Matahari mulai bersinar memancarkan cahayanya yang hangat. Menyentuh tubuh Zerra yang berdiri di gerbang sekolah menunggu rekan-rekannya. Yang khususnya menunggu Daniel. Bukan karena Zerra ingin cepat-cepat bertemu Daniel. Melainkan ada hal penting yang ia harus tanyakan padanya. Soal buku harian itu. Yang jatuh di bis kemarin sore.
"Grongg…"
Motor yang kemarin Zerra kempesin telah Daniel kendarai kembali. Daniel yang melihat Zerra sedang berdiri di depan gerbang. Kembali berpikir licik Untuk mengerjai Zerra. Ia lajukan motornya dengan kencang menuju hadapan Zerra dan mengeremnya dengan sekejap. Lantas dia tertawa melihat expresi Zerra yang kaget akan kejahilannya.
"Daniel gila…!" Terik Zerra sembari berjalan menghampiri Daniel. "Turun loe, gue mau ngomong." Berdiri di samping motor yang segera Daniel parkirkan. Sembari berkacak pinggang.
Sebelum Daniel benar-benar ingin tahu apa yang akan Zerra tanyakan. Daniel membuka helmnya yang ia kenakan terlebih dahulu. Lantas setelah helmnya terlepas dari kepalanya dia menaruhnya di zok belakang. Rambut godrong yang entah berapa minggu tidak di cuci Daniel bondui dengan bondu kecil. "Loe kangan gue?" Katanya sembari beranjak pergi meninggalkan Zerra dan tempat parkiran.
"Euh dasar Kudaniel…" Bergegas berjalan mengikuti Daniel dari belakang. "Eh Kudaniel gue belum selesai ngomong.!" Berjalan mendahului Daniel. "Loe dengerin gue dulu!"
Berhenti di sebuah lorong menuju toilet laki-laki. "Loe mau ngomong apa? Mau ngomong bahwa telornya loe goreng. Apa soal ciuman itu. Lao mau gue cium lagi sini.!" Sembari melangkah mendekat memegang tangan Zerra. Hanya beberapa langkah Zerra melangkah mundur terhentikan oleh tembok. Sementara tangan Zerra Daniel penggang dengan lembut. Telapak tangan Zerra bersentuhan dengan telapak tangan Daniel. Jarak-jarak jari-jari Zerra terisikan oleh jari-jari tangan Daniel. Hingga sentuhan lembut dari tangan Daniel berhasil mengunci pergerakan Zerra.
Jarak wajah Zerra dan Daniel hanya tersisa beberapa senti saja. Setelah benar-benar dekat Daniel menyerongkan wajahnya. Dan melihat mata Zerra lekat. Mengunci Zerra untuk tidak mengelak sama sekali. Dekat sedikit lagi. Bibir Zerra akan bersentuhan dengan bibir Daniel. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja Daniel menghentikan pendekatannya. Dia hanya meniup mata Zerra yang sengaja Zerra tutup. Kemudian dia tertawa lepas dan melepaskan pegangan tangannya.
"Loe ngarep mau gue cium…!" Melihat Zerra yang sibuk merapikan diri. Perkataannya membuat Zerra ingin memukul habis pria yang ada di hadapannya itu.
"Ngapain loe tertawa… dasar mesum!" Ujar Zerra sembari berlari meninggalkan Daniel. Sedangkan Daniel dia masih tertawa saja tanpa henti-hentinya sembari berlalu dengan meletakan kedua tangannya di saku celananya.
***
Hari sudah semakin siang. Matahari kini sudah berada sejajar dengan tubuh Zerra. Menyengat panas. Hingga sebuah air laut pun harus keluar dari tubuh Zerra. Sekarang masing-masing kelompok bertugas untuk membersihkan setiap penjuru sekolah. Kelompok Zerra kebagian membersihkan halaman depan sekolah. Seperti biasa pertengkaran antara Kudaniel dan Zerrapah kembali di lanjutkan.
"Cape ya.!" Tiba-tiba saja Daniel datang berucap mengeluh dari arah belakang Zerra. Memegang pundak Zerra dengan kedua tangannya dan mengusapkan wajahnya ke seragam baju putih Zerra.
Semua orang di sana tertawa menertawakan Zerra dan tingkah laku Daniel. "Ihhh Daniel jorok…" Melepaskan tangan Daniel dari pundak Zerra. "Loe itu kurang kerjaan banget si.!"
"Heh Zerrapah ini tuh salah satu pekerjaan gue yang sampai kapan pun tidak akan gue tinggalkan!"
Lagi-lagi semua orang menertawakannya. "Cieee hati-hati tu… modus!" Begitulah kata Febby yang di iringi tawa semua orang disana.