LOVE IN SENJA

164 24 4
                                    

Matahari sekarang sudah perlahan hilang dari upuk barat. Tergantikan oleh warna jingga yang menyejukkan. Ada kalanya saat Zerra menatap semua itu membuatnya tenang. Semua beban yang ia rasakan dengan seketika bisa menghilang. Meski tidak lama tapi itu adalah yang di butuhkan Zerra. Ketenangan.

Saat ini Zerra sedang menikmati perjalanan pulangnya di antara penumpang bis. Duduk santai sembari membuka buku harinnya. Tidak memperhatikan jalanan dan tidak memperhatikan naik turunnya penumpang. Zerra duduk di sisi kiri bis dekat jendela. Sedangkan di sampingnya ada seorang bapak-bapak. Yang naik beberapa menit yang lalu.

Perjalanan Zerra masih lumayan jauh. Saking jauhnya Zerra sibuk dengan buku hariannya pun, dia masih sempat untuk menulis seribu kata lagi. Hingga beberapa menit kemudian ketenangan bis yang Zerra tumpangi hilang. Semuanya menjadi gaduh. Berbondong-bondong melihat ke sumber suara yang mengejutkan mereka. Penumpang. Mungkin sebagian penumpang menuruni bis. Sama seperti supir bisnya. Tapi tidak dengan Zerra, dia cukup melihat dari balik jendela bis saja. Itu pun tidak lama. Karena itu sudah biasa di matanya. Lantas Zerra kembali memalingkan wajahnya. Namun tidak memalingkan wajahnya ke depan melainkan ke sebelah samping zerra. Dengan lembut bibir Zerra mendarat bertepatan di bibir penumpang yang mendongakkan kepalanya melihat kejendela. Jelas Zerra menjerit histeris. Karena itu pertama kalinya ia mengalami hal semacam tadi.

"Ihhh iwu…" Mengelap-elap bibir Zerra dengan tangannya. "Daras mesum loe… Ihh mesum.!" Memukul-mukul Daniel dengan tasnya. Tunggu kenapa Daniel tadikan bapak-bapak yang duduk bersamaku! lantas mengapa dia sekarang…! Batin Zerra sembari menghentikan pukulannya.

"Apaan si loe?" Menangkap tas yang Zerra layangkan ke tubuhnya. "Mesum loe bilang? Heh ngaca dulu, gue juga ogah kali.! Lagian sejak kapan loe disini?"

"Heh yang ada gue yang tanya sama loe. Ngapain loe disini? Katanya orang gedongan. Ah alesan, loe usir kan bapak-bapak yang tadi duduk di samping gue. Supaya loe bisa mesum seperti tadi…!" Terpotong oleh tangan Daniel yang ia pasang ke mulut Zerra.

"Loe bawel ya. Ngomong aja Loe mau lagikan…" Menyodorkan mukanya kehadapan muka Zerra. Sedangkan tangan Zerra dia pegang dengan keras. Zerra hanya memundurkan mukanya menjauh.

"Ihh apaan si loe. Dasar mesum.!" Kembali memukul Daniel dengan tas ranselnya. "Tanggung jawab loe…!"

Daniel tertawa renyah. "Heh emangnya habis gue apain, pake tanggung jawab segala?"

"Heh ini tuh kejadin pertama kali dalam hidup gue tau.!" Mengusap kembali bibirnya dengan tangan kanannya.

"Heh loe pikir gue yang kesekian kalinya. Ini juga baru pertama kalinya dalam hidup gue…!" Menjeda perkataanya melihat sinis kearah Zerra. "Mencium Zerrapah buruk rupa seperti loe… haha" Diiringi dengan tawanya yang buncah.

"Ihhh dasar Kudaniel menyebalkan… dasar mesum.!" Menjambak rambut Daniel yang lengketnya minta ampun.

"Stop… loe gila apa?" Memegang tangan kiri Zerra. "Kesempatan ya pegang-pegang rambut gue.!"

"Ah terserah loe.! Dasar mesum…" Bangkit dari duduknya dan menghampiri supir bis. "Stop…stop" Kemudian bis pun berhenti. Diikuti oleh Zerra yang turun dengan raut wajah kesal. Sedangkan Daniel dia masih terduduk sambil tertawa-tawa melihat tingah Zerra. 

"Kudaniel mesum… ihhhh harus mandi tujuh kali ni.! Dasar tengil tidak tahu apa aku duduk di sana.!" Ucap Zerra sembari mengelap bibirnya dengan tangan kiri. Melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju rumahnya. Yang lumayan sedikit jauh dari tempat ia turun sekarang.

***

"Asalamualaikum…!" Salam Zerra setelah ia sampai di depan pintu rumahnya. Sembari terengah-engah Zerra mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban. Terpaksa Zerra harus menunggu beberap menit. Di temani dengan dinginnya hembusan angin malam. Tidak lama kemudian datanglah dari arah belakang seorang bapak-bapak menepuk pundak Zerra. Yang tidak lain itu adalah ayahnya Zerra. Pak Burhan. "Bapak!" Ucap Zerra seraya mengambil tangan ayahnya untuk ia cium dan memberi salam. "Dari mana bapak malam-malam seperti ini?"

Ayah Zerra menggerakkan tangan untuk menjawab pertanyaanya. Dan untungnya saja Zerra sudah mengerti apa yang Ayah Zerra peragakan. "Ayah dari warung depan membeli obat.!"

"Obat? Bapak sakit?" Tanya Zerra sembari mendekat untuk membawa Ayahnya kedalam rumah. "Bapak maafkan Zerra, Zerra tidak ada di sisi Bapak saat bapak membutuhkan Zerra.!" Kali ini Zerra berkata sembari menundukan kepala. Menyesal.

Ayahnya menepuk pundak Zerra kembali. Memerintah untuk ia perhatikan gerakan tangan Ayahnya. "Kau tidak salah, kau jangan pikirkan Bapak.! Bapak tidak apa-apa hanya pusing sedikit saja"

Zerra meneteskan air mata. Begitu beruntungnya ia mempunyai Ayah yang sangat sayang padanya. Begitulah yang ada di benak Zerra. Hingga dia harus meneteskan air mata. "Bapak sudah makan?" Tanya Zerra sembari mengusap air mata yang berderai membasahi pipinya. 

Ayah Zerra hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalo begitu Zerra akan memasak untuk bapak. Bapak tunggu saja disini, Zerra akan segera kembali.!" Memeluk Ayahnya kemudian Zerra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

Setelah Zerra sampai di dapur. Zerra memulai mencari bahan-bahan yang perlu ia masak sekarang. Tapi lengang bahan-bahan masakan di lemari dapur sudah tidak ada lagi. Dan Zerra baru ingat bahwa kemarin sore dia tidak berbelanja. Lalu sekarang Zerra tidak tahu apa yang harus ia pasak. Mata Zerra kembali ia mainkan untuk melihat nasi bekas kemarin sore. Dan untungnya saja nasi masih cukup untuk ia jadikan dua porsi nasi goreng.

Zerra menarik napas panjang. Dan menghembuskannya dengan mencoba tenang. 'Zerra kau harus bekerja' Batinnya sembari memejamkan mata. "Tapi bekerja apa?" Ucapan Zerra membuat kelesuannya kembali hadir. Setelah ia terdiam sejenak ia baru ingat bahawa ia mempunyai sahabat yang telah bekerja di sebuah toko kue.

"Tidak lamakan?" Menaruh dua piring nasi goreng kebawah. Menaruhnya di lantai. "Ayo pak… enak ni.!" Memasukan satu sendok kedalam mulutnya.

Ayahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil.

"Bapak setelah ini jangan lupa makan obatnya.! Oh iya dan besok kalo bapak masih sakit bapak jangan bekerja dulu." Kata Zerra sembari mengisi gelas dengan air.

Ayah Zerra hanya mengangguk. Yang tidak lain itu adalah jawaban. "Iya.!"

Jam menunjukan pukul 19;30. Ayah Zerra sudah terlelap beberapa menit yang lalu. Dan Zerra dia sedang terduduk di tepi kasur kamarnya. Tidak terdiam. Melainkan dia sedang mengubrak-abrik tas ranselnya. Entah apa yang dia cari mungkin barang berharga miliknya.

"Apa jangan-jangan…" Mengingat kejadian di bis. Setelahnya Zerra berteriak dan melemparkan tasnya. "Ahhh buku harianku… Daniel. pasti dia yang bawa buku hariaku, awas saja jika dia mengambilnya…!" Mengepalkan kedua telapak tangannya. "Ahh menyebalkan.!!!" Menjatuhkan tubuhnya keatas kasur. Dan mengusap wajahnya yang kebas.

~ BERSAMBUNG ~
Jangan lupa vote + coment nya. Kritikan masih aku butuhkan loh! Jangan bosan bacanya 😉😉

LOVE IN SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang