum bergerak se-senti pun dari karpet pink kesayangan Sakura. Matanya masih menatap lurus pada tv plasma tanpa ingin repot menyahuti permintaan Sakura.

Sakura sempat melirik Kakashi. Dia lantas berdecak kesal. Pria itu entah kenapa berubah jadi pemalas.

"Apa karna sekarang kau tidak lagi minum darah dibulan purnama makanya kau jadi pemalas, Kakashi?" Sindirnya sinis.

Kakashi melirik sekilas kearah Sakura kemudian beranjak dengan sedikit enggan. "Kau butuh apa lagi?" Tanyanya kemudian.

"Dua bungkus nori dan dua botol susu." Jawab Sakura cepat. Tangannya dengan cekatan memotong lembut bawang bombay.

Kakashi langsung melangkah keluar apartemen tepat setelah Sakura menyelesaikan kalimatnya.

Di lift, Kakashi menyandarkan tubuhnya. Kembali ia memikirkan perempuan burgundy yang sepertinya tengah mengincarnya itu.

'Sebenarnya apa mau perempuan itu?'

'Bagaimana dia bisa mengenalku?'

'Dan apa yang akan dilakukannya padaku?'

Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkeliaran dikepalanya.

Kakashi mendesah lelah. "Kukira aku tidak akan kembali mendapat masalah di kota ini."

TING

Suara pintu lift menyadarkannya. Ia segera keluar dari lift dan berjalan dengan gaya acuh andalannya menuju supermarket gedung apartemen tersebut tanpa sadar bahwa perempuan yang tadi dipikirkannya sedang mengawasinya dari sudut gedung apartemen.

Bukan hal sulit bagi Kurenai untuk mengetahui dimana Kakashi tinggal. Dia bahkan tahu semua tentang Kakashi karna dia memiliki teman seorang vampire yang pernah bertemu dengan Kakashi. Dan dari temannya itulah ia mengenal Kakashi.

Alasan mengapa ia mengincar Kakashi untuk menjembatani maksud hatinya menjadi vampire karna katanya Kakashi adalah keturunan terakhir vampire murni. Dan menurut informasi, kekuatan Kakashi serta segala kelebihannya begitu istimewa.

Tidak tahu saja Kurenai kalau keistimewaan itu hanya berlaku jikalau Kakashi bersanding dengan Sakura. Tidak dengan perempuan lain.


TBC

The Vampire Sensei [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang