Chapter #4 ~ Lucy

90 23 0
                                    

Lucy mengambil handphone dari meja di depan sofa. Ia mengecek handphone sebentar lalu menaruh HP itu ke meja lagi. Di hadapannya siaran TV menyala tanpa ada yang menyaksikan. Gadis ini meraih lagi HP dengan tangan kurusnya. Entah mengapa Lucy merasa gusar seharian ini, padahal dia sedang di hari off kerjanya.
Dalam layar HP yang dilihatnya tertulis jam 11.00 am. Dia menggeser-geser touchscreen dengan jarinya yang lentik. Lalu membuka kontak sejenak dan men-scroll layarnya. Ia mencoba mencari adakah orang yang bisa ia ajak bicara atau hang out hari ini dalam daftar kontaknya.
"Sungguh hari yang membosankan," katanya bergumam.
"Kamu gak keluar cy?" Kata Ibunya yang tiba-tiba muncul di dekat sofa.
"Aku lagi males kemana-mana bu," jawabnya.
"Sepupu kamu minggu depan mau nikah loh," ucap Ibunya.
"Iya Cicy sudah tau bu, ayah bilang kemarin," sebut gadis berambut coklat ini dan bermata coklat ini.
"Loh, maksud Ibu bilang tentang ini, pengen kamu inget umur kamu sudah pantas punya pacar loh. Malah sepupu kamu lebih muda setahun sudah mau menikah," papar Ibunya.
"Cicy kan masih muda bu, perempuan itu umur tenggangnya untuk menikah 26. Cicy masih punya masa aktif 5 tahun lagi," candanya.
"Susah ngomong sama kamu, gak bisa nurut sama Ibu. Yaudah terserah kamu aja, tapi minimal cari pacar dari sekarang," kata Ibunya sambil berlalu pergi.
Lucy hanya mengumpat dengan suara pelan sambil melihat Ibunya pergi. Ia melirik kembali ke arah benda yang dipegangnya. Daftar kontak ternyata sudah sampai pada huruf D. Jarinya lanjut men-scroll ke bawah. Di sana tertera nama Dion. Ia berpikir sejenak lalu berkata, "Ah malesin, nanti jadi gosip lagi di kantor." Lalu dia men-scroll ke bawah lagi, sampai pada nama Luffy, dia teringat bahwa ia memiliki hutang budi pada pria bertopi ini.
"Apa aku ajak ketemu dia saja ya? Sambil bayar hutang budi aku," pikirnya.
Lalu dia mengehubungi pria bertopi ini.
Tuuuuut~ Tuuuut~ bunyi nada dering telepon di sana. Pik~ lalu terdengar suara rendah berkata, "Halo?"
Lucy yang kaget mendengar suara rendah di ujung telepon lalu menjawab dengan terbata, "Haa--lo."
"Iya, dengan siapa?" Katanya.
"Aku Lucy, kamu Luffy kan?" Tanya gadis ini.
"Maaf Lucy siapa ya? Ada perlu apa?" Tanya pria itu.
"Masa sih dia gak inget akuuuuuuu !!" Kesalku dalam hati.
"Aku Lucy, perempuan yang tempo hari kamu kembaliin tasnya," jelasnya.
"Oh~" katanya setelah itu terdiam cukup lama.
"Haloo?" Ucap Lucy untuk memastikan telepon masih terhubung.
"Maaf ada apa mbak?" Katanya.
"Kamu bebas gak hari ini?" Ucap Lucy agak sangsi.
"Iya saya tidak ada kesibukan," balasnya.
"Aku mau ajak ketemu kamu di cafe dekat sini, bisa gak?" Tanya Lucy.
"Mmm," dia terdiam sekian detik lalu menjawab lagi, "Bisa mbak."
***

Lucy duduk di kursi kayu jati yang dipahat khusus. Beberapa meja dengan kursi berhadapan berjejer rapi di sekitarnya. Perempuan dan laki-laki yang mengenakan seragam pelayan berlalu-lalang di sekitar Lucy. Lucy mengenakan setelan santai, hanya kaos kuning polos dan jeans biru dongker. Rambutnya terurai dan tertiup angin karena tempat duduknya berada di beranda yang terbuka. Ia melirik sesekali ke arah handphone di tangannya. Tidak ada pesan masuk atau panggilan tidak terjawab di sana. Lucy hanya ingin membayar hutangnya pada pria bertopi itu, tapi entah mengapa dia merasa nervous seperti sedang menunggu pacarnya.
"Mungkin ini karna aku penasaran dengan wajah si pria bertopi itu," katanya dalam hati.
Memang tidak dapat disangkal, sejak kemarin bertemu dengan Luffy, Lucy terus membayangkan seperti apa wajah pria itu. "Apa dia tampan, cukup tampan, atau kurang tampan?" Tanyanya dalam hati. "Kalau jelek aku langsung pulang aja deh," ucapnya dengan nada berbisik.
"Permisi," kata suara yang berasal dari belakangnya.
Lucy tersentak dengan suara rendah yang hangat itu, lalu berbalik.
***

LUCK, LOVE, LIFE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang