Chapter #26 ~ Gone

33 11 0
                                    

Tinuninuninuninuninuninut ~ suara sirine ambulance menggema ke seluruh jalanan kota. Tubuh Lucy diangkat ke atas keranda ambulance. Pria yang kecelakaan bersamanya ikut naik ke atas ambulance tersebut. Pria itu hanya terluka-luka ringan di bagian wajah, tangan dan kakinya. Sedangkan, Lucy mengalami pendarahan hebat dan tidak sadarkan diri. Setelah masuk ke dalam ambulance, Lucy dan pria itu segera dilarikan ke rumah sakit terdekat dari lokasi kecelakaan.
Sesampainya di rumah sakit, tubuh Lucy dibawa ke ruang operasi dari ruang UGD. Setengah jam kemudian, keluarga Lucy sudah berada di rumah sakit dan segera menuju ke ruang operasi. Ibu Lucy menangis dengan kecemasan yang luar biasa dan bersandar pada ayahnya yang mencoba tegar. Tak lama kemudian Luffy menghampiri mereka. Luffy datang ke sana bersama orang tua Lucy dan menggantikan orang tuanya untuk mengemudi. Luffy mengetahui kabar tentang Lucy ketika tidak sengaja berpapasan dengan orang tuanya--yang akan berangkat ke rumah sakit--di depan rumahnya.
"Bagaimana keadaan Lucy Pak?" Tanya Luffy pada orang tua Lucy dengan nada khawatir.
"Bapak juga belum tahu, Lucy masih di dalam ruang operasi." Jawabnya dengan pandangan mata yang redup.
"Semua ini terjadi karena Lucy bertemu denganku. Seharusnya aku tidak mendekatinya sejak awal. Tuhan, tolonglah gadis itu." Sesal dan doanya dalam hati.

Sekitar empat jam kemudian, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi dan operasi Lucy sudah selesai. Dokter mengatakan operasinya berjalan lancar. Lucy akan siuman sekitar beberapa jam lagi. Mendengar hal itu, kekhawatiran orang tua Lucy dan Luffy menghilang sudah dari wajah mereka. Luffy menyalahkan dirinya sendiri pada segala hal buruk yang menimpa gadis itu. Dia tidak sanggup melihat hal buruk yang menimpa Lucy menjadi lebih buruk lagi dari ini. Akhirnya Luffy memutuskan menjauhi gadis itu selama-lamanya. "Aku memang tidak bisa berteman atau dekat dengan siapa pun, karena hal itu akan mencelakakan mereka," ucapnya dalam hati. Kemudian Luffy berpamitan kepada orang tua Lucy sebelum melihat Lucy siuman. Luffy meminta pada orang tua Lucy agar tidak mengatakan kalau ia sempat datang ke rumah sakit. Ia ingin menghilang dari hidup Lucy tanpa disadarinya.
"Saya pamit Bu, Pak. Saya juga akan pindah ke tempat lain di pinggir kota. Mohon maaf karena saya tidak sempat berpamitan dengan anak Bapak dan Ibu." Kata Luffy dengan santun.
Ayah dan Ibu Lucy sudah mengetahui kedekatan antara mereka--Lucy dan Luffy. Bahkan, orang tua Lucy berpikir ada sesuatu di antara mereka.
"Mengapa pindah dek? Ada apa?" Balas Ayah Lucy.
"Saya ada urusan keluarga Pak. Mungkin saya akan pindah dan menetap di sana. Dan saya mohon untuk tidak mengatakan kedatangan saya ini pada Lucy Pak." jawab Luffy.
"Baiklah, Bapak pikir pasti ada alasannya. Jadi, Bapak tidak akan mengatakan apa-apa pada Lucy." Sebut Ayah Lucy memaklumi.
Kemudian Luffy pergi dari rumahnya dan menghilang begitu saja.
***

Sekitar dua minggu pasca operasi, Lucy masih mendapatkan perawatan di rumah sakit. Perban di kepala Lucy pagi ini dibuka oleh perawat yang bertugas. Meskipun, kondisinya sudah sangat baik dan bisa bergerak dengan bebas, Lucy tetap belum diperbolehkan pulang ke rumah. Setiap hari orang tua Lucy bergantian berjaga di rumah sakit. Teman-teman Lucy, sahabatnya, dan staf di kantor setiap hari bergantian menjenguknya. Hanya Dion yang rutin datang ke rumah sakit untuk membawakan makanan yang diinginkan Lucy--karena Lucy benci makanan di rumah sakit--dan mengganti isi vas bunga di samping ranjangnya setiap hari. Hari ini pun Dion menemani Lucy pada saat pelepasan perban di kepalanya. Dia menyempatkan datang ke rumah sakit sebelum masuk kerja.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Dion tersenyum.
"Baik. Aku sudah tidak tahan berada di sini. Coba tanyakan dokter kapan aku bisa pulang?" Ucap Lucy pada pria berkacamata itu.
"Kapan kamu ingin pulang?" Balas Dion.
"Sekarang?" Jawab Lucy ragu-ragu.
"Kalau kamu ingin pulang hari ini, kamu bisa pulang hari ini juga." Ungkap pria tinggi itu.
"Benarkah?" Lucy sumringah dengan mata berkaca-kaca.
"Iya. Tadi sebelum ke sini, aku sudah tanya dokter lewat telepon. Nanti saat jam makan siang aku akan kembali ke sini jemput kamu." Papar Dion.
"Loh, kenapa bukan Ayah dan Ibu yang jemput?" Lucy heran.
"Mereka drop karena menjaga kamu tiap hari di sini. Jadi, aku sarankan agar istirahat." Jelas Dion.
"Baiklah, jangan terlambat atau aku pulang sendiri," ancam Lucy.

Pada jam makan siang, Dion benar-benar kembali tepat waktu ke rumah sakit seperti yang ia janjikan. Dion membantu mengurusi administrasi dan barang bawaan Lucy. Dia juga memapah Lucy berjalan dari ruang rawatnya sampai dengan mobilnya. Lucy merasa bersalah melihat kebaikan Dion. Karena, bahkan, pada saat seperti itu, Luffy tidak hilang dari benaknya. Dalam pikirannya, Lucy selalu bertanya-tanya mengenai alasan Luffy tidak menjenguknya. "Mengapa dia tidak datang pada saat operasiku? Atau pada saat hari-hari setelahnya, saat aku dirawat? Mengapa dia tidak sekali pun menghubungi atau menanyakan kabar lewat telepon atau pesan singkat?"
Seluruh tanya dan rasa penasarannya tidak juga hilang walau pun sudah lewat berminggu-minggu. Lucy pikir mungkin Luffy mencoba menjauhinya atau memang tidak perduli dengannya. Tapi, Luffy yang dikenalnya bukanlah seseorang yang tidak perduli akan orang lain. Jadi, Lucy mengambil kesimpulan bahwa pria itu mencoba menjauhinya. Namun, Lucy tidak habis pikir, mengapa Luffy menjauhinya dan untuk alasan apa.
"Tidak akan mungkin dia pergi menjauh sampai seperti itu kalau bukan karena dia membenciku." Pikir Lucy akhirnya.
Tidak terasa, akhirnya Lucy sampai di depan rumahnya. Dion membantu Lucy berjalan sampai ke rumahnya. Orang tua Lucy menyambut mereka dengan gembira, penuh keceriaan dan semangat.
"Jadi seperti ini yang namanya drop?" Tanya Lucy pada Dion dengan nada skeptis.
"Ahahahahahhahahah," Dion hanya tertawa mencurigakan.
"Masuk dulu Nak Dion!! Kita makan bersama, Ibu sudah masak banyak untuk kita," jelas Ibu Lucy sembari menarik lengan Dion masuk ke dalam ruang makan. Lalu mereka duduk bersama di meja makan.
"Jadi ini yang namanya istirahat?!!!" Bisik Lucy pada Dion sembari memegang gelas yang hampir pecah diremasnya.
"Maafkan aku, kalau tidak begitu kamu pasti tidak akan mau aku jemput." Akhirnya Dion mengakui kebohongannya setelah melihat amarah Lucy telah mencapai ubun-ubunnya.
Setelah makan bersama, Dion dan orang tua Lucy berbincang-bincang penuh tawa. Lucy pergi diam-diam dari mereka menuju pintu depan. Lucy mengamati bangunan di depan rumahnya. "Apa dia ada di rumah?" Tanya Lucy dalam hati. Kemudian Lucy berjalan ke arah rumah Luffy. Sesampainya di depan pintu rumahnya, Lucy menekan bel dengan jantung yang berdegup kencang. "Bagaimana aku harus menghadapinya?" Gumam Lucy pelan. Namun, setelah menekan bel berkali-kali, Lucy tidak juga mendapatkan jawaban dari dalam rumah itu. Lalu Lucy dikejutkan oleh suara pria yang menepuk bahunya dari belakang.
"Sedang apa kamu di sini?" Kata pria itu.
Lucy berbalik dan memasang raut wajah kecewa setelah melihat pria yang berdiri di hadapannya.
"Ternyata kamu, aku pikir siapa," jawab Lucy dengan nada kecewa.
"Memangnya kamu mengharapkan siapa?" Tanya Dion.
"Tidak ada," singkat Lucy menutupi.
***

LUCK, LOVE, LIFE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang