Ga

10.9K 742 20
                                    

Brianna menghilang.

Hanya itu yang ada di pikiran Rafa. Ketidakhadiran Brianna selama satu minggu penuh saat Chanie mengajaknya ke bar, membuat yang lain bertanya penuh heran. Dia sudah mencoba menghubungi cewek berkulit sawo matang itu bersama Chanie, Lian, Inka dan Petrus. Tapi hasilnya masih nihil. Belum ada kabar yang sama sekali. Karena nomor Brianna tidak aktif.

Apa ia pulang ke rumah orang tuanya?

Entahlah. Rafa belum mencoba menghubungi orang tua Brianna yang ada di Bogor. Ia sangat tahu Brianna, ia tidak akan pulang ke rumahnya yang di Bogor karena dia merasa tidak nyaman satu rumah dengan kakak laki-lakinya. Jika memang harus pulang sekalipun, paling hanya menginap satu atau dua malam dan itupun jadwal dimana Brianna sedang haid.

Rafa memutar-mutar ponselnya diatas meja. Mengabaikan panggilan masuk dari pacarnya, Anna. Dia hanya sedang berpikir dan tidak ingin diganggu.

Seminggu ini tidak melampiaskan gairahnya pada Brianna membuatnya uring-uringan. Rafa sudah terbiasa sekali kehadiran Brianna yang menemaninya hampir 6 tahun belakangan ini. Dan ia menyukai hubungan tanpa statusnya dengan Brianna.

Rafa yang menyukai kebebasan. Dan Brianna yang tidak suka di atur. Sehingga terjadilah hubungan tanpa status ini. Tapi Rafa selalu melindungi dan menjaga Brianna dengan sangat baik. Perlakuan Rafa yang berada di kampus, membuat semua orang mengira jika mereka adalah seorang kekasih. Dan Brianna selalu tidak mendapatkan pacar dikarenakan Rafa akan selalu mengusir semua yang berusaha mendekati sahabatnya itu.

Rafa hanya tidak suka.

Ia akan sangat kesal bila Brianna terlihat sedang tertawa dengan cowok lain. Karena tatapan liar yang diberikan oleh cowok-cowok bajingan selalu mengarah pada dada Briana yang selalu menantang, meminta untuk dipegang.

Brianna tipe cewek cuek dengan apa yang ia pakai, dengan apa yang ia lakukan, dan dengan apa yang ia sukai. Maka kelakuan cewek itu berhasil membuat beberapa cewek kampusnya menganggap bahwa Brianna merupakan wanita yang tidak baik. Terkadang bahasanya tidak terkontrol. Sehingga Brianna dibilang cewek serampangan oleh teman-teman kampus.

"Sial, gua harus cari Bri ke Bogor kayaknya."

Tangannya dengan lincah membuka aplikasi pesan dalam ponselnya, mengirim pesan bahwa siapa saja yang akan ikut ke Bogor untuk menemui Brianna. Dia tidak bisa diam saja dengan tidak ada kabarnya cewek serampangan itu.

Kemudian ponselnya berdering, menampilkan nama Lian dalam layarnya.

"Lu mau ikut?" Rafa tidak lagi berbasa-basi untuk menyapa Lian.

"Ikut, Inka juga katanya mau kesana. Sekalian kuliner."

"Brengsek juga ide cewek lu, tapi yaudah boleh juga."

"Yaudah ketemuan di rumah lu aja ya, gua kesana naik motor."

Rafa bergumam lalu segera mematikan teleponnya. Dia segera bersiap-siap. Karena saat nanti ia bertemu dengan Brianna, dia akan menerjang bibir cewek yang sok-sokan tidak muncul di setiap acara yang Chanie buat. Ia kesal setengah mati dengan cewek itu.

Setelah bersiap-siap, ia mengambil kunci mobil di nakasnya. Memakai sepatu adidas kesayangannya yang seharga 2 juta rupiah. Ia akan menunggu Lian serta Inka di bawah. Saat menuruni anak tangga, mamanya menoleh ke arahnya.

"Mau kemana nak?"

Rafa menoleh ke arah suara lembut yang berasal dari ruang keluarga. "Mau jemput Brianna."

Fani - mama Rafa- mengernyitkan dahinya, "Dimana?" Karena ia tahu sahabat anaknya itu tidak pernah manja minta di jemput.

"Dia gak ada kabar ma selama seminggu." Rafa menghela napas sejenak, "biasanya ponsel dia selalu aktif dan kalaupun dia pulang ke Bogor, dia selalu bilang ke Rafa dan paling lama nginepnya cuman dua malam. Abis itu dia pulang lagi ke apartementnya. Tapi di apartementnya juga gak ada."

The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang