Luffy tersentak karena bermimpi buruk. Ia bermimpi dikejar-kejar oleh mayat hidup dan berakhir dengan terkoyak oleh gigi tajam mayat hidup itu. Luffy terbangun dengan keringat di sekujur tubuhnya. Ia melirik ke arah jam dinding, jarum panjang menunjukan ke arah angka enam, dan jarum pendeknya mengarah ke tengah antara angka empat dan angka lima. "Sudah subuh," singkatnya kemudian berdiri dan masuk ke kamar mandi yang letaknya di luar kamar kosnya. Setelah kembali ke kamar kosnya dari kamar mandi, ia melipat kasur dan selimut yang terhampar di lantai. Kemudian dia membersihkan kamarnya dengan sapu untuk dipakai bersama milik Ibu kos yang berada di luar pintunya.
***Luffy duduk terdiam setelah membersihkan ruangan yang dia sewa untuk dia tinggal. Dia berpikir, darimana dia akan mendapatkan uang untuk membayar kosnya. Tapi dia tetap tidak mendapatkan jalan keluarnya. Lalu dia melamun dan teringat akan masa kecilnya. Dia selalu saja mengalami hal buruk dan tidak beruntung sejak ia lahir. Setelah ayahnya pergi meninggalkannya dan menitipkannya kepada pamannya, ia tidak pernah bisa hidup tenang dan santai. Ia selalu disiksa oleh keluarga pamannya. Pamannya memperlakukannya seperti seorang pembantu di rumahnya sampai ia dewasa. Sejak kecil ia sudah menafkahi dirinya sendiri. Dia bekerja sebagai pengantar koran di pagi harinya. Lalu bekerja sebagai pengurus kebun pada sore harinya sepulang sekolah. Uang hasil bekerjanya selalu disetorkan kepada pamannya untuk biaya sekolahnya. Sampai dengan dewasa dia selalu membiayai sekolahnya sendiri. Dia murid terpintar di sekolahnya, namun tidak pernah mendapatkan juara umum. Karena, setiap kali ujian dia selalu saja terlambat karena bekerja. Dan ia tidak pernah mendapatkan kesempatan mengikuti ujian perguruan tinggi karena keterbatasan biaya. Luffy sudah seringkali mengalami nasib yang buruk, karenanya Luffy sudah terbiasa dengan hal-hal buruk yang terjadi, mau pun yang akan datang.
Lamunannya terhenti, tak terasa sudah pukul sebelas. Tiba-tiba suara dering dari teleponnya terdengar. Dia melihat nomer yang tertera pada layar handphone-nya, nomer tak dikenal. Lalu dia mengangkatnya setelah dering kedua berbunyi. "Halo?" Katanya.
***Tak disangka perempuan yang ditemuinya tempo hari lalu mengajaknya bertemu. Luffy merasa senang karena memiliki teman baru. Tapi ia juga merasa sedih, karena dia yakin hal itu tidak akan berlangsung lama. Karena ia yakin kesialannya akan berdampak pada orang di sekitarnya. Dan hal itu akan terbukti dalam sehari saja.
Ia berjalan di trotoar jalan raya. Lokasi cafe, tempat pertemuannya dengan perempuan bernama Lucy, hanya tinggal beberapa blok dari sana. Ia dilema antara balik ke rumahnya atau pergi ke cafe itu. "Apa aku balik lagi saja ya?Apa dia akan baik-baik saja setelah bertemu denganku?" Gumamnya pelan.
Terbayang di benaknya, wajah perempuan itu, wajahnya mungil dan cantik. Hidungnya mancung, matanya bersinar coklat muda, alisnya tipis berwarna coklat, dan riasan wajahnya natural tidak berlebihan. Rambutnya halus terurai seperti sutra. "Wajahnya terlihat lebih jelas saat aku melihatnya di Mall." Katanya.Tidak disangka langkahnya terus berlanjut sambil memikirkan gadis itu, sampai tidak sadar sudah berada di depan cafe yang ia tuju.
"Ah, cafe ini? Aku sudah sampai ternyata," pikirnya sambil berhenti sejenak melihat ke arah cafe.
Luffy akan mulai melangkah lagi dan melihat sosok gadis cantik dari samping balkon. Dia berpakaian kuning dan sedang duduk sendirian di meja cafe yang berada di balkon sambil sesekali mengecek HP-nya. Langkahnya tak berhenti dan ia masuk ke dalam cafe, sampai Luffy mendapati dirinya berada tepat di belakang si gadis cantik yang akan ditemuinya itu.
"Permisi," Sapanya dengan nada rendah kepada Lucy dari belakang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK, LOVE, LIFE (COMPLETE)
Chick-LitRank #1 in award category; rank #204 in Chicklit 10/12/17 Tentang gadis beruntung dan lelaki yang memiliki kesialan sejak lahir. Keduanya bertemu, dan segalanya berubah. About lucky girl and unlucky boy. Selesai pada Desember 2017 Notes : Please don...