Lan

5.5K 357 33
                                    

Hubungan Rafa dan Brianna berangsur baik. Mereka sekarang terlihat layaknya sepasang kekasih. Setelah 2 bulan bersama, Brianna benar-benar merasa bahagia. Rafa memanjakannya, menjadi pacar yang siaga. Mereka juga jarang melakukan hubungan 'dewasa'. Jika mereka merasa butuh, mereka akan melakukannya. Brianna berusaha untuk mengontrol 'keinginan' nya. Rafa juga menjadi lebih dewasa dalam bersikap. Tidak memaksa Brianna untuk mengikuti keinginan bejatnya.

Contohnya seperti sekarang, mereka sedang streaming film kesukaan mereka. Mereka ingin marathon movie. Ada beberapa film yang dulu ingin mereka tonton di bioskop, cuman saat itu mereka lebih senang melakukan sex daripada melakukan kegiatan diluar apartment.

Tangan Rafa memeluk pinggang Brianna posesif. Sesekali mengecup leher Brianna yang cukup jenjang.

"Rafa, jangan cium-cium. Geli." Ujar Brianna tanpa melihat Rafa. Matanya terlalu fokus dengan action movie yang satu ini.

Rafa hanya tersenyum kecil mendengar suara Brianna yang sedikit kesal. Ia senang mengganggu cewek semok disebelahnya itu. Tiba-tiba ia menghentikan jalannya film yang ada di laptopnya.

Brianna mendelik kesal ke arah Rafa. "Sekarang apalagi? Dari tadi ganggu doang bisanya." Ia memutar kembali jalan cerita yang ditunda oleh cowok sebelahnya. Tapi lagi-lagi Rafa menghentikan. "Demi mimi peri yang ada di khayangan! Ini lagi seru Rafa." Suara Brianna sedikit melengking membuat kuping Rafa mendengung.

"Ya ampun Brianna. Kenapa jadi makin galak sih?" Heran Rafa sambil tersenyum jenaka. Dengan gerakan lambat, Brianna segera memutar bola matanya. Tanda jenuh dan kesal.

Tidak menjawab pertanyaan Rafa, akhirnya Brianna melanjutkan kembali film yang ada didepannya. Dia memang pecinta action movie. Dan bila ada yang mengganggu saat menonton, dia akan berubah menjadi singa betina yang begitu manis. Begitu menurut Rafa. Lagipula, dari sekian banyak ekspresi yang selalu ditampilkan oleh Brianna, Rafa suka muka marah cewek yang ada disebelahnya.

Dan muka enaknya.

Ya, Rafa suka keduanya.

Dengan perlahan namun pasti, Rafa menyelipkan tangannya ke balik baju Brianna. Seketika Brianna menahan nafas. Mengusap beberapa titik sensitif yang ada di punggung Brianna.

Tak bisa dipungkiri bahwa Brianna merasa naik. Mereka sudah cukup lama tidak berhubungan dan sekarang hanya dengan usapan ringan, ia merasa terbang. Dalam hati mengutuk dirinya sendiri karena dengan mudahnya naik. Ia menahan gejolak yang entah mengapa semakin memanas.

Tangan Rafa tidak hanya mengelus, namun juga merambah ke area lain. Dan demi Zeus serta keturunannya, he knows she hates it, but also loves it. Memainkan hasrat Brianna memang menjadi kesenangan tersendiri baginya. Dari dahulu kala, dari jaman mereka masih menggunakan putih abu-abu, mereka sudah bersama. Tumbuh sebagai remaja dengan menjalin pertemanan baik disekolah maupun di ranjang.

Jemari-jemari nakal itu menghampiri bukit yang dilindungi, satu desahan lolos dari mulut Brianna. Senyum kemenangan terbit dibibir Rafa, memberi kepuasan tersendiri. Gerakan lambat di area sensitif itu semakin membuat Brianna mendesah.

Brianna semakin menggila. Ia merasa dibawah sana sudah basah. Memang tangan Rafa sangat ajaib. Hanya dengan usapan ringan seperti itu, mampu membuatnya terbuai dengan keadaan.

"Bri.." Suara berat itu mengalun indah di gendang telinga Brianna.

Oh demi Zeus dan petirnya.

Brianna suka sekali suara berat itu. "Ya?" Serak suaranya membuat cowok disampingnya itu menarik dagu Brianna.

"Can we..."

Mata sayu Brianna berkedip sekali, bibir bawahnya  yang tebal ia gigit. Rambutnya sedikit menutupi wajah cantik itu.

The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang