22. And Love

4.3K 838 132
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ever Since
.
.
.
.
.
.
.

Hari ketiga acara gathering High N , kini mereka di beri kebebasan tanpa seminar atau acara khusus. Saat ini mereka boleh kemanapun sebelum besok siang kembali bersama ke Seoul.

Rata-rata mereka pergi bersama kelompok divisi mereka atau yang datang bersama keluarga pergi bersama keluarganya. Tapi tidak dengan Daniel dan Guan Lin. Kali ini Guan Lin bersabar menemani sepupu sekaligus temannya ini yang masih patah hati berkelanjutan. Beruntung dirinya masih suka mendengarkan lagu sambil tiduran lalu bernyayi di banding jalan jalan keluar.

Daniel sendiri merasa bosan. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke balkon. Ia berdiri disana dan memandang pantai yang indah di sore hari seperti ini. Kalau saja Guan Lin tidak berkata lebih dewasa mungkin dia tidak akan berubah pikiran. Tapi ia tidak berubah pikiran seutuhnya, ditambah saat hari kedua Hyun Bin menyusul Seong Woo kemari. Daniel hanya ingin mengeluarkan lebih apa yang ia rasakan pada Seong Woo selama ini.

Setidaknya perpisahan yang indah.

"Bodoh!" Daniel tak mau menoleh saat mendengar tegoran seseorang yang kini berjalan ke arahnya.

"Kau hanya memandanginya?" Tanya Guan Lin yang mengetahui Daniel menatap Seong Woo yang berada di pantai bersama Hyun Bin.

"Diamlah Guan Lin. Sudah kubilang kalau aku memang tidak akan merubah apapun." Ucap Daniel.

~ ~ ~ ~ ~

Langit mulai gelap, Daniel berjalan seorang diri menyusuri pantai yang masih ada beberapa orang bermain disana. Cardingan panjangnya berterbangan tertiup angin dan kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana trainingnya. Langkahnya tenang  ,tidak mau bergitu hancur seperti hatinya.

Langkahnya terhenti pada sudut pantai yang sepi dan batu besar yang bisa dibuatnya untuk duduk. Pandangannya lurus kedepan menatap ombak kecil yang tak bisa menghampirinya.

Namun rasanya tak tega mengingat tiga hari ini ia belum menyentuh air pantai sama sekali. Walau ini sudah malam dan bukan hal yang baik, tapi kini kaki telanjangnya melangkah menghampiri air dari ombak kecil yang kini berhasil menyapa kakinya.

Daniel masih berdiri disana sampai seorang yang ia tunggu juga berdiri di sebelahnya dan melakukan hal sama dengannya. Ia menunduk menatap kaki mereka sebelum kini mereka berbalik saling berhadapan dan menatap satu sama lain.

"Daniel..." Ia tak menyaut melainkan hanya menatap laki-laki yang memanggil namanya. Ia meridukan suara itu sampai kapanpun, ia sebenarnya tidak ingin kehilangan suara itu untuknya.

"Boleh aku memelukmu?" Seong Woo tahu kalau pertanyaannya sudah tidak layak lagi setelah ia menyatakan kebohongan terbesar dalam hidupnya.

Daniel tak menjawab. Ia melangkah menghabiskan jarak diantara mereka dan membawa Seong Woo dalam pelukannya. Mereka saling memeluk erat dan merasakan debaran yang tak pernah berubah dari mereka awal bertemu.

"Aku mencintaimu Seong Woo." Ucap Daniel membuat Seong Woo meneteskan air matanya.

"Maafkan aku." Ucap Seong Woo dan Daniel segera menggelengkan kepalanya.

"Tidak Seong Woo kau tidak salah." Daniel melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Seong Woo lalu menatap lekat mata itu.

"Seong Woo aku hanya ingin kau tahu."

Daniel terdiam sejenak sekedar mempersiapkan hatinya untuk mengatakan semua isi hatinya.

"Aku mencintaimu. Sungguh aku tidak main-main dan kau adalah cinta pertamaku. Terlepas nafsu yang kau sebut keraguan dalam cintaku, aku tidak seperti itu. Aku mencintamu tapi aku juga ingin kau hidup bahagia dengan pilihanmu. Aku sekarang mengerti kalau tak semua cinta bisa terbalas."

Ever Since (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang