.
.
.
.
.
.
.
.
.Ever Since
.
.
.
.
.
.Jae Hwan turun dari mobil bersama Guan Lin dan para staff pria devisi entertaiment lainnya. Baju mereka sama , yaitu kemeja biru muda dan dasi hitam kupu-kupu. Tak lupa dengan jas hitam yang sama juga, mereka mempersiapkannya dengan cepat.
Bahkan riuh mulai terdengar ketika staff wanita mulai datang dan memakai gaun biru senada dengan staff laki-lakinya. Soo Ra langsung berlari menghampiri Guan Lin untuk menggandengnya, Jae Hwan kali ini tak berniat meruntuki sifat Soo Ra.
Di kala teman-temannya sedang berbincang Jae Hwan memisahkan diri dan berjalan masuk ke gedung pernikahan itu. Tentu dirinya ingin menemui temannya yang akan mengakhiri masa lajangnya. Akhirnya dia hanya bisa menyetujui semua pilihan Seong Woo. Jae Hwan sebagai teman harus mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk Seong Woo.
"Seong Woo-ya." Sapa Jae Hwan ketika membuka pintu dan mendapati Seong Woo dengan jas putihnya berdiri di depan cermin.
Seong Woo tersenyum saat Jae Hwan menghampirinya dan memeluknya begitu erat.
"Dimana ayah ibumu?" Tanya Jae Hwan kemudian mereka duduk di meja rias.
"Mereka keruangan Hyun Bin. Mereka foto-foto disana." Jawab Seong Woo seperti keluhan yang malah membuat Jae Hwan tersenyum.
"Aigooo. Baru beberapa hari tidak bertemu sudah merindukannya? Satu jam lagi dia resmi milikmu seutuhnya." Ledek Jae Hwan yang hanya mendapat pukulan sedang pada pundaknya.
Seong Woo terus tertawa kala ledekan yang Jae Hwan terus lontarkan. Ia tidak menyangka semua akan berjalan secepat ini, ia masih merasa belum lama ini mereka baru mengenal dan sudah seperti saudara. Walau kurang Soo Ra disini tapi Seong Woo mengerti apa yanh sedang dilakukan Soo Ra.
"Seong Woo aku mau bicara serius." Ucap Jae Hwan dan Seong Woo langsung berhenti tertawa.
"Hmm bicaralah. Awas kalau bercanda lagi." Tegor Seong Woo dan Jae Hwan mengangguk yakin.
"Baiklah ini memang sedikit berlebihan tapi ini sungguh-sungguh." Jae Hwan seperti memberikan peringatan dan Seong Woo tak tahan untuk tidak tersenyum.
"Ong Seong Woo. Kau sudah memilih jalanmu sendiri, maafkan aku jika aku pernah membuatmu ah ani memaksamu untuk berpikir ulang. Kau merelakannya karena aku yakin kau hanya ingin bersikap adil dan setelah kupikir mereka mendapat hal yang sesuai dengan prilaku mereka. Jujur , kalau bisa kau tidak usah memilih keduanya.."
"Tapi setelah itu aku berpikir kalau pikiranmu jauh lebih baik. Daniel tidak melakukan kesalahan jika diamati, Hyun Bin banyak melakukan kesalahan padamu. Tapi disini kau memilih untuk memaafkan, aku bangga padamu Seong Woo. Kau membiarkan orang yang lebih sempurna untuk orang lain yang lebih beruntung. Seong Woo aku..."
"Aku sayang padamu Seong Wooo huwaaaa!!!" Jae Hwan tiba-tiba menangis dan kembali memeluk Seong Woo.
Seong Woo tidak jadi bersedih, jujur ketika nama itu kembali disebut masih ada rasa getaran itu. Tapi tangis Jae Hwan seolah kebahagiaannya, temannya yang satu ini mempunyai pemikiran sendiri terhadapnya. Bahkan Seong Woo tidak pernah berpikir sejauh itu.
~ ~ ~ ~ ~
Daniel masih kuat berdiri disana, menyaksikan janji suci dan sepasang kekasih yang sudah diresmikan itu saling bercumbu. Walau terasa sakit , tapi tatapannya tak pernah berpaling. Ia harus lebih memaksa dirinya kalau kebahagian orang yang dia cinta adalah kebahagiaannya juga.
Sampai Guan Lin yang berada di sebelahnya terkadang menatap khawatir sepupunya ini. Ia masih merasakan tatapan menyakitkan yang Daniel berikan, ia juga merasa aneh pada Daniel yang tidak mau diajak keluar. Guan Lin akhirnya terus mendampinginya sesekali mengajak ngobrol walau tidak di tanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever Since (ONGNIEL)
FanfictionOne Night Stand. Tiga tahun berpacaran Seong Woo belum pernah melakukan hal semacam itu walau umurnya sudah matang. Tapi bagaimana dengan seseorang yang baru di temuinya dan mengajaknya One Night Stand?. Cover by @Ariski