.
.
.
.
.
.
.
.
.Ever Since
.
.
.
.
.
.
.Srett!!
Tubuh Seong Woo terhuyung mengikuti kemana arah tarikan kuat pada tangannya. Seong Woo hanya bisa menatap si pundak lebar itu yang terus menariknya entah kemana. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu bisa datang sepagi ini.
Daniel menariknya kedalam ruang studio foto yang pencahayaannya sangat remang. Ia menempelkan punggung Seong Woo pada pintu dan menahannya dengan kedua lengannya yang mengurung Seong Woo.
Seong Woo menatap Daniel, begitu pula sebaliknya. Mereka tidak pernah takut akan tatapan satu sama lain terlebih dengan keyakinan kuat mereka. Seong Woo hampir saja goyah melihat kantung mata Daniel dan raut wajahnya yang benar-benar menunjukan kalau ia tidak dalam keadaan baik.
"Kenapa kau tidak membalas pesanku, mengangkat telepon dariku, membuka pintu apartementmu. Kenapa kau menghindariku?" Daniel langsung mengeluarkan semua sebab yang terjadi padanya.
"Dua hari lalu aku membalas pesanmu." Bahkan Seong Woo merasa beruntung.
"Tidak Seong Woo..." Daniel teringat akan pesan terakhir itu , tangannya meremat kuat pundak sempit Seong Woo.
"Jangan tinggalkan aku..." Lirih Daniel sungguh membuat lubuk hati Seong Woo memberontak.
Tatapan Seong Woo melemah. Tangisnya tertahan kuat tapi kepalanya sudah tidak kuat lagi untuk terangkat menatap Daniel. Masa depan memang bukan hal yang mudah untuk digapainya.
Rematan pada pundak Seong Woo kian lama kian melemah. Daniel juga tidak tahu kini ia tidak bisa menatap Seong Woo. Pemahamannya yang baru kini sudah terlambat untuk memulai sesuatu yang ia harapkan. Menyakitkan , namun tak dapat diubah.
"Aku akan menikah." Daniel tidak kaget, tapi rasa sakit itu bertambah.
"Kapan?" Kini tatapannya kembali ia kuatkan pada Seong Woo yang masih menunduk.
"Bulan depan."
Daniel menjambak rambutnya sendiri dan mengacak-acak rambutnya. Pelupuknya berkeringat, ia tahu ia akan menangis, tapi ia juga tidak mau terlihat lemah. Usahanya masih bisa berjalan atau tidak? Daniel ragu kalau sudah seperti ini.
Greb!
Daniel menarik tubuh Seong Woo. Ia memeluknya dengan erat dan tidak membiarkan Seong Woo lepas walau beberapa kali Seong Woo berontak ingin dilepaskan.
"Daniel lepaskan aku." Ucap Seong Woo kini ia terdiam tanpa membalas pelukan Daniel.
"Aku mencintaimu. Tidak bisakah kau memberikan aku kesempatan?"
"Cinta?" Entah bagaimana raut wajah Seong Woo berubah masam dan kekehan menyakitkan keluar begitu saja.
Daniel melepas pelukannya. Tangannya masih berada di pundak Seong Woo dan kembali meremat pundak Seong Woo. Sungguh ia tak percaya dengan Seong Woo akan seperti ini. Daniel ingin menyerah namun rasa dalam dirinya tidak ingin itu terjadi.
Seong Woo tersenyum pahit kemudian memantapkan tatapannya pada Daniel."Yang seperti ini kau bilang cinta?"
"Kenapa kau begitu meragukannya?" Nada itu terdengar tambah menyakitkan sehingga Seong Woo tidak bisa menahan air matanya.
Seong Woo menunduk berharap bisa menyembunyikan tangisnya namun percuma saja. Seong Woo sudah tersiksa dengan keadaan dalam dirinya. Ia merasa punya dua cinta dengan keseluruhan yang tidak bisa ia abaikan. Sampai akhirnya ia memilih satu yang sekiranya ia bisa mempercayai untuk masa depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever Since (ONGNIEL)
FanfictionOne Night Stand. Tiga tahun berpacaran Seong Woo belum pernah melakukan hal semacam itu walau umurnya sudah matang. Tapi bagaimana dengan seseorang yang baru di temuinya dan mengajaknya One Night Stand?. Cover by @Ariski